Koran Sulindo – Ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan melakukan serangan peluru kendali ke Suriah ditanggapi Rusia dengan sinis.

Rusia menyebut seharusnya rudal-rudal itu ditujukan kepada teroris bukan pemerintah yang sah seperti rezim Bashar al Assad di Suriah.

Serangan rudal justru menjadi dalih bagi AS untuk menghancurkan bukti serangan kimia. Mereka meyakini serangan kimia yang didengungkan oleh AS dan negara-negara Barat itu adalah kebohohan.

“Rudal-rudal cerdas itu mestinya menyerang teroris, dan bukan ke pemerintahan sah yang telah bertempur melawan terorisme internasional di wilayahnya selama bertahun-tahun,” kata Maria Zakharova juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.

Lebih lanjut dalam tanggapan itu, Zakharova justru menuding rencana serangan itu merupakan dalih untuk menghancurkan bukti-bukti serangan kimia di Douma, Suriah.

Baca jugaGoutha, Awal dari Akhir Perang Suriah?

Rusia menyebut tuduhan serangan kimia di Douma adalah ‘provokasi’ untuk membenarkan intervensi Barat di Suriah.

Ia lebih lanjut mempertanyakan, seluruh gagasan serangan rudal justru untuk menghapus dengan cepat seluruh bekas provokasi. “Supaya pemeriksa internasional tak mendapati apapun untuk diperiksa sebagai bukti?”

Pernyataan Zakharova tersebut merujuk pada ancaman Trump melalui yang meminta Rusia bersiap menghadapi serangan ‘rudal cerdas’ AS di Suriah.

“Rusia bersumpah untuk menembak jatuh setiap dan seluruh rudal yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia, karena rudal akan datang, bagus dan baru dan ‘cerdas’!” tulis Trump pada Twitter pribadinya.

Trump juga mencibir sikap Rusia selalu mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad pada konflik sipil di Suriah. Ia menyebut seharusnya Rusia tak bermitra dengan “Binatang Pembunuh Gas yang membunuh rakyatnya dan menikmatinya.”

Pernyataan Trump itu disampaikan setelah Rusia merilis ancaman akan menembak jatuh setiap rudal AS yang ditujukan kepada Suriah.

Pemerintah Suriah sebenarnya telah mempersilakan organisasi pengawas kimia dunia untuk datang ke kota Douma dan menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia yang diduga telah menyebabkan sedikitnya 49 orang meninggal dunia.

Kantor berita SANA, mengutip pernyataan sumber Kementerian Luar Negeri, mengatakan rezim siap untuk bekerja sama dengan tim pencari fakta.

“Kementerian telah mengirimkan undangan resmi kepada Organisasi Pelarangan Persenjataan Kimia (OPCW) untuk mengutus tim pencari fakta ke Douma dan menyelidiki klaim terkait tuduhan penggunaan senjata kimia di sana,” kata sumber itu seperti dikutip The New Arab.

Selain mengirim surat undangan , Damaskus juga menyatakan siap memberikan semua bantuan yang diperlukan.

Beberapa hari sebelumnya, sebuah serangan rudal yang diduga dilakukan oleh Amerika Serikat menghantam sebuah pangkalan udara di Suriah Tengah, Senin (9/4). Akibat serangan itu 14 orang dilaporkan tewas termasuk beberapa orang berwarga negara Iran.

Televisi Suriah menyebut serangan rudal menghantam lapangan terbang T-4 di Provinsi Homs dekat kota tua Palmyra.

Mengutip sumber-sumber militer, televisi itu menyebut sistem pertahanan udara setidaknya berhasil merontokkan delapan rudal yang mengincar pangkalan tersebut.

“Pertahanan Udara Suriah menghancurkan beberapa rudal yang menyerang pangkalan udara T-4. Misil jatuh di sekitar lapangan terbang.”

Sementara itu sumber-sumber lokal juga menyebut serangan tak mengakibatkan kerusakan signifikan di pangkalan. Namun, jumlah korban tetap tidak jelas.(TGU)