Ilustrasi ini berasal dari pertengahan abad ke-19 menggambarkan 12 Jenis Kappa. (Wikimedia Commons)

Di berbagai belahan dunia, air bukan hanya menjadi sumber kehidupan, tetapi juga menyimpan misteri yang menakutkan. Banyak masyarakat tradisional mempercayai keberadaan makhluk gaib yang menghuni sungai, danau, hingga laut. Mitos tentang hantu air ini sering kali berfungsi sebagai peringatan agar manusia berhati-hati saat berada di sekitar perairan.

Dari Indonesia hingga Jepang, kisah-kisah tentang makhluk mistis yang tinggal di dalam air masih hidup dalam budaya setempat. Salah satu yang paling terkenal adalah Kappa dari Jepang, yang memiliki sifat licik dan misterius. Namun, di Indonesia sendiri, ada cerita serupa tentang Antu Banyu dan Lulun Samak, yang konon menjadi penghuni sungai dan rawa.

Meskipun memiliki perbedaan karakteristik, mitos-mitos ini memiliki satu kesamaan, yaitu mereka dipercaya menghuni perairan dan sering kali dianggap sebagai ancaman bagi manusia. Bagaimana kisah mereka berkembang, dan apa persamaan serta perbedaan antara legenda ini? Mari kita telusuri lebih dalam tentang mitos hantu air di berbagai kebudayaan.

Hantu Air di Indonesia: Antu Banyu dan Lulun Samak

Di Indonesia, cerita tentang hantu air cukup banyak tersebar, terutama di daerah yang memiliki sungai besar. Salah satunya adalah Antu Banyu, yang dipercaya menghuni Sungai Musi di Sumatera Selatan. Makhluk ini diyakini sering menggoda atau mencelakai orang yang berada di dekat sungai, terutama mereka yang lengah saat berada di perairan.

Selain Antu Banyu, di Jawa Barat terdapat kisah tentang Lulun Samak, hantu air yang menyerupai tikar dan dipercaya dapat menggulung korbannya hingga tenggelam ke dasar sungai. Mitos ini sering diceritakan sebagai peringatan bagi anak-anak agar tidak bermain di sungai sendirian.

Kappa: Monster Air dari Jepang yang Menakutkan

Di Jepang, salah satu makhluk mitologi paling terkenal yang berkaitan dengan air adalah Kappa. Makhluk ini digambarkan memiliki tubuh kecil seukuran anak-anak, tangan dan kaki berselaput, serta memiliki punggung seperti tempurung kura-kura.

Kulitnya bersisik dengan warna bervariasi dari kuning, hijau, hingga biru. Salah satu ciri khas Kappa yang paling unik adalah adanya cekungan berbentuk mangkuk di atas kepalanya yang berisi air, yang disebut sara. Air dalam sara ini dianggap sebagai sumber kekuatan magis Kappa. Jika airnya tumpah atau mengering, Kappa akan kehilangan kekuatannya, bahkan bisa mati.

Dalam cerita rakyat Jepang, Kappa digambarkan sebagai makhluk yang licik dan suka mengganggu manusia. Beberapa lelucon mereka tergolong ringan, seperti membuat suara aneh menyerupai perut kembung atau mengintip wanita yang mengenakan kimono. Namun, Kappa juga terkenal dengan sifat kejamnya. Beberapa kisah menyebutkan bahwa Kappa sering mencoba menenggelamkan hewan ternak dan bahkan menculik anak-anak untuk dimakan.

Meskipun begitu, ada pula kisah di mana Kappa menunjukkan sisi baiknya. Konon, Kappa yang berhutang budi kepada manusia akan setia membantu mereka. Beberapa legenda Jepang bahkan mengaitkan Kappa dengan pengetahuan tentang pengobatan tradisional, seperti penyusunan tulang dan pembuatan salep.

Obsesi Kappa terhadap Shirikodama

Salah satu aspek yang paling menyeramkan dari legenda Kappa adalah obsesinya terhadap shirikodama, sebuah permata mistis yang dipercaya menyimpan kekuatan hidup seseorang dan terletak di dalam anus. Dikatakan bahwa Kappa sering menyerang manusia untuk mengambil shirikodama mereka. Oleh karena itu, banyak orang di zaman dulu yang takut berenang di sungai atau kolam yang dipercaya dihuni oleh Kappa.

Selain itu, Kappa juga terkenal dalam mitos sebagai makhluk yang mengincar wanita. Beberapa cerita menyebutkan bahwa Kappa sering bersembunyi di toilet yang berada di dekat sungai dan melakukan pelecehan terhadap perempuan yang lengah. Konon, beberapa wanita bahkan melahirkan anak hasil hubungan dengan Kappa, yang kemudian dibuang karena bentuknya yang mengerikan.

Meskipun terdengar seperti dongeng, kepercayaan terhadap Kappa masih bertahan di beberapa wilayah Jepang. Hingga saat ini, masih ada tanda peringatan yang dipasang di dekat sungai atau danau tertentu yang bertuliskan peringatan akan keberadaan Kappa. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun zaman telah berubah, legenda dan mitos tetap menjadi bagian dari budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

Di Indonesia sendiri, cerita tentang Antu Banyu dan Lulun Samak tetap menjadi bagian dari kisah rakyat yang diceritakan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Walaupun lebih sering digunakan sebagai peringatan agar anak-anak tidak bermain di sungai sembarangan, mitos ini tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Legenda hantu air di berbagai negara menunjukkan betapa kuatnya pengaruh mitologi dalam kehidupan masyarakat. Dari Antu Banyu dan Lulun Samak di Indonesia hingga Kappa di Jepang, semua makhluk ini memiliki peran dalam membentuk kepercayaan lokal dan menjadi bagian dari cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Apakah mitos ini benar adanya atau hanya sekadar cerita untuk menakut-nakuti, tetap menjadi misteri yang menarik untuk ditelusuri. [UN]