Ilustrasi: Tarian Dhea Fandari/YUK

Koran Sulindo – Menteri Pariwisata Arief Yahya begitu terpukau menyaksikan sebuah tarian kontemporer yang dibawakan  Ayudhea Ulfandari Tjokrosisosro saat menghadiri acara Sosialisasi Kebijakan Kemenpar bagi para instagramer, blogger, vlogger dan selegram di Abhayagiri Sumberwatu Heritage Resort Yogyakarta, Rabu (3/5) malam.

“Ini keren sekali,” ujar Arief Yahya.

Dalam acara yang dibalut dengan tema Wonderful Noon itu juga dihadiri Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kemenpar Iqbal Alamsjah, Pejabat eselon 3 Biro Hukum dan Koblik Iyung Masruroh, Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara serta Staf Khusus Menpar Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono.

Arief Yahya tak meragukan kreasi seniman Yogya yang sarat dengan nilai-nilai budaya. “Saya percaya anak-anak Yogya itu jagoannya, gudang seniman, lautan kreatif di sana. Tinggal financial value-nya yang harus dipoles habis, maka Joglosemar akan lebih cepat berlari, karena modal creative value nya sudah di tangan,” ujarnya.

Menurut Arief Yahya, budaya menjadi salah satu alasan wisatawan mau liburan ke suatu daerah. Karena itu budaya harus dilestarikan mengingat memiliki nilai ekonomis. “Laku dijual untuk turis mancanegara,” ungkap Arief Yahya.

Untuk itu Arief Yahya mendorong agar para penggiat kebudayaan mampu menghasilkan daya kreasi yang bernilai komersil tinggi. Dengan demikian masyarakat bisa mendapatkan suguhan gerak tari yang berkualitas. “Yang terpenting, budaya harus terus dilestarikan. Semakin dilestarikan, akan makin mensejahterakan,” tambahnya.

Tarian kontemporer yang berdurasi sekitar 10 menit yang dibawakan  Dhea Fandari dibalut warna warni cahaya seperti oranye, hijau, ungu dan merah yang menyala dalam kegelapan seolah membungkus tubuhnya. “Saya pakai cat glow in the dark sehingga bisa menyala dalam kegelapan,” ungkap Dhea.

Ada lima motif nusantara yang membalut Dhea Fandari saat pentas. Pertama, motif kawung, sebuah kebudayaan Jawa yang melambangkan ajaran tentang terjadinya kehidupan manusia. Berikutnya, motif mega mendung yang bermakna membawa kesejukan dan kedamaian. Nomor tiganya motif Tumpal. Setelah itu Sekar Jagad yang filosofinya memperlihatkan keindahan dunia, dan terakhir Mentawai. “Semua motif Nusantara,” ucapnya.

Dhea lantas mengungkapkan bila dirinya ingin memberikan pesan bahwa budaya Nusantara itu indah, penuh kesejukan serta kedamaian. “Di manapun saya tampil, baik menari sendiri maupun dengan tim, seperti tampil di China, Singapura, dan Makau saya selalu mengedepankan unsur budaya Nusantara,” katanya.

Ada alasan yang patut diacungi jempol jika Dhea selalu mengedepankan unsur budaya Nusantara. “Saya ingin membuat semua orang jatuh cinta pada Indonesia lewat budaya. Mimpi saya adalah membawa nama Indonesia berkibar ke level dunia lewat seni dan budaya,” kata Dhea. [YUK]