Kredit Perbankan Masih Tumbuh di Tengah Kelesuan Ekonomi Indonesia

Ilustrasi pertumbuhan kredit perbankan di masa Covid-19/Tribunnews.com

Koran Sulindo – Kelesuan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal pertama 2020, yang hanya tumbuh 2,97% yoy, berdampak kepada industri perbankan. Banyak perusahaan yang mengerem ekspansi mereka di tengah ketidakpastian ekonomi karena wabah Covid-19. Akibatnya, kebutuhan modal kerja yang di antaranya bersumber dari perbankan ikut berkurang. Di sisi lain, meskipun ada juga entitas bisnis yang membutuhkan pendanaan, tetapi perbankan ekstra hati-hati dalam menyalurkan kredit dalam ketidakpastian ekonomi ini.

Menujuk data Statistik Perbankan Indonesia, hingga akhir Maret total outsanding kredit yang diberikan bank umum kepada pihak ketiga mencapai Rp 5.712 triliun, naik 7,95% dibanding Rp 5.291 triliun pada akhir Maret 2019.

“Kita melihat kredit masih tumbuh karena perusahaan-perusahaan  yang mempunyai fasilitas kredit masih menarik (kredit) karena di kondisi ini mereka justru memerlukan tambahan kredit dimana fasilitasnya sudah ada dan yang sudah direncanakan sebelumnya harus jalan proyeknya dan ini tetap jalan,” kata Ketua Dewan Komisioner  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pada Senin (10/5) lalu.

Penyaluran kredit pada Maret 2020 ini memang masih tumbuh, tetapi mengalami perlambatan. Pada Maret Maret 2019 lalu, pertumbuhan kredit mencapai 11,55%, setelah sebelumnya pada Maret 2018 hanya tumbuh 8,54%.

Gambaran perlambatan pertumbuhan kredit ini juga terlihat dari laporan keuangan kuartal pertama 2020 dari sejumlah bank besar. Terlihat bahwa penyaluran kredit memang masih tumbuh, tetapi ada sejumlah bank yang  pertumbuhannya melambat.

Empat bank raksasa tanah air yaitu BRI, Mandiri, BCA dan BNI, penyaluran kreditnya pada triwulan pertama 2020 ini masih tumbuh di atas rata-rata industri. Tetapi BRI dan BNI mengalami pertumbuhan yang melambat, sedankan Mandiri dan BCA pertumbuhannya tetap moncer.

BRI pada Maret 2020 jumlah oustanding kredit yang disalurkan kepada pihak ketiga mencapai Rp 901,81 triliun, tumbuh 8,54% dibanding Rp 830,87 triliun pada Maret 2019. Meski pertumbuhan kredit bank yang identik dengan UMKM ini di atas pertumbuhan rata-rata industri perbankan, tetapi tren pertumbuhannya melambat dibandingkan Maret 2019 lalu yang tumbuh sebesar 12,74%.

Tren yang sama juga terjadi di BNI. Pertumbuhan kredit BNI juga masih berada di atas rata-rata industri yaitu sebesar 11,17%. Pada Maret 2020 ini, total jumlah kredit BNI kepada pihak ketiga sebesar Rp 579,6 triliun, dibanding Rp 521,35 triliun pada Maret 2019. Pada Maret 2019 lalu, pertumbuhan kredit BNI sebesar 18,63%.

Tren perlambatan juga terjadi Bank CIMB Niaga. Per 31 Maret lalu jumlah outstanding kredit bank yang sudah masuk kelompok Bank BUKU IV ini adalah sekitar Rp 191 triliun, masih tumbuh sebesar 2,77%. Tetapi bila dibandingkan pertumbuha periode yang sama tahun lalu, tren pertumbuhan kredit CIMB Niaga mengalami perlambatan. Kuartal pertama 2019 lalu pertumbuhan kreditnya sebesar 5,57%.

Gambaran yang sama juga terlihat pada Bank OCBC NISP. Per 31 Maret lalu, penyaluran kredit bank yang masih berada di kelompok Bank BUKU III ini tumbuh 5,44%  menjadi sekitar Rp 124 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhan kredit OCBC NISP sebesar 6,08%.

Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP  mengatakan pada awal tahun 2020 ini pihaknya memproyeksikan pertumbuhan kredit pada tahun ini bisa mencapai 7% hingga 9%.

“Kalau melihat kondisi sekarang mungkin lebih di low single digit antara 0%-5%. Tetapi tentu ini semua sangatlah tergantung kepada kondisi perkembangan Covid-19 sendiri,” ujar Parwati di Jakarta, Jumat (8/5) lalu.

Menurutnya perlambatan penyauran kredit ini terjadi karena sejumlah sektor ekonomi melambat seperti parwisata dan perhotelen, terutama di daerah yang memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tetapi, ia menjelaskan di luar daerah-daerah yang menerpakan PSBB ini bisnis tetap tumbuh dan permintaan kredit baru tetap ada.

