Ketidakakuratan Sejarah dalam Gladiator 2: Kaisar Macrinus yang Asli Bukan Orang Kulit Hitam

Film Gladiator 2 menampilkan sejumlah ketidakakuratan tentang Macrinus, yang diperankan oleh Denzel Washington. (Sumber: akun YouTube resmi Paramount Pictures)

Film Gladiator 2 yang diluncurkan oleh Paramount Pictures International pada 15 November 2024 sedang ramai diperbincangkan. Salah satu alasannya adalah film tersebut menampilkan sejumlah karakter menarik, di antaranya Kaisar Caracalla (Fred Hechinger) dan Kaisar Geta (Joseph Quinn) yang merupakan saudara kembar, dan Macrinus (Denzel Washington) yang berkulit hitam.

Kisah dalam Gladiator 2 diawali dengan pertempuran antara pasukan Romawi dengan pasukan provinsi Numidia di pantai Afrika Utara. Di bawah arahan Jenderal Acacius (Pedro Pascal), Tentara Romawi berhasil menaklukkan provinsi tersebut, membunuh Arishat (Yuval Gonen), dan memperbudak Lucius (Paul Mescal) bersama sejumlah tentara Numidia lainnya.

Kaisar Caracalla dan Kaisar Geta kemudian melemparkan para gladiator, termasuk Lucius, ke arena pertarungan Colosseum. Seiring berjalannya cerita, terungkaplah bahwa ternyata Macrinus adalah penjahat sesungguhnya. Dia berhasil memanipulasi Kaisar Caracalla untuk membunuh adiknya, menghasutnya untuk menggunakan Lucilla (Connie Nielsen) sebagai umpan di Colosseum, dan meyakinkan Senat untuk menggulingkan pemerintahan kaisar. Pada akhirnya Macrinus membunuh Kaisar Caracalla dengan tangannya sendiri di istana kekaisaran.

Dalam sebuah wawancara dengan The Times, Denzel Washington menyebut bahwa meskipun pasti ada orang kulit hitam di zaman Romawi Kuno, Macrinus yang asli bukan orang kulit hitam. Ini lantas menimbulkan pertanyaan tentang siapa sebenarnya Macrinus dan dari mana asal-usulnya.

Siapa itu Macrinus?

Melansir dari beberapa sumber, Macrinus lahir pada tahun 165 M di Caesarea, sebuah kota tepi laut di provinsi Romawi Mauretania. Kemungkinan besar keluarganya berasal dari etnis Berber, yaitu salah satu kelompok etnis pra-Arab di Afrika Utara yang bukan orang kulit hitam, dan menempati kelas berkuda (equestrian) yang mirip dengan kelas ksatria.

Sebagai ibu kota provinsi yang kaya, Caesarea mirip dengan kota-kota makmur lainnya di provinsi Romawi Afrika, seperti Alexandria dan Leptis Magna. Kini, Caesarea disebut Cherchell, terletak di Aljazair.

Karena penaklukan Romawi atas tempat-tempat seperti Kartago dan Mesir, wilayah Afrika Utara menjadi tempat yang kokoh dalam Kekaisaran Romawi. Orang Afrika Romawi terkadang melakukan perjalanan hingga ke ujung kekaisaran dan menduduki hampir setiap kelas sosial, mulai dari pekerja yang diperbudak, tentara yang ditempatkan di Britannia Romawi, cendekiawan, dan pengusaha. Bahkan pada tahun 193, Septimius Severus yang lahir di Libya berhasil menjadi kaisar Romawi.

Karena rasisme modern bukanlah bagian dari kehidupan Romawi kuno, Macrinus tidak menyembunyikan ke-Afrikaannya. Menurut sejarawan kuno Cassius Dio, Macrinus bahkan menindik salah satu telinganya sesuai kebiasaan orang-orang di wilayahnya.

Keahlian Macrinus sebagai pengacara, serta pendidikan legal yang dia terima, membantunya mengalami kenaikan karir. Pada tahun 212 M, Kaisar Caracalla melantik Macrinus sebagai komandan Garda Praetorian, menjadikannya salah satu orang paling berkuasa di Roma. Sebagai gabungan antara agen dinas rahasia dan pengawal kekaisaran, para Praetorian dapat mengangkat atau menjatuhkan seorang kaisar.

Selama menjadi seorang Praetorian, Macrinus yang asli tidak pernah membeli gladiator. Fakta sejarah ini sangat berbeda dengan apa yang ditampilkan dalam film Gladiator 2, di mana karakter Macrinus yang diperankan oleh Denzel Washington tidak hanya membeli gladiator tetapi juga menjalin kedekatan dengan jagoannya, Lucius.

Kudeta terhadap Kaisar Caracalla

Pada tahun 217, Macrinus bergabung dalam kampanye Kaisar Caracalla melawan Kekaisaran Parthia di Asia Tengah.

Kaisar Caracalla kehilangan kepercayaannya pada Macrinus setelah dia mendengar ramalan bahwa komandan Garda Praetorian tersebut akan menggantikannya sebagai kaisar. Tapi dia tahu cara menyingkirkan para pesaingnya, mengingat dia telah membunuh saudaranya sendiri pada tahun 211. Maka, sang kaisar berfokus menjatuhkan Macrinus.

