Koran Sulindo – Pilot Garuda Indonesia bernama Oxky Gavalbia Thaib dinonaktifkan (grounded) akibat komentar di status Facebook-nya terkait status Facebook orang lain mengenai aksi terorisme di Surabaya, beberapa waktu lalu. Status Facebook orang lain itu dibagikan Oxky, dengan tambahan komentar “Dudududu….”

Pihak Garuda Indonesia menonaktifkan Oxky sejak Jumat lalu (18/5). “Investigasi terhadap pilot yang bersangkutan juga akan dilakukan terkait dengan dugaan mengenai hubungannya dengan seorang wanita yang sebelumnya sempat mengemuka di sejumlah postingan sosial media,” kata Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Hengki Heriandono dari keterangan resminya, Ahad (20/5).

Garuda, lanjutnya, akan menindak tegas pilot tersebut sesuai kebijakan perusahaan jika ditemukan indikasi terkait perilaku menyimpang atau pelanggaran etika. “Berkaitan dengan hal tersebut, Garuda Indonesia mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi atas postingan tersebut,” tutur Hengki.

Ia pun mengimbau jajaran pekerja Garuda untuk selalu mengedepankan etika dan prinsip kehati-hatian dalam melakukan aktivitas di lini sosial media, khususnya terkait isu mengenai suku, agama, ras, dan antar-golongan. “Kami memiliki kebijakan dan aturan perusahaan terkait koridor publikasi konten-konten sosial media yang dikeluarkan karyawan, khususnya pilot dan awak kabin—mengingat  atribut mereka sebagai personel awak pesawat Garuda Indonesia mendapatkan sorotan dari masyarakat luas,” tutur Hengki.

Diungkapkan Hengki lagi, Garuda Indonesia berkomitmen dan memberi dukungan terhadap upaya seluruh pihak dalam pemberantasan terorisme. “Garuda Indonesia juga secara rutin melakukan screening berkala terhadap karyawan serta pilot dan awak kabin. Khususnya mengenai ha-hal yang terkait dengan komitmen safety operasional penerbangan,” katanya.

Akan halnya status Facebook yang dibagikan dan dikomentari Oxky adalah milik Sofyan, yang menyebut keluarga Dita, pelaku bom bunuh diri di Surabaya, sebagai korban. Begini bunyi status Facebook Sofyan.

“Terkuak sudah kebenarannya, media asing lebih jujur daripada media lokal sendiri. Pelaku bom bunuh diri ternyata tidak pernah ke Syuria, dan pelaku ini dijebak diminta mengantarkan paket ke 3 gereja disurabaya, supaya lebih cepat sampai ke 3 lokasi karena akan dipakai oleh para jemaat gereja yg akan beribadah di hari minggu itu. Maka anaknya si ibu ini jga ikut mengantar ke lokasi yg berbeda, tpi ternyata dari belakang ada algojo yg sudah siap memencet remot kontrol utk meledakkan bom di lokasi2 tersebut, begitu pula Bom yg meledak di Mapolres Surabaya, yg membawa Bom adalah seorang tukan ojek yg diminta membawa paket ke Mapolres tersebut dengan upah 100rbu. Sungguh cara yang BIA*** hanya demi Hausnya kekuasaan, Muslim yg menjadi kambing hitam”.

Sementara itu, di Medan, dosen Universitas Sumatera Utara, Himma Dewiyana Lubis alias Himma, ditangkap aparat Polda Sumut. Pasalnya, Himma menulis di status Facebook-nya bahwa bom yang meledak di Surabaya sebagai upaya pengalihan isu. “Skenario pengalihan yg sempurna…. #2019GantiPresiden”, demikian isi status Facebook Himma. [RAF]