Koran Sulindo – Megawati Soekarnoputri hadir dalam perayaan ulang tahun Kebun Raya Bogor (KRB) yang genap berusia 2 abad, hari ini. Megawati hadir sebagai ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia.Mantan Presiden RI ke-5 tersebut mendapat kehormatan meresmikan patung 2 abad KRB.
Perayaan 2 abad Kebun Raya Bogor akan dimeriahkan sejumlah acara, seperti Pameran Perkebunrayaan (18-21 Mei ), KRB 200K Run (20-21 Mei), Kegiatan Pendidikan Lingkungan (19-21 Mei), sepeda santai (20 Agustus), seminar, festival seni budaya, dan lomba fotografi.
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Didik Widyatmoko mengatakan, pada momentum perayaan 200 tahun KRB ini, tema yang diangkat adalah “Plant and People in Harmony”.
“Plant and People in Harmony itu karena Kebun Raya Bogor ingin mengingatkan kepada kita semua tentang peran penting tumbuhan di alam,” katanya.
Pengunjung dapat melihat pameran secara gratis.
“Pengunjung bisa menambah ilmu pengetahuannya tentang tumbuhan dan tentang Kebun Raya,” kata Didik, seperti dikutip Antaranews.com.
Kebun Raya Bogor memiliki luas sekitar 87 hektar dengan koleksi 12.531 spesimen tumbuhan yang terdiri atas 3.228 jenis, 1.210 marga, dan 214 suku.
Perangko Seri Anggrek 34 Provinsi
Dalam rangka 20p0 tahun KRB ini, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meluncurkan perangko seri khusus kekayaan anggrek Indonesia.
Perangko seri anggrek ini merupakan lanjutan dari perangko Negara Kesatuan RI dalam Puspa, yang digagas oleh Megawati Soekarno Putri saat meresmikan Griya Anggrek di Kebun Raya Bogor pada 2002 silam.
Jenis anggrek yang dijadikan perangko dipilih berdasarkan asal atau areal distribusinya serta keberadaan anggrek tersebut di Kebun Raya Bogor.
Salah satu perangko anggrek itu bergambar coelogyne marythae. Anggrek tersebut merupakan hasil eksplorasi dari Katingan, Kalimantan Tengah tahun 2013 lalu yang dilakukan oleh tim peneliti Kebun Raya Bogor.
Simbol Keberagaman
Sementara itu Wali Kota Bogor, Bima Arya, mengatakan Kebun Raya Bogor (KRB)menjadi simbol keberagaman yang harus dijaga dan dipelihara demi kenyaman dan keindahan.
Berdasarkan survei kepada warga, Bogor identik dengan dua hal, yaitu Kota Hujan dan Kebun Raya Bogor.
“Kebun Raya Bogor dan Kota Bogor tidak bisa dipisahkan. Bukan hanya sebagai halaman depan dan belakang, tapi juga halaman tengah, sebagai paru-paru kota, hutan kota di tengah kota,” kata Politisi PAN tersebut.
Setiap hari Kebun Raya Bogor ramai dikunjungi, sekitar 1.000 wisatawan pada hari biasa dan hampir 10.000 wisatawan setiap Sabtu dan Minggu.
Latar Belakang
Pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Willem Daendels (1808-1811) Istana Bogor diperluas dengan memperlebar bagian kiri dan kanan. Gedung induk dijadikan dua tingkat. Perubahan besar terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826) dengan mendirikan menara di tengah-tengah gedung induk. Sementara lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya.
Seperti ditulis situs presidenri.com, gagasan Kebun Raya muncul dari Prof. Caspar George Carl Reinwardt, yang pada 1816 diangkat menjadi Direktur Pertanian, Seni, dan Pendidikan untuk Pulau Jawa.
Reinwardt langsung memulai riset dalam bidang ilmu tumbuh-tumbuhan dan mulai menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia mengumpulkan semua tanaman di sebuah kebun botani di sekitar halaman Istana Bogor yang sebelumnya didiami oleh Letnan-Gubernur Thomas Stamford Raffles bersama isterinya Olivia Mariamne Raffles selama masa peralihan dari Pemerintah Inggris ke Kerajaan Belanda di Pulau Jawa (1811-1816). Melalui bantuan seorang ahli botani William Kent, lahan yang awalnya merupakan halaman Istana Bogor dikembangkan menjadi sebuah kebun yang cantik. Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya yang sekarang.
Pada 15 April 1817 Reinwardt mencetuskan gagasan untuk mendirikan kebun botani kepada Gubernur Jenderal G.A.G.P. Baron van der Capellen. \
Pada 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal G.A.G.P. van der Capellen secara resmi mendirikan sebuah Kebun Raya di Kota Bogor, yang saat itu disebut dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg.
Reinwardt yang menjadi pengarah pertama Kebun Raya Bogor (1817-1822) lalu mulai mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.
Pada 1949, setelah Indonesia merdeka ‘s Lands Plantentiun te Buitenzorg berganti nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam, kemudian menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LLPA) untuk pertama kalinya dikelola dan dipimpin oleh bangsa Indonesia, Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo. Pada 1956 untuk pertama kalinya pimpinan Kebun Raya dipegang oleh bangsa Indonesia yaitu Sudjana Kassan menggantikan J. Douglas.
Bangunan di Buiten zorg mengalami rusak parah ketika gempa bumi terjadi pada 10 Oktober 1834. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851-1856). Bangunan lama yang terkena gempa dirubuhkan dan dibangun kembali menjadi bangunan baru satu tingkat dengan gaya arsitektur Eropa Abad IX. Selain itu, dibangun pula dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan gedung sayap kanan serta sayap kiri. [DAS]