Krisis Pasokan, Korea Selatan Borong Urea dari Indonesia

Warga mengantre untuk membeli cairan urea di Iksan, 180 kilometer selatan Seoul. Larutan air urea adalah cairan utama yang digunakan pada kendaraan diesel untuk mengurangi emisi - Heraldm

Pemerintah Korea Selatan bergerak cepat mengatasi kelangkaan cairan urea untuk kendaraan diesel dengan mengimpor dari Indonesia. Korea Selatan akan mengimpor 120.000 ton urea setiap tahun dari Indonesia untuk tiga tahun ke depan.

Menteri Perindustrian Korea Selatan Moon Sung-Wook dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia Erick Thohir pada Senin (6/12) telah menandatangani nota kesepahaman (MOU) tentang kerja sama bilateral dalam pasokan urea.

Kementerian Perindustrian Korea Selatan menyebut kesepakatan dengan Indonesia ini sebagai langkah yang dapat membantu mencegah krisis pasokan bahan industri utama di Korea.

Menteri Perindustrian Korea Selatan berharap Indonesia dapat menjadi pemasok stabil urea bagi Korea Selatan mengingat volume produksinya yang besar. Menurut Moon, kerja sama ekonomi bilateral yang dilakukan juga karena kedekatan geografis.

“Kedua negara sepakat untuk lebih meningkatkan kerja sama pada keseluruhan rantai pasokan di masa mendatang,” ujar Moon.

Setelah tercapainya kesepakatan itu, pengiriman pertama Indonesia sebesar 10.000 ton urea akan dimulai pada pertengahan Desember 2021, diharapkan tiba di Korea pada awal bulan depan.

Duta Besar RI untuk Korea, Gandi Sulistiyanto menyambut baik kerja sama ini “Tidak hanya urea, tetapi potensi lainnya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi di antara kedua negara akan terus didorong,” ujar Sulis, Rabu (8/12). Dia juga berharap ekspor urea dari Indonesia bisa meningkat serta kerja sama antar Indonesia – Korea semakin kuat.

Korea Selatan saat ini mengalami kekurangan pasokan urea disebabkan adanya pembatasan ekspor yang terapkan Cina. Kebutuhan pasokan untuk industri per tahun adalah 370.000 ton yang 97 persennya di pasok Cina. Akibat terhentinya pasokan, industri otomotif yang menggunakan cairan urea mengalami kesulitan produksi. [PAR]