Koran Sulindo – Pada suatu siang Maret 2020. Sejumlah tenaga medis yang akan berangkat ke Italia berkumpul di pusat kota Havana, Kuba. Tak ada raut ketakutan. Padahal tenaga medis mulai dari dokter hingga perawat itu harus berkutat dengan virus mematikan corona atau Covid-19 selama berada di Italia.
Mereka menjadi relawan di Italia karena korban akibat wabah virus corona terus berjatuhan. Mereka – para tenaga medis itu – dengan bangga berpose sesaat sebelum berangkat sambil memegang pigura bergambarkan tokoh revolusi Kuba: Fidel Castro. Mereka tersenyum lebar saat juru foto mengabadikan momen itu.
Seorang tenaga medis Leonardo Fernandez, 68, seorang spesialis perawatan intensif menyebutkan kalau mereka bukanlah pahlawan super. Namun, mereka melakukan itu demi sebuah tugas revolusioner menjalankan misi kemanusiaan.
“Kami semua takut, tetapi kami memiliki tugas revolusioner untuk dipenuhi. Kami adalah dokter revolusioner,” ujar Fernandez.
Tim Kuba yang berangkat ke Italia merupakan yang keenam. Sebelumnya Kuba telah mengirim kontingen ke negara sekutu sosialis seperti Venezuela, Nikaragua, Jamaika, Suriname dan Grenada. Menteri Kesehatan Jamaika Christopher Tufton merespons kiriman tim kesehatan Kuba dengan menyebut respons negara sosialis itu luar biasa.
“Dalam masa krisis, pemerintah Kuba, orang-orang Kuba, mereka telah mendengar permohonan kami dan mereka telah merespons,” kata Tufton.
Bukan karena virus corona Kuba bergerak mengirim tim kesehatan. Beberapa kali ketika wabah melanda dunia, Kuba tetap mengirimkan tim medisnya. Misalnya, ketika virus Ebola menyerang negara-negara Afrika. Atau virus kolera menerjang Haiti pada 2010. Kuba juga mengirim pasukan tenaga medis menjadi garda terdepan untuk ikut menangulangi serangan penyakit yang mematikan. Umumnya yang ditolong adalah negara-negara miskin.
Publik menyoroti langkah Kuba untuk masuk ke Italia yang merupakan negara kaya. Karena tercatat ini merupakan langkah pertama mereka masuk ke negara berpaham liberal seperti Italia. Terlepas dari sistem diplomasi apa yang sedang dijalankan Kuba, negara ini memang membangun sistem kesehatan yang membuat iri negara-negara berkembang.
Jika dulu masyhur pepatah tuntutlah ilmu setinggi-tingginya ke Tiongkok, tampaknya dalam hal kesehatan dunia perlu belajar dari Kuba. Negara ini memiliki rasio dokter per kapita tertinggi di dunia dan itu tidak termasuk dokter yang sedang berada di luar negeri. Dan Havana tetap berniat baik untuk mengirimkan bantuan pasukan medisnya ke seluruh dunia.
Sebelum virus corona ini, Kuba juga telah terbukti mampu mengalahkan berbagai virus-virus lainnya. Ketika dunia dikejutkan dengan wabah virus Zika pada 2016, Kuba merupakan negara yang paling siap menghadapinya. Persis seperti sekarang, ketika Indonesia masih bersiap-siap menghadapi virus Zika karena di Singapura kala itu sudah tercatat 82 positif, Kuba justru telah berhasil mengalahkannya.
Kemampuan Kuba
Kampanye “perang” Kuba melawan Zika mengingatkan kita kepada kisah kaum revolusioner yang dipimpin Fidel Castro mengalahkan rezim diktator Fulgencio Batista pada 1959. Kuba yang sudah dipimpin Raul Castro kala mengalahkan virus Zika menyerukan kepada seluruh rakyat untuk mencegah penyebaran utama Zika dengan program penyemprotan di seluruh negeri. Hasilnya hanya 3 orang yang terpapar virus Zika.
Para ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memuji upaya pemerintah Kuba itu dan menjadikan negara tersebut sebagai rujukan dalam mencegah penyebaran virus Zika. Khusus mengenai virus corona ini, seperti yang dilaporkan Granma pada 27 Maret 2020, Kementerian Kesehatan Kuba mengkonfirmasi total kasus positif Covid-19 sekitar 80 orang. Dari jumlah itu, 13 merupakan kasus baru.
Dari semua pasien yang dirawat di Kuba, 70 orang berada dalam kondisi stabil, 1 kritis dan 2 dalam perawatan serius. Kemudian, jumlah yang meninggal dunia sekitar 2 orang dan 4 pasien dinyatakan sembuh dan dipulangkan.
Selain sistem kesehatannya itu, Kuba juga disebut mampu memproduksi antivirus yang memperlambat penyebaran dan bahkan menyembuhkan penderita virus corona. Komisi Kesehatan Tiongkok menetapkan antivirus Kuba yang dinamai dengan “Recombinant Interferon Alpha 2B (IFNrec)” sebagai salah satu dari 30 obat yang dinilai efektif menyembuhkan penyakit pernapasan.
Tidak hanya Tiongkok, WHO juga memilih Interferon sebagai salah satu obat untuk melawan virus corona. Obat ini terbukti mampu membantu penyembuhan 1.500 pasien virus corona di Tiongkok. Penasihat ilmiah kelompok bisnis Biocubafarma Luis Herrera Martinez mengatakan, Interferon Alfa 2B memiliki peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus.
Interferon disebut ampuh melawan semua jenis virus berbahaya. Selain melawan corona, Interferon juga digunakan untuk mengobati kanker, infeksi terkait HIV, tumor, kutil kelamin dan hepatitis tipe B dan C. Interferon Alfa 2B sudah ada di Kuba sejak 1981. Saat ini, obat tersebut dikembangkan oleh tiga perusahaan bioteknologi yakni ChangHeber, Biotech dan Changchun Heber Biological Technology yang merupakan proyek kerja sama Kuba dan Tiongkok.
Karena keampuhan melawan virus corona itu, pesanan terhadap Interferon kini melonjak. Pesanan itu berawal dari Meksiko karena virus corona telah melonjak di sana. Pun demikian dengan Spanyol. Italia yang sudah di ambang putus asa, memohon kehadiran petugas medis Kuba untuk membantu mereka melawan virus corona. Juga meminta agar para petugas medis Kuba itu datang dengan Interferon Alfa 2B.
Mendengar permintaan pemerintah Italia itu, para dokter dan perawat Kuba segera datang tanpa rasa takut. Bisa dibayangkan, mereka meninggalkan orang-orang yang dicintainya di Kuba sambil menyanyikan lagu Bella Ciao menuju Italia. [Kenourios Navidad]