Sulindomedia – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir mengapresisasi warga Desa Kronggahan, Trihanggo, Sleman, yang wilayahnya dipakai untuk penyebaran nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia dalam upaya pemberantasan penyebaran penyakit demam berdarah dengue.

“Saya sangat berterima kasih, masyarakat di sini sudah menerima teknologi baru cara membasmi nyamuk penyebab demam berdarah,” ujar Menristek saat berdialog dengan warga dusun Kronggahan 2 Kabupaten Sleman, Selasa (26/4/2016), yang selama ini menjadi tempat penyebaran nyamuk ber-wolbachia sejak 2014 lalu.

Penyebaran nyamuk ber-wolbachia sebagai upaya pemberantasan nyamuk aedes aegypti merupakan hasil Riset yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) selama ini. Menurut penjelasan Dr. Warsito Tantowijoyo, peneliti Program eliminate dengue project (EDP), hasil riset UGM menunjukkan bahwa bakteri Wolbachia dalam tubuh nyamuk Ae. Aegypti menyebabkan virus Dengue tidak dapat berkembang dalam tubuh nyamuk, sehingga nyamuk tidak dapat menularkan penyakit demam berdarah Dengue. Namun apabila nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan lain non Wolbachia akan menghasilkan keturunan nyamuk ber-wolbachia. Sebaliknya apabila nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan nyamuk nonwolbachia maka telurnya tidak akan bisa menetas.

Ditambahkan Warsito, saat ini teknik pelepasan nyamuk wolbachia tidak lagi menggunakan nyamuk dewasa namun menggunakan telur nyamuk yang disebar di setiap rumah warga. “Produksi telur nyamuk sesuai kebutuhan, setiap minggunya kita bisa menghasilkan 120 ribu telur nyamuk,” katanya.

“Apabila program ini selesai dan sukses, saya minta Menkes untuk disebar di seluruh indonesia,” kata Nasir.

Menurut Nasir, ia sudah meninjau langsung laboratorium pengembangbiakan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia di kampus UGM. Penelitian yang sudah dilaksankan dalam beberapa tahun terakhir ini menurutnya sudah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan dalam upaya pemberantasan demam berdarah dengue. “Riset ini sudah berjalan lama dan sudah menuai hasilnya. Hasilnya bermanfaat bagi masyarakat. Nanti saya minta UGM memproduksi nyamuk yang bermanfaat untuk pembasmian demam berdarah,” ujar Menristek lagi.

Kepala Desa Trihanggo, Herman Budi Pramono, mengatakan sebelum adanya program eliminate dengue project (EDP) yang dilaksanakan oleh peneliti UGM, di desa Trihanggo banyak muncul kasus DBD. Tidak heran, saat adanya sosialisasi pelepasan nyamuk aedes aegypti di desa tersebut sempat mendapatkan penolakan dari sebagian masyrakat. “Sempat muncul pro dan kontra, karena pemahaman setiap orang berbeda. Orang memberantas DBD kok melepas nyamuk. Kita lakukan sosialisasi berkali-kali. Ada yang menerima dan ada yang tidak. Sekarang pro dan kontra sudah tidak ada lagi,” ungkapnya.

Ditambahkan, kini, dalam 3 tahun terakhir setelah ada Program EDP tak ada warga yang kena DBD.

Salah satu warga, Sukamti, mengaku awalnya sempat khawatir dari program pelepasan nyamuk mnegndung wolbachia tersebut karena trauma akibat salah satu temannya meninggal setelah terkena DBD. “Awalnya saya sempat heran pak Menteri, kok nyamuk dikawinkan. Setelah ada EDP, para ibu-ibu sangat peduli, kita selalu mencari jentik dan membersihkan sarang nyamuk, sekecil apapun genangan air selalu dibersihkan,” ungkapnya. [YUK]