Memahami Tradisi dan Makna Mendalam di Balik Lebaran Ketupat

Lebaran Ketupat menjadi lebaran kedua setelah Idhul Fitri yang datang setiap tanggal 8 bulan Syawal dalam penanggalan Hijriyah. foto: Sulindo (Ulfa Nurfauziah)

Di tengah gemerlap perayaan Idul Fitri yang memenuhi bulan Syawal, masyarakat Jawa memiliki tradisi yang khas dan sarat makna, yaitu Lebaran Ketupat. Berbeda dengan Idul Fitri yang dirayakan pada tanggal 1 Syawal setiap tahunnya, Lebaran Ketupat digelar pada 8 Syawal, sepekan setelah Idul Fitri. Tradisi ini memiliki akar yang dalam dan makna yang mendalam bagi masyarakat Jawa.

Asal Usul dan Sejarah Lebaran Ketupat

Sejarah Lebaran Ketupat berkisah pada Sunan Kalijaga, salah satu tokoh Walisongo yang memperkenalkan istilah “bakda” atau “ba’da” Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Lebaran adalah prosesi salat Ied sejak 1 Syawal dengan berkunjung dan saling silaturahmi, sementara Bakda Kupat diperingati seminggu setelah Lebaran dengan tradisi membuat dan menyantap ketupat bersama-sama.

Ketupat, makanan khas Lebaran Ketupat, terbuat dari beras yang dimasukkan ke dalam janur (anyaman daun kelapa) dan dimasak hingga matang. Kemudian, ketupat akan diantarkan ke kerabat terdekat atau orang yang lebih tua.

Makna dan Tujuan Lebaran Ketupat

Lebaran Ketupat tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga memiliki makna mendalam bagi masyarakat Jawa. Tradisi ini dianggap sebagai bentuk apresiasi bagi umat Muslim yang menjalankan puasa Syawal setelah puasa Ramadhan. Selain itu, Lebaran Ketupat juga menjadi simbol kebersamaan, kasih sayang, serta kerukunan sosial antar sesama umat Muslim.

Perayaan Lebaran Ketupat di Surabaya

Di Surabaya, Lebaran Ketupat dirayakan dengan penuh kegembiraan. Setiap warga membawa ketupat dari rumah masing-masing untuk disantap bersama di masjid atau musala. Tradisi ini juga melibatkan persiapan makanan pendamping seperti kuah sup, lodeh, kare, dan sambal goreng ati. Warga Surabaya menjalankan tradisi ini dengan penuh keakraban dan kehangatan.

Makna Mendalam di Balik Hidangan Ketupat

Makna Mendalam Lebaran Ketupat

Mengutip dari islami.co, arti kupat bisa dimaknai sebagai “laku papat” yang menjadi simbol dari empat segi dari ketupat. Laku papat adalah empat tindakan yang terdiri dari Lebaran, Luberan, Leburan, Laburan. Berikut ini makna mendalam di balik hidangan ketupat yang disuguhkan saat Lebaran Ketupat.

1. Lebaran yaitu tindakan yang telah selesai, diambil dari kata lebar. Maknanya selesai dalam menjalani ibadah puasa.

2. Luberan atau meluber, yaitu menyimbolkan agar melakukan sedekah dengan ikhlas layaknya air yang berlimpah hingga meluber dari wadahnya. Maka, tradisi membagikan berbagi atau bersedekah di hari raya Idul Fitri menjadi kebiasaan umat Islam di Indonesia.

3. Leburan yakni memiliki makna lebur sebagaimana dalam bahasa Indonesia. Lebur saat Idul Fitri ditandai dengan meleburnya dosa dengan cara saling bermaaf-maafan atau bersilaturahmi.

4. Laburan berasal dari kata kabur yang artinya kapur putih. Maknanya yakni hati seseorang dapat kembali menjadi putih dan suci setelah melakukan ibadah selama bulan puasa Ramadhan.

Lebaran Ketupat bukan sekadar perayaan biasa, tetapi juga sebuah tradisi yang sarat akan makna dan nilai-nilai kebersamaan serta toleransi antar sesama umat Muslim. Melalui hidangan ketupat, masyarakat Jawa mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaan atas berakhirnya bulan suci Ramadhan serta mempererat tali persaudaraan dalam merayakan kebersamaan. [UN]