(foto: jetphotos.com)

Suluh Indonesia – Pada 1 Februari 2014 akhirnya Merpati (Merpati Nusantara Airlines) menangguhkan seluruh penerbangannya. Disebabkan masalah keuangan yang bersumber dari berbagai hutang. Rencana untuk menghidupkan kembali maskapai ini menemui jalan buntu karena restrukturisasi aset dan rencana penjualan sudah tidak menguntungkan lagi.

Disinyalir Merpati membutuhkan 7,2 triliun rupiah untuk dapat beroperasi kembali. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), saat itu, Dahlan Iskan, secara resmi menyatakan: Situasi kini Merpati sudah tidak dapat beroperasi kembali, karena kerusakannya akan lebih besar apabila (perusahaan ini) diteruskan.

Pada 18 September 2014 Menteri BUMN menyatakan bahwa pemulihan maskapai ini akan membutuhkan 15 Triliun rupiah untuk menutup pembayaran gaji, berbagai kerugian yang diderita perusahaan dan hutang pada sekitar 2.000 pihak.

Rencana penjualan fasilitas pemeliharaan Merpati di nilai berkisar pada harga Rp. 300 juta rupiah (USD25,000). Namun Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menilai bahwa penutupan maskapai ini lebih kepada masalah politik dan bukan karena harga.

Akhirnya sebanyak 10 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjalin kerja sama operasi (KSO) dengan PT Merpati Nusantara Airlines. Kerja sama operasi yang digawangi oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk itu bertujuan untuk menyehatkan kondisi keuangan maskapai penerbangan tersebut.

Selain Garuda Indonesia, sembilan perusahaan pelat merah yang terlibat dalam KSO ini adalah PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), Perum Bulog, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), serta perbankan yang tergabung dalam Himbara, yaitu PT Bank BTN (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank BNI (Persero) Tbk, dan PT Bank BRI (Persero) Tbk.

Kerja Sama Operasi (KSO) keroyokan ini rencananya mencakup bidang pelayanan kargo udara, maintenance repair & overhaul (MRO), serta training center (pusat pelatihan).

Dalam bidang pelayanan kargo udara, seluruh BUMN tersebut akan mendukung pengelolaan usaha kargo milik Merpati. Fokus pengiriman barang-barang diutamakan di wilayah Indonesia Timur, yaitu rute Jayapura-Wamena dan Timika-Wamen secara pulang pergi.  Dalam hal ini, Garuda Indonesia yang akan menyediakan armada pesawat.

Sementara itu, KSO (kerja sama operasi) dalam bidang MRO (maintenance repair and overhaul) Merpati akan menyediakan layanan perawatan turbin milik Pertamina dan PLN. Dalam hal ini, layanan perawatan turbin akan dilakukan oleh entitas anak Merpati, Merpati Maintenance Facility bersama dengan lini bisnis MRO Garuda Indonesia, GMF AeroAsia.

Lalu, rencana KSO dalam usaha training centre. Garuda Indonesia akan ikut mengelola pusat pendidikan milik Merpati, yaitu Merpati Training Center. Dalam KSO ini, ditegaskan tidak ada suntikan dana dari BUMN kepada Merpati. Khusus untuk Garuda Indonesia, akan menerima pembayaran management fee dan at cost atau biaya yang dibayar sesuai dengan kebutuhan, lantaran Garuda Indonesia telah menyediakan berbagai fasilitas bagi Merpati. Namun, Garuda Indonesia tidak mengambil untung dalam kerja sama ini.

Seluruh kerja sama ini membantu Merpati untuk tetap hidup, dalam arti mendatangkan bisnis untuk Merpati. Kerja sama ini dimulai pada November 2019 dan rencananya akan berlaku selama 38 tahun serta dikaji setiap lima tahun sekali.

Mungkinkah sang ‘Merpati’ akan terbang (tinggi) lagi? [NoE]

Baca juga: