László József Bíró. (Wikipedia)

Dalam sejarah teknologi tulis-menulis, nama László Bíró patut dikenang sebagai penemu yang mengubah cara manusia berinteraksi dengan kertas. Sebelum namanya dikenal dunia, alat tulis mengalami berbagai evolusi yang panjang dan melelahkan. Pulpen bola atau ballpoint pen yang ia ciptakan bukan sekadar alat tulis biasa, melainkan buah dari kebutuhan praktis yang kemudian menjadi terobosan global.

Jejak Awal Alat Tulis: Dari Alang-alang Hingga Bulu Angsa

Dilansir dari laman Biografiku.com, awalnya alat tulis menggunakan tinta dan pena secara terpisah. Pada masa lalu, pena dibuat dari bahan-bahan alami. Di Eropa abad pertengahan digunakan bulu angsa, di Timur Tengah digunakan batang alang-alang air, dan di Tiongkok serta Jepang digunakan kuas. Masing-masing memiliki kelemahan. Misalnya, tinta mudah tumpah, cepat kering di tempat, atau sulit mengalir ke ujung pena sehingga membuat tulisan belepotan.

Revolusi terjadi sekitar tahun 1000 SM ketika Tiongkok mulai menggunakan kuas rambut yang dicelup tinta berbahan jelaga atau arang. Lalu, sekitar tahun 400 SM, lahir pena dari batang alang-alang yang banyak digunakan di Mesir dan Armenia. Hingga kini, penduduk pesisir Teluk Persia masih menggunakan batang alang-alang kecil yang kuat sebagai alat tulis tradisional. Setelah dipotong, batang ini disimpan dalam pupuk kandang selama beberapa bulan agar berubah menjadi lebih keras dan halus.

Seiring berkembangnya mutu kertas, pena yang lebih halus dibutuhkan. Maka bulu angsa menjadi pilihan. Proses pembuatannya mencakup pemanasan dengan pasir, pencelupan dalam larutan kimia, hingga pembentukan ujung agar nyaman digunakan. Pena bulu memainkan peran penting sampai abad ke-19, sebelum akhirnya digantikan oleh pena baja yang diperkenalkan oleh John Mitchell dari Birmingham pada tahun 1828. Namun pena baja tetap harus dicelupkan ke dalam tinta, dan ini tidak praktis.

Inovasi kembali terjadi pada tahun 1884 ketika Lewis Edson Waterman menciptakan pulpen berkantung tinta yang menggunakan prinsip kerja pipa kapiler. Pulpen ini memiliki ujung berlapis emas-iridium dan klip penutup pertama dalam sejarah. Ini menjadi titik balik karena pengguna tidak lagi harus mencelupkan pena ke dalam tinta setiap saat.

László József Bíró lahir pada 29 September 1899 di Budapest, Austria-Hungaria, dari keluarga Yahudi. Ia memulai kariernya sebagai wartawan. Dalam pekerjaannya, ia sering kesal karena tinta pulpen tradisional lambat kering, mudah bocor, dan kerap mengotori kertas. Ia pun memperhatikan bahwa tinta koran bisa cepat kering tanpa noda. Ketika mencoba menggunakan tinta jenis itu di pena, hasilnya gagal karena tinta terlalu kental dan tidak bisa mengalir melalui ujung pena biasa.

Bíró kemudian menggandeng saudaranya, György Bíró, seorang ahli kimia, untuk mengembangkan mekanisme baru. Mereka menciptakan ujung pena dengan bola logam kecil yang bisa berputar bebas dalam dudukan. Bola ini mengambil tinta dari tabung dan menyebarkannya ke kertas saat menulis, konsep dasar pulpen bola (ballpoint pen) yang kita kenal hari ini.

Prototipe pertama ditampilkan dalam pameran internasional di Budapest pada tahun 1931. Patennya terdaftar di Paris pada 15 Juli 1938.

Karena invasi Nazi ke Hungaria pada awal Perang Dunia II, László dan saudaranya melarikan diri ke Argentina pada tahun 1943. Di sana, mereka mematenkan kembali desain pulpen bola pada 10 Juni 1943 dan mendirikan perusahaan Biro Pens of Argentina. Produk mereka segera menarik perhatian, terutama dari Angkatan Udara Inggris yang membutuhkan pena yang tetap bekerja baik di ketinggian, suatu kondisi di mana pena tinta konvensional sering bocor.

Pada tahun 1945, pengusaha Prancis Marcel Bich membeli hak paten pena bola dari Bíró dan mulai memproduksinya secara massal melalui perusahaannya, Société Bic. Dari sinilah lahir pulpen sekali pakai murah yang akhirnya mendunia, membawa pena bola ke tangan jutaan orang di seluruh dunia.

Dari Spidol ke Rolling Ball

Masih dari laman Biografiku.com, tahun 1960-an dikenallah pena ujung lembut yang kini dikenal sebagai spidol. Ujungnya terbuat dari plastik berpori, dan kantung tintanya mengandung bahan sintetis berserat seperti spons. Tinta tersimpan aman dan mengalir lancar saat digunakan.

Dari sinilah muncul gagasan untuk memadukan kelebihan spidol dan bolpen. Maka lahirlah rolling ball pen, dengan bola logam di ujung seperti bolpen, namun menggunakan tinta cair seperti pada pulpen. Tinta cair tersebut tersimpan aman dalam kantung tinta, dan saat digunakan, ujung pena meluncur mulus di atas kertas—memadukan kenyamanan dan efisiensi.

László Bíró meninggal dunia pada 24 November 1985 di Buenos Aires, Argentina, pada usia 86 tahun. Pemerintah Argentina memberikan penghormatan dengan menetapkan 29 September, hari kelahirannya, sebagai Hari Penemu Nasional (Inventor’s Day).

Kini, hampir setiap orang pernah menggunakan hasil ciptaannya. Dari ruang kelas hingga kantor, dari tentara hingga pelukis, pena bola telah menjadi bagian dari kehidupan. Sedikit orang yang mengenal nama Bíró, tetapi hampir semua orang mengenal bolpen—bukti betapa besar pengaruh temuannya.

Jejak sejarah alat tulis telah melewati masa panjang: dari tatah batu, alang-alang, bulu angsa, pena baja, hingga pulpen. Namun hanya sedikit inovasi yang benar-benar mengubah cara manusia menulis, dan László Bíró adalah salah satunya. Ia bukan hanya penemu, tetapi juga seorang problem solver yang memadukan kreativitas dan teknologi. Dengan mengamati masalah sederhana dari pekerjaannya sebagai wartawan, ia berhasil menciptakan solusi yang bertahan lintas generasi.

Di setiap coretan tinta yang cepat kering dan tak meninggalkan noda, ada warisan László Bíró seorang wartawan dari Budapest yang mengubah dunia tanpa banyak kata. [UN]