Endri Geovani dan Pibes Board. Foto: ugm.ac.id

Suluh Indonesia – Batang singkong belum banyak dimanfaatkan secara maksimal. Selama ini, sebagian dari batang singkong dipakai sebagai bibit. Selebihnya dibuang atau sebagai kayu bakar.

Di tangan sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, batang singkong yang selama ini belum banyak dimanfaatkan masyarakat diolah menjadi papan partikel dengan kualitas yang tidak kalah dengan papan partikel pabrikan.

Mereka adalah Endri Geovani dan Abdul Malik dari fakultas pertanian serta Novita, Supa, dan Warsita Nur Fadhillah dari fakultas kehutanan. Kelimanya berhasil menyulap batang singkong menjadi papan partikel yang dinamai Pibes Board.

Papan partikel berbahan batang singkong ini juga berhasil menghantarkan mereka meraih penghargaan medali perak dalam Asian Young Inventors Exhibition (AYIE) 2015 di Malaysia serta medali emas dariWorld Intellectual Property Association (WIPA) dalam kegiatan Internatioanl Invention Innovation& Technology Exhibition (ITEX) 2015 di Taiwan. Sebelumnya juga meraih juara umum nasional dalam LKTI di Universitas Diponegoro-Semarang dan juara I dalam LKTI di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa-Banten.

Endri mengungkapkan, pengembangan papan partikel berbahan batang singkong berawal dari pengalaman di kampung halamannya di Lampung Timur. Di daerahnya banyak petani singkong dan, saat masuk pasca-panen, limbah pertanian singkong, terutama batangnya, hanya ditumpuk dan kemudian dibakar.

“Malah jadi sarang tikus yang bisa menyerang tanaman pertanian lain,” tutur Endri, Senin (1/2/2016) di PKM Center UGM.

Di kampungnya, tanaman singkong melimpah. Sekitar satu hektare perkebunan singkong bisa ditanami hingga 15.625 batang, yang menghasilkan sekitar 31.250 meter batang singkong.  Sementara itu, petani biasanya hanya akan menggunakan sekitar 20% batang singkong untuk kebutuhan penanam kembali (replanting). Untuk 80% sisanya hanya menjadi limbah yang tidak dimanfaatkan.

Melihat kenyataan ini, Endri lantas melakukan kajian lebih mendalam terkait batang singkong. Diketahui, batang singkong memiliki kandungan selulosa dengan struktur seperti yang terdapat pada kayu. Dalam ubi kayu mengandung 21,5% selulosa, 12% hemiselulosa, dan 23% lignin.

Kandungan-kandungan tersebut bisa dipakai untuk membuat papan partikel. Endri kemudian melakukan uji coba dengan menggunakan batang singkong varietas Kasetsart (UJ-3) yang banyak ditemukan di daerah asalnya.
Berbagai uji coba mereka lakukan untuk memperoleh formula yang tepat guna mendapatkan papan partikel yang kuat, lentur, dan ringan. Mereka tidak hanya memanfaatkan limbah batang singkong, tapi juga menambahkan limbah plastik HDPE  dalam pembuatan papan partikel ini.

Setelah melalui serangkaian uji coba, akhirnya Endri dan kawan-kawan dapat menghasilkan papan partikel berbahan batang singkong seperti yang mereka harapkan.

Menurut Endri, pada parameter kerapatan dan keteguhan rekat internal (IB), papan ini memiliki nilai di atas Standard Nasional Indonesia (SNI) 08-2105-2006, yaitu dengan nilai kerapatan 0,7-0,72 gr/cm³ dan nilai IB 2,25kgf/cm³. Sementara itu, nilai kerapatan dan IB sesuai SNI secara berurut adalah 0,4-0,9 gr/cm³ dan 1,5 kgf/cm³.

“Hasilnya menunjukkan papan partikel berbahan batang singkong kami ini memiliki nilai kerapatan dan keteguhan rekat internal di atas SNI. Dari uji pengembangan ketebalan dan daya serap air kurang dari 30 persen, hampir mendekati SNI,” ujar mahasiswa Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian UGM ini.

Endri menyampaikan, papan partikel ini sangat potensial untuk dikembangkan. Karena, tanaman singkong di Indonesia sangat melimpah. “Dari satu hektare kebun singkong bisa dihasilkan 5.625 papan berukuran 30 cm x 30 cm x 1 cm,” tuturnya.

Papan partikel berbahan batang singkong ini tidak hanya memiliki kualitas bagus yang menyerupai kayu. Namun, produk ini diharapkan dapat menjadi papan alternatif pengganti papan pabrikan yang bersifat ramah lingkungan.

“Harapannya nantinya bahan baku industri papan yang berasal dari hutan bisa disuplai dari batang singkong ini,” ujar Endri.  [YUK/PUR]

(Tulisan ini pernah dimuat pada 1 Februari 2016)

Baca juga