Kontroversi dan Dampak Lagu Bergenre Sedih dari Orde Baru hingga Era Modern

Sumber: Kompas.com

OPINI-Tahukah kamu jika pada era Orde Baru masa pemerintahan Presiden Soeharto, mendengarkan lagu-lagu sedih, cengeng, mellow, dan menye-menye itu dilarang dengan alasan bahwa musik semacam itu dianggap dapat memudarkan semangat kerja masyarakat dan menghambat pembangunan.

Salah satu contoh terkenalnya adalah larangan terhadap lagu “Hati Yang Luka” oleh Betharia Sonata, yang meskipun tidak mengandung ujaran kebencian, dianggap melumpuhkan semangat oleh Menteri Penerangan Harmoko.

Entah mendapat bisikan dari mana, Harmoko mengharamkan lagu macam “Hati Yang Luka”. Tiga hari sebelum perayaan ulang tahun TVRI ke-26, Harmoko, yang juga bos daripada koran Pos Kota, sudah omong soal lagu-lagu cengeng yang dianggapnya sebagai lagu yang “melumpuhkan semangat.”

Mengutip Kompas (21/8/1989) dalam artikel “Kecengengan Itu Sebaiknya Direm” dengan kalimat pembuka, “Soal lagu Hati Yang Luka yang biasa dibawakan penyanyi Betharia Sonata sambil menangis itu benar-benar mengundang perhatian.”

Dalam acara perayaan ulang tahun TVRI ke-26 pada 24 Agustus 1988 yang dimeriahkan musik-musik ceria, sebagai Menteri Penerangan, laki-laki pengganti Ali Murtopo itu dengan tegas mengatakan: “Stop lagu-lagu semacam itu.” Maksudnya: stop lagu cengeng.

Di zaman modern sekarang, dampak mendengarkan lagu galau atau lagu bergenre sedih meskipun saat hati sedang bahagia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, termasuk penelitian psikologi dan pengalaman pribadi pendengar.

Penelitian menunjukkan bahwa musik sedih dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental bagi sebagian orang, terutama jika mereka cenderung terpengaruh oleh emosi yang digambarkan dalam lagu.

Sebagai contoh, saat ini sedang viral lagu yang dinyanyikan oleh Sal Priadi bertajuk “Gala Bunga Matahari”.Seperti dikutip dari web RRI makna dari Lagu ‘Gala Bunga Matahari’ yang dirilis tahun 2024 ini, menceritakan tentang kerinduan yang mendalam kepada seseorang yang telah tiada.

Lagu ini menggunakan metafora bunga matahari untuk menggambarkan harapan dan perasaan kehilangan. Beberapa orang menggunakan lagu ini sebagai backsong konten mereka di sosial media salah satunya tiktok yang menambah feeling semakin dalam terlebih konten yang dibuat menceritakan orang orang tersayang mereka yang sudah tiada lagi di dunia.

Netizen juga menganggap lagu yang di nyanyikan Sal Priadi ini memang membuat suasana hati menjadi sedih, terharu dan membuat kerinduan pada orang yang telah tiada semakin mendalam, ini membuktikan bahwa lagu yang mengandung kesedihan atau sad song bisa mengubah suasana hati seseorang yang mendengarnya terlebih orang yang mendengarkan mempunyai pengalaman yang sama dengan lagu yang di dengarkan yang membuat memori lama terulang kembali.

Sebaliknya, beberapa pendengar berpendapat bahwa lagu galau maupun bergenre sedih dapat membangkitkan semangat karena mereka merasa terhubung dengan lagu tersebut, seperti mendapat teman curhat yang memahami perasaan mereka.

Biasanya muda-mudi yang baru saja ditinggal kekasih gemar mendengarkan lagu lagu yang relate dengan keadaan mereka dan menjadikannya sebagai motivasi untuk move on.

Mendengarkan lagu sedih dapat memiliki dampak yang beragam. Pada satu sisi, musik sedih dapat menyebabkan perubahan suasana hati menjadi lebih melankolis atau reflektif, yang mungkin mengurangi perasaan bahagia seseorang.

Ini sejalan dengan pandangan Orde Baru yang khawatir bahwa lagu-lagu cengeng dapat mengurangi semangat kerja masyarakat.

Namun, di sisi lain, lagu galau juga bisa memberikan manfaat emosional yang signifikan. Mendengarkan lagu sedih saat hati senang dapat meningkatkan empati dan koneksi emosional, membantu seseorang memahami dan menghargai perasaan yang lebih dalam.

Ini bisa menjadi bentuk penyeimbang emosi yang membantu seseorang merasa lebih stabil dan seimbang. Lagu-lagu sedih juga dapat menjadi sumber inspirasi dan kreativitas, mendorong refleksi dan introspeksi yang mendalam.

Dalam konteks sejarah pelarangan lagu cengeng di zaman Orde Baru, tindakan tersebut mungkin lebih bersifat politis dan ideologis, bertujuan untuk menciptakan citra masyarakat yang tangguh dan produktif.

Namun, pandangan tersebut mungkin terlalu sempit, mengabaikan manfaat emosional dan psikologis yang bisa didapatkan dari berbagai jenis musik, termasuk lagu-lagu sedih.

Dengan demikian, dampak dari mendengarkan lagu sedih tidak bisa disederhanakan menjadi baik atau buruk secara absolut. Ini sangat bergantung pada individu dan konteks emosionalnya.

Di zaman sekarang, kebebasan untuk memilih musik sesuai dengan perasaan dan situasi pribadi dianggap lebih penting, memungkinkan setiap orang untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang paling nyaman dan bermakna bagi mereka. [UN]