“Bahkan di cabang-cabang daerah itu mereka tidak mau tutup (kantor cabang) karena nasabahnya terus ingin bertransaksi, nasabahnya terus membutuhkan transaksi perbankan seperti di Sumatera dan sebagainya,” ujarnya.

Memang tidak semua bank mengalami perlambatan pertumbuhan kredit.  Beberapa bank misalnya Danamon, Permata dan Bank BJB pertumbuhan kreditnya masih terlihat kencang. Demikian juga dengan dua bank besar di BUKU IV yaitu Mandiri dan BCA, pertumbuhan kreditnya masih moncer.

Hingga 31 Maret 2020, outstanding kredit bank Danamon sebesar Rp 113,13 triliun, tumbuh 9,52% atau di atas rata-rata industri. Pada periode 31 Maret tahun 2019 lalu pertumbuhan kredit Danamon sebesar 7,02% dan pada 31 Maret 2018 hanya tumbuh 2,8%.

Kemudian Bank Permata pada 31 Maret 2020 lalu memiliki outstanding kredit sebesar Rp 111,29 triliun, tumbuh 5,61%. Meski pertumbuhannya di bawah rata-rata industri, tetapi lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode akhir Maret tahun lalu yang tumbuh sebesar 4,6%.

Bank Jawa Barat Banten (BJB) juga memiliki pertumbuhan kredit yang masih terbilang agresif di tengah kondisi ekonomi yang melemah ini. Pada 31 Maret 2020, jumlah outstanding kredit BJB sebesar Rp 82,69 triliun, tumbuh 9,13% atau berada di atas rata-rata pertumbuhan industri. Pada periode akhir Maret 2019 lalu pertumbuhan kredit BJB sebesar 6,2%.

Mandiri dan BCA bahkan tak hanya konsisten tumbuh, tetapi pertumbuhan kreditnya berada jauh di atas rata-rata industri. Jumlah penyaluran kredit Bank Mandiri per Maret 2020 sebesar Rp 881,38 triliun, naik 14,75% dibanding Rp 768,09 triliun per Maret 2019 lalu. Pertumbuhan kredit Bank Mandiri pada Maret 2020 ini lebih tinggi dibanding Maret 2019 yang pertumbuhannya sebesar 12,28%.

Sedangkan jumlah kredit yang disalurkan BCA kepada pihak ketiga per Maret 2020 sebesar Rp 596,41 triliun, naik 14,87% dibanding Rp 519,2 per Maret 2019 lalu. Pertumbuhan kredit BCA pada kuartal pertama 2020 ini juga berada di atas pertumbuhan kredit pada kuartal pertama 2019 lalu yang sebesar 10,43%.

Kuartal II Makin Lesu
Pada kuartal kedua 2020 (April-Juni) tentu menajadi periode yang berat bagi berbaga industri termasuk bank. Karena pada periode ini pandemi Covid-19 makin meningat dan menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.

Parwati Surjaudaja mengatakan permintaan kredit masih ada pada kuartal kedua ini. Tetapi bank termasuk OCBC NISP esktra selektif untuk memberikan kredit. “Kami pun membuka kemungkinan kalau memang itu nasabah kami, sudah sangat jelas track record-nya, sangat jelas usahanya walaupun mereka di sektor perhotelan, tetapi akan dukung kalau mereka membutuhkan modal tambahan agar bisnisnya kembali,” ujarnya.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Silvano Winston Rumantir mengatakan meski hingga kuartal pertama kinerja keuangan masih terjaga, tetapi kuartal kedua ini diperkirakan baru terkena dampak pandemi Covid-19. “Sampai triwulan I 2020 di tengah pandemi Covid-19 Bank Mandiri masih menunjukkan kinerja sehat. Kami memproyeksikan dampak pandemi Covid-19 baru akan terlihat lebih jelas pada pencapaian triwulan II 2020,” ungkapnya saat konferensi pers secara virtual di Jakarta, Senin (8/6).

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan belum memutuskan apakah akan merevisi target kredit pada tahun 2020 ini. “Kalau kami mempersiapkan terlalu awal, ini juga belum tentu apa yang kita perkirakan akan terjadi di akhir tahun. Jadi sulit sekali pada masa ini membuat proyeksi,” ujar Jahja. [Julian A]

Penyaluran Kredit kepada Pihak Ketiga 4 Bank Besar (Triliun Rupiah)
Maret-2020 Maret-2019 % Maret-2018 %
BRI 901.81 830.87 8.54 736.99 12.74
BNI 579.60 521.35 11.17 439.46 18.63
Mandiri 881.38 768.09 14.75 684.12 12.28
BCA 596.41 519.20 14.87 470.16 10.43
Semua Bank 5,712.04 5,291.23 7.95 4,743.24 11.55

Sumber: Laporan Keuangan Kuartal I dan OJK