Ada pendapat yang mengatakan, qua-konsepsi sebenarnya gagasan-gagasan Bung Karno–seperti sosialisme-marhaen dan Trisakti—sudah betul. Hanya saja, realitas yang terjadi hari ini belum compatible dengan gagasan-gagasan Bung Karno tersebut. Pendapat Anda?
Justru gagasannya yang harus direvisi dan dipikirkan ulang jika realitasnya berubah. Metaforanya, kita tidak bisa berjaya dengan ide koran cetak dan mengabaikan realitas yang berubah menjadi digital. Kita tak bisa menyalahkan teknologi digital.
Apakah Anda masih berkeyakinan bahwa gagasan Bung Karno di atas bisa diterapkan di Indonesia hari ini? Jika ada penyesuaian, aspek mana saja yang harus disesuaikan dengan realitas zaman?
Yang harus dihitung adalah perubahan realitas dan tantangan yang muncul di dalamnya. Jadi, misalnya, kalau tantangan sekarang adalah meningkatkan competitiveness untuk menghadapi globalisasi perekonomian, BUMN pilihan aktor ekonomi harus juga dikaitkan dengan peningkatan kemampuan berkompetisi dengan pemain dari luar. Tanpa perbaikan itu, BUMN hanya akan menjadi beban ekonomi dan hanya bernilai politik saja.
Kalau perencanaan terpusat justru mengurangi kemampuan daerah atau perusahaan lokal, berarti perencanaan itu harus diubah. Misalnya, justru bagaimana menumbuhkan dan memberi ruang perusahaan di daerah untuk berkembang. Atau, bagaimana pemerintah memberi fasilitas tautan perusahaan-perusahaan lokal ke perusahaan multinasional sehingga perusahaan lokal masuk dalam jaringan pertambahan nilai produksi internasional atau global.
Dengan kata lain, ide Bung Karno harus dihadapkan pada tantangan masa kini. Bukan sekadar dikutip-kutip belaka.
Apakah konsep Nawacita yang dijalankan pemerintahan Jokowi dalam praktiknya sudah sejalan dengan gagasan sosialisme ataupun Trisakti Bung Karno?
Slogannya diambil, khususnya Trisakti yang disampaikan Bung Karno dalam pidato Nawaksara tahun 1966, tapi terjemahan dan praktiknya tidak selalu cocok. Misalnya prinsip berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri. Sekarang kita berdiri dengan kaki buatan Cina, bikinan Jepang, dan kaki buatan Amerika Serikat. Tidak selalu itu artinya buruk. Tapi, slogan berdikari yang diambil jelas tidak diterjemahkan dengan jitu.
Nawacita sesungguhnya hanya bagian kecil dari gagasan bung Karno. Diambil ungkapan yang catchy saja.
Seberapa jauh nilai-nilai sosialisme ala Bung Karno telah diterapkan di negara ini sejak Proklamasi Kemerdekaan sampai sekarang?
Saya kira diterapkan sangat minimal. Di tahun 1950, gagasan Bung Karno tentang sosialisme ala Indonesia belum berkembang penuh sampai pada kebijakan yang komprehensif dan kukuh. Di zaman Orde Baru ide itu tak dipakai. Dan di era reformasi diadopsi sebagai slogan dan belum sepenuhnya didialogkan dengan tantangan nyata.
Kita lupa berdebat di level konseptualnya dan alpa berdiskusi di level kebijakannya. []