YANG MEMERANKAN tokoh Mirat adalah Tara Basro. Nama Mirat diabadikan Chairil pada sejumlah puisinya, antara lain “Sajak Putih” dan “Mirat Muda, Chairil Muda”. Mirat atau lengkapnya Sumirat adalah pelukis yang sedang berguru kepada Soedjojono, Bapak Pelukis Indonesia, ketika bertemu Chairil.

Karena banyaknya puisi ditulis Chairil yang ditujukan kepada Mirat, Agus Noor menggambarkan kisah cinta itu sebagai bentuk percintaan Chairil yang penuh gairah. “Mirat adalah salah satu cintanya Chairil, yang bisa dibilang cinta yang menggebu-gebu Chairil,” ujar Tara, yang baru pertama kali bermain di panggung teater. “Bisa ikut terlibat di PerempuanPerempuan Chairil adalah suatu pengalaman yang sangat menarik dan sangat berbeda. Saya mendapat banyak ilmu.”perempuanchairil2

Kisah cinta Chairil dan Mirat kandas karena orang tua Mirat menentang hubungan keduanya. “Apa arti peluk dan ciuman kita, Chairil. Petualangan tanpa tujuan sia-sia belaka,” demikian petikan ujaran Mirat yang ada dalam lakon itu.

Sosok perempuan lain dalam lakon ini adalah Ida Nasution, yang diperankan Marsha Timothy. Sama halnya dengan Tara Basro, Marsha juga baru untuk pertama kalinya bermain dalam pentas teater. “Ida ini adalah partner debatnya Chairil. Dari naskah yang saya baca, mereka ini dari segi intelektual memang setara dan enggak mau kalah satu sama lain. Jadi, hubungannya memang seru. Ada lucunya juga,” ungkap Marsha. Nama Ida dalam karya-karya Chairil tak hanya tertera dalam sajak, misalnya dalam sajak berjudul “Ajakan”, tapi juga dalam beberapa pidato Chairil.

Chairil Anwar sendiri kemudian menikah perempuan bernama Hapsah Wiraredja di Karawang, Jawa Barat, pada 6 September 1946. Dari pernikahan ini lahir seorang putri, yang diberi nama Evawani Alissa pada 17 Juni 1947. Namun, pada akhir 1948, Chairil dan Hapsah bercerai.

Sosok Hapsah dalam lakon ini diperankan oleh Sita Nursanti. Aktris sekaligus mantan penyanyi trio RSD (Rida Sita Dewi) ini mengaku sempat setengah tidak percaya ketika ditawari peran dalam pentas ini. “Saya kan gendut. Tapi, setelah riset dan kebetulang ketemu langsung sama Bu Evawani dan dia bilang ibunya memang berbadan gede, akhirnya saya lega,” kata artis kelahiran Sumedang, Jawa Barat, 27 Agustus 1974 ini. “Kebetulannya lagi, tokoh yang saya perankan ini juga orang Sunda.”

Pada segmen Hapsah, naskahnya ditulis Ahda Imran. Menurut Ahda, kehidupan Hapsah sangat ironis. Karena, sebagai perempuan yang dinikahi Chairil Anwar, justru sangat langka namanya ditorehkan dalam karya Chairil. “Jikapun ada, hanya yang dibuat menjelang akhir hayat Chairil Anwar dan sosok ini pun jarang terpublikasikan,” ujar Ahda.

Lebih lanjut, Ahda menjelaskan, Hapsahlah yang menarik Chairil Anwar untuk “menginjak Bumi”. “Hapsahlah dunia kenyataan Chairil Anwar bahwa pada akhirnya Chairil punya mimpi besar untuk membahagiakan anak-istrinya. Setelah diusir oleh Hapsah, mimpi besar Chairil adalah ingin menikahi kembali Hapsah. Di sana digambarkan Chairil bekerja keras sampai lupa kesehatannya. Dan sebelum mimpi itu tercapai, sastrawan besar ini meninggal dalam keadaan melarat. Itu klimaksnya,” kata Ahda.

Chairil sendiri oleh banyak kalangan kerap dijuluki sebagai Binatang Jalang. Panggilan ini mengacu kepada ungkapan Chairil yang ditulis dalam sajak “Aku”: Aku ini binatang jalang/Dari kumpulannya terbuang….   [GKD]