Megawati: Tak Apa Pelajari Budaya Luar tapi Tetap Jaga Seni Indonesia

Megawati Soekarnoputri dan jajaran pimpinan DPP PDI Perjuangan pada acara peluncuran tagline dan atribut untuk kaum Milenial, di kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Kamis (20/9/2018)/CHA

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengatakan mempelajari budaya luar negeri adalah hal itu positif, asalkan generasi milenial itu tidak melupakan kesenian Indonesia.

“Saya meminta anak-anak muda ini belajar seni kita, tetap menjaga seni kita juga,” kata Megawati Soekarnoputri, pada acara peluncuran tagline dan atribut untuk kaum Milenial, di kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Kamis (20/9/2018).

Menurut Megawati warga negara lain banyak yang takjub pada kesenian Indonesia, semisal alat musik tradisional gamelan.

Lalu Presiden ke-5 Republik Indonesia tersebut menceritakan masa kecil saat diminta belajar menari oleh orangtuanya, Presiden ke-1 RI, Soekarno.

“Anak-anak Soekarno diminta untuk mempelajari seni sejak belia,” katanya.

Anak-anak Soekarno dari Fatmawati, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra, diminta mempelajari seni saat berusia lima tahun.

“Bung Karno itu meski politikus yang taktis tetapi kami usia lima tahun disuruh menari, disuruh bisa musik,” katanya.

Megawati kala itu diminta Bung Karno memilih jenis seni yang ingin digeluti, tradisional atau seni modern. Megawati kecil memilih gamelan dan tari. Sedang Guntur dan Guruh memilih musik modern, Rachmawati dan Sukmawati memilih piano.

“Saya memilih gamelan. Mas Guruh memilih modern. Mas Guntur begitu juga. Dua adik saya istilahnya tidak memilih tapi ada yang bisa piano,” katanya.

Cerita Megawati, mempelajari seni ternyata bukan hal mudah. Seni tari saja begitu banyak macamnya di tanah air.

“Harus bisa tari Jawa, Sunda, Bali, Sumatera. Bayangkan itu tidak mudah,” kata Megawati. [CHA/DAS]

(Artikel ini pernah dimuat pada 20 September 2018)