OPINI, Koran Sulindo – Fenomena viral boneka Labubu menjadi cerminan menarik dari perilaku konsumsi Generasi Z (Gen Z) yang sering kali dianggap sebagai generasi yang sulit mendapatkan pekerjaan dan cenderung tidak stabil secara finansial.
Namun, popularitas Labubu, sebuah boneka dengan harga yang bisa mencapai jutaan rupiah menggambarkan sisi lain dari Gen Z, yaitu kesiapan mereka untuk mengeluarkan uang dalam jumlah besar demi mengikuti tren.
Kehadiran Lisa BLACKPINK yang memeluk Labubu di media sosial memperkuat fenomena ini. Seperti banyak tren lainnya, dukungan selebriti global memiliki dampak besar dalam mempopulerkan sebuah barang, menciptakan efek FOMO (Fear of Missing Out) yang mendorong banyak orang, khususnya Gen Z, untuk segera membeli produk tersebut.
Pertanyaannya adalah, apakah pengeluaran ini mencerminkan daya beli yang meningkat di kalangan Gen Z, atau hanya dorongan impulsif akibat tekanan sosial?
Di satu sisi, fenomena ini membuktikan bahwa anggapan bahwa Gen Z adalah generasi yang ‘lemah’ secara finansial mungkin tidak sepenuhnya akurat. Faktanya, banyak dari mereka yang rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk barang-barang yang mereka anggap penting, meskipun itu hanya untuk memenuhi kebutuhan sosial atau estetika.
Generasi ini juga lebih adaptif dengan dunia digital dan tren media sosial, menjadikan mereka target utama pemasaran berbasis influencer.
Namun, di sisi lain, fenomena FOMO yang melibatkan Labubu juga menyoroti isu konsumerisme berlebihan. Gen Z, yang tumbuh dengan tekanan media sosial, cenderung merasa perlu mengikuti tren untuk tetap relevan di lingkaran sosial mereka.
Kondisi ini sering kali membuat mereka mengeluarkan uang tidak karena kebutuhan nyata, melainkan untuk menghindari perasaan tertinggal. Tren seperti ini dapat memunculkan pertanyaan tentang bagaimana Gen Z mengelola keuangan mereka, apakah mereka benar-benar memiliki daya beli yang besar ataukah tren ini didorong oleh budaya konsumtif yang semakin mengakar.
Pada akhirnya, fenomena viral Labubu bukan hanya tentang boneka, tetapi juga tentang bagaimana budaya konsumsi dan sosial media mempengaruhi perilaku generasi muda saat ini.
Di balik hiruk-pikuk antusiasme memiliki boneka ini, ada pertanyaan lebih dalam tentang apakah Gen Z sedang membentuk pola konsumsi yang berkelanjutan atau justru terjebak dalam siklus konsumerisme yang dikendalikan oleh tren dan tekanan sosial. [UN]