Pada saat yang sama, Macrinus tahu nyawanya dalam bahaya dan memutuskan menyerang lebih dulu. Dia memerintahkan seorang prajurit bernama Justin Martialis untuk menghabisi Kaisar Caracalla. Pembunuhan itu terjadi pada tanggal 8 April 217, ketika kaisar Caracalla tengah dalam perjalanan menuju sebuah kuil di dekat Carrhae (sekarang Harran di Turki selatan). Pada masa itu pula, sang kaisar muda tengah berperang melawan Parthia di wilayah yang sekarang disebut Iran.

Martialis menikam mati kaisar Caracalla saat dia sedang buang air kecil di pinggir jalan. Tiga hari setelah pembunuhan tersebut, Macrinus menobatkan dirinya sendiri sebagai kaisar Romawi. Dia memilih nama Severus, tapi dia tidak pernah kembali ke Roma karena dia ingin tetap tinggal di Antiokhia.

Film Gladiator 2 menampilkan kudeta terhadap Kaisar Caracalla, tetapi caranya sangat berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam sejarah. Selain itu, Macrinus yang asli adalah kaisar pertama yang tidak pernah mengunjungi Roma. Dalam film, karakter Macrinus mengambil alih kendali Senat saat berada di Roma.

Secara historis, Macrinus juga merupakan kaisar pertama yang berasal dari kelas berkuda. Hanya sedikit orang yang mempedulikan kudeta yang dia lakukan, karena sebagian besar rakyat senang atas kematian Caracalla yang kejam dan pemarah.

Menurut sejarawan abad ketiga Herodian dari Antiokhia, kaisar Macrinus tidak ingin terlihat seperti seorang perampas kekuasaan. Sebaliknya, Macrinus dengan hormat mengkremasi jasad Caracalla dan mengirimkan abunya kepada ibunya, Julia Domna. Kaisar Macrinus juga mencoba memposisikan dirinya sebagai penguasa yang berbelas kasih. Pada saat itu, salah satu bentuk disiplin militer yang telah dikenal adalah desimasi, yaitu praktik membunuh satu dari sepuluh prajurit. Menurut Herodian, kaisar Macrinus justru mempromosikan centimation atau pembunuhan satu dari seratus prajurit.

Herodian percaya bahwa citra yang kaisar Macrinus bangun hanya bersifat performatif dan penuh kepura-puraan. Dia menyebut kaisar Macrinus mencoba meniru Marcus Aurelius, kaisar stoik yang sangat dicintai dan dikagumi, tetapi dia “memanjakan diri dalam kemewahan yang tak ada habisnya […] sambil mengabaikan administrasi kekaisaran.”

Beberapa orang bahkan berpendapat bahwa kaisar Macrinus tidak kompeten. Dan setelah beberapa waktu, orang-orang memandang rendah dirinya karena menjadi kaisar dengan kekerasan dan bukan melalui cara legal.

Akibatnya, kaisar Macrinus perlahan-lahan kehilangan dukungan militer. Para prajurit merasa malu karena kaisar Macrinus setuju untuk berdamai dengan Parthia. Mereka semakin tidak menyukai kaisar Macrinus karena dia mengurangi upah para prajurit untuk menghemat uang.

Kejatuhan Macrinus

Keluarga Caracalla sangat membenci kaisar Macrinus dan ingin mendapatkan kembali kekuasaan yang telah hilang. Julia Maesa, kakak dari ibunya Caracalla, mulai menyebarkan rumor bahwa cucunya yang berusia 14 tahun, Bassianus, adalah anak haramnya Caracalla dan, menurut hukum, dia seharusnya menjadi kaisar.

Beberapa prajurit menyukai gagasan itu, dan mereka juga menikmati uang dari Julia Maesa. Legiun Ketiga Galia dengan cepat mendukung Bassianus yang masih remaja dan mengangkatnya sebagai kaisar Elagabalus pada bulan Mei 218 di Raphanea.

Macrinus berusaha mempertahankan posisinya dengan menganugerahkan gelar Augustus kepada putranya, Diadumenianus, dan mengangkatnya menjadi kaisar bersama. Dia lalu mengirim pasukan, yang dipimpin oleh Ulpius Julianus, untuk menghentikan para pemberontak. Pasukan itu berhasil diberantas dan Ulpius Julianus tewas.

Elagabalus segera mengatur pasukan untuk mengejar Macrinus ke Antiokhia. Pertempuran pecah pada 8 Juni 218, memaksa Macrinus keluar dari Antiokhia dan melarikan diri ke arah Italia. Elagabalus sendiri tiba di Antiokhia sebagai penguasa baru Kekaisaran Romawi.

Di perjalanan, Macrinus ditangkap. Ketika mendengar bahwa putranya terbunuh, dia berusaha melarikan diri dari penangkapan, tapi dia terluka dalam usahanya dan dieksekusi di Cappadocia. Kepalanya dikirim ke Kaisar Elagabalus sebagai hadiah. Senat Romawi segera menerapkan damnatio memoriae untuk menghapus kenangan akan Macrinus, yang telah memerintah selama lebih dari setahun. Dalam film Gladiator 2, karakter Macrinus dibunuh oleh Lucius tak lama setelah menjadi kaisar. Penerusnya, kaisar Elagabalus, sama sekali tidak ditampilkan.

Meskipun Gladiator 2 mengandung banyak ketidakakuratan sejarah, film tersebut tetap layak ditonton karena dapat menambah wawasan seputar Kekaisaran Romawi Kuno. [BP]