Ilustrasi/Istimewa

Koran Sulindo – Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri mengisahkan soal sejarah bendera pusaka Merah Putih. Ternyata, kainnya yang berwarna merah diperoleh dari orang Jepang. Dan Bendera Pusaka ini pernah dibelah dua hanya demi menghindari pihak Belanda yang mencoba menjajah kembali Indonesia.

Megawati mengisahkan itu saat memberikan sambutan di hadapan Pengurus Pusat dan Anggota Purna Paskibraka Indonesia, di Balai Sarbini, Jakarta, Sabtu (10/11/2018) malam.

Megawati mengaku diceritai langsung oleh Ibunya, Fatmawati, yang menjadi penjahit Bendera Pusaka itu.  Pada 1944, Soekarno dan Fatmawati sama-sama sudah merasa bahwa cita-cita seumur hidupnya, yakni memerdekakan Indonesia, akan segera tercapai.

“Waktu itu, ibu saya masih mengandung kakak saya, Guntur. Beliau lalu menjahit bendera Merah Putih. Tapi waktu itu jaman Jepang, susah sekali mencari kain warna merah. Kalau kain warna putih banyak,” katanya.

“Ibu cerita ke saya. Justru yang memberikan kain berwarna merah, seorang Jepang yang simpati pada kita. Dia seorang pengusaha. Dia yang mencari dan dapat. Lalu kain itu dijahit dan disimpan ibu saya.

Bendera Pusaka itu dikibarkan pertama kali di Jalan Pegangsaan Timur, tempat proklamasi Indonesia dinyatakan pertama kali.

Setelah proklamasi, ternyata Belanda tak bisa menerima kenyataan itu dan mencoba kembali melakukan agresi. Sebagai Proklamator dan presiden RI pertama, Soekarno pun terancam. Soekarno pun membawa keluarga pindah ke Yogyakarta, atas permintaan Sultan Hamengkubuwono IX.

“Ini yang tak banyak diketahui. Ibu saya bercerita. Sebelum kami pindah, ayah saya bilang ke H Muthahar. Saya beri tugas kamu bawa Bendera Merah Putih ke Yogyakarta. Saya tak mau tahu gimana caranya, yang pasti harus selamat,” cerita Megawati.

H Muthahar adalah seorang mayor, yang dikenal sebagai Bapak Paskibraka Indonesia, juga terkenal sebagai pengarang lagu “Hari Merdeka”.

“Cerita ibu saya, bendera itu dibuka lagi, dipisah putih dan merahnya. Tentunya ini tak bisa dibawa satu orang. Tapi pendek ceritanya, bendera itu sampai juga di Yogyakarta. Dan ibu saya menjahitnya kembali,” kata Ketua Umum PDI Perjuangan itu.

Sampai bagian itu, Megawati terdiam sebentar.

“Ini kain hanya merah dan putih. Tapi jiwanya itu ada,” kata Megawati, sambil menunjuk dadanya. “Ada di sini, ada di dada kita, roh kita,” kata Megawati sambil suaranya makin membesar dan tercekat.

“Kalau sekarang ada yang mau ganti bendera kita, negeri kita dengan yang lain, saya tanya ke anak-anak muda, apakah siap mempertahankan negara ini?” kata Megawati menantang para peserta acara yang mayoritas anak muda, purna Paskibraka angkatan 2000-an ke atas.

“Yang saya harapkan, mulai malam ini, roh itu kembali, roh untuk mempertahankankan Merah Putih kita,” kata Megawati. [CHA]