Replika debu realistis yang berhasil dibuat di laboratorium membantu para ilmuwan mempelajari asal usul warna merah Mars. (Sumber: Detection of ferrihydrite in Martian red dust records ancient cold and wet conditions on Mars/Adomas Valantinas, John F. Mustard, Vincent Chevrier, dkk.)

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di Nature Communications pada 25 Februari 2025 mengungkapkan bahwa Mars mungkin mendapatkan warna kemerahannya dari ferihidrit, oksida besi yang mengandung air.

Melansir dari Live Science, temuan ini diumumkan setelah tim yang dipimpin oleh Adomas Valantinas, ilmuwan planet di Brown University, menganalisis data dari sejumlah wahana antariksa yang mengorbit Mars.

Wahana tersebut yaitu Mars Express orbiter dan Trace Gas Orbiter (TGO) milik Badan Antariksa Eropa (ESA), Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA, dan wahana penjelajah Curiosity, Pathfinder, dan Opportunity milik NASA.

Walau belum satupun dari wahana antariksa tersebut yang kembali ke Bumi, tim peneliti dapat menggunakan data yang terkirim untuk menganalisis komposisi mineral dan ukuran debu Mars.

Mereka menggunakan mesin penggiling canggih untuk membuat replika debu yang realistis dengan ukuran butiran kira-kira seperseratus lebar rambut manusia di laboratorium di Bumi.

Dengan menganalisis debu ini melalui metode yang sama seperti yang dilakukan wahana antariksa, tim peneliti menemukan bahwa debu Mars sangat cocok dengan ciri-ciri ferrihidrit, yang terbentuk saat planet itu dingin dan basah.

“Ferihidrit memerlukan air cair dan terbentuk dengan cepat dalam kondisi dingin, basah, dan teroksidasi, biasanya pada pH netral. Sebaliknya, hematit dapat terbentuk dalam kondisi hangat dan kering melalui proses pelapukan kimia yang lambat,” kata Valantinas, dikutip dari Live Science.

“Temuan ini menunjukkan bahwa Mars mengalami periode perubahan air—kondisi dingin, basah dengan kimia aktif—sebelum beralih ke kondisi gurun saat ini. Hal ini memberikan batasan baru pada garis waktu kelayakhunian Mars dan menunjukkan lingkungan potensial tempat kehidupan mikroba dapat berkembang biak.”

Ini berarti, Mars mungkin dulunya berwarna biru karena mengandung air. Ketika air tersebut lenyap, permukaan Mars menjadi sangat kering dan berdebu, serta berubah menjadi kemerahan.

Hasil ini membuka pertanyaan baru tentang masa lalu Mars. Tim yang melakukan studi ini masih belum mengetahui lokasi sumber asli ferrihidrit sebelum tersebar melalui badai debu, komposisi kimia atmosfer Mars yang tepat saat ferrihidrit terbentuk, atau waktu pasti oksidasi Mars.

Dan ini sekali lagi memperkuat kecurigaan para ilmuwan mengenai kelayakhunian Mars di masa lalu. Mungkin pernah ada bentuk kehidupan di permukaan Planet Merah tersebut.

Para ilmuwan kini menantikan kembalinya wahana-wahana antariksa yang telah mendarat di Mars. Salah satu yang paling ditunggu-tunggu adalah Perseverance milik NASA.

Diluncurkan pada 30 Juli 2020, Perseverance dirancang untuk menjelajahi Kawah Jezero di Mars dan mengumpulkan sampel inti batuan Mars dan regolith, yaitu batuan pecah dan tanah. [BP]