Ketertindasan Kaum Buruh Perempuan

Ilustrasi, poster peringatan Hari Buruh - Canva

Hari Buruh Internasional diperingati setiap 1 Mei sebagai momen bangkitnya klas buruh untuk menghancurkan tatanan diskriminasi dan kekeliruan kaum kapitalis dunia. Peringatan ini juga menjadi momentum untuk mewujudkan kesejahteraan buruh melalui perjuangan mewujudkan upah yang layak serta kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan terpenuhinya hak-hak lainnya.

Revolusi proletar Rusia dan revolusi sosialis secara berurutan di bawah kepemimpinan klas buruh turut membawa pengaruh signifikan bagi kaum perempuan termasuk pemenuhan hak-hak demokratis dan integrasi ke dalam produksi sosial. Langkah-langkah kaum Bolshevik Rusia di bawah kepemimpinan Lenin secara nyata memperlihatkan bahwa revolusi proletar berarti langkah maju bagi kaum perempuan.

Revolusi Bolshevik membuka mata dunia dan menunjukkan segala potensi capaian bagi seluruh kaum yang mengalami eksploitasi, disingkirkan dan ditindas. Ini adalah buah dari keberhasilan persatuan dalam perjuangan melawan kapitalis termasuk keterlibatan kaum perempuan.

Kaum perempuan yang mengisi hampir 50 persen angkatan kerja sejak dahulu merupakan sumber buruh murah terbesar bagi industri kapitalis.

Buruh perempuan biasanya terkonsentrasi dalam pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian mumpuni, upah paling rendah dan tentu saja tidak dilindungi oleh hukum. Pekerjaan tersebut umumnya ialah buruh tani, kerja borongan, industri-industri sentral, seperti pengolahan makanan, tekstil, garmen ataupun elektronik dan asisten rumah tangga yang didominasi besar oleh kaum perempuan.

Mempekerjakan perempuan pada industri-industri tersebut merupakan keuntungan besar bagi perusahaan milik imperialis. Selain karena upahnya lebih murah juga digunakan sebagai upaya melemahkan perjuangan klas pekerja serta menjaga agar upah buruh keseluruhan tetap rendah.

Akibat adanya sistem patriarki pendapatan buruh perempuan juga masih ditempatkan dalam posisi kedua dalam pendapatan keluarga. Pada akhirnya, diksi terhadap bangkitnya pergerakan perempuan akan mendapatkan serangan ideologis seperti upah buruh perempuan harus lebih rendah daripada laki-laki meskipun mereka setara dalam jenis pekerjaan. Karena laki-laki dianggap sebagai sumber utama pendapatan dan sebagai kepala keluarga satu-satunya dalam tatanan masyarakat patriarki.

Pelanggaran hak-hak buruh perempuan, seperti kesetaraan upah bagi pekerjaan yang sama, pelecehan seksual, kondisi lingkungan kerja yang buruk, hak untuk berserikat ataupun hak lain seperti cuti hamil dan cuti menstruasi kerap ditemui hampir di segala sektor produksi.

Akar dari tertindasnya perempuan disebabkan adanya sistem klas sosial dalam kehidupan masyarakat juga adanya sistem patriarki. Kondisi seperti itulah yang membuat perempuan harus bekerja dengan upah murah.

Mustahil bagi perempuan untuk mendapatkan integrasi setara dalam kehidupan yang produktif dan seluruh masalah sosial selama perbudakan domestik perempuan masih didukung dan dipelihara melalui kebijakan politik serta ekonomi berwatak patriarki. Tanggung jawab pokok perempuan dalam kerja domestik telah menjadi sumber bagi ketidaksetaraan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, dalam pendidikan, dan politik.

Maka, perjuangan untuk meraih kesetaraan bukanlah perjuangan antara perempuan melawan laki-laki, melainkan sebuah perjuangan melawan penindasan masyarakat ber-klas.

Selain menjadi buruh di dalam negeri, kondisi ekonomi keluarga dan minimnya lapangan kerja juga menyebabkan jutaan buruh perempuan menjadi buruh migran, mencari kesempatan di negeri orang lain demi memperjuangkan hidup. Buruh migran perempuan mayoritas berangkat dari perdesaan yang tidak mumpuni untuk bekerja, korban penggusuran dan akibat monopoli penguasaan tanah di desa.

Kehidupan buruh migran perempuan juga tak kalah berbahaya dari tentara di medan perang, sering kali pulang membawa luka hingga pulang dalam keranda akibat berbagai tindak kekerasan. Rendahnya upaya dari pemerintah menyebabkan banyak kasus hukum berupa penyiksaan, tindak kekerasan seksual hingga pembunuhan tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh negara.

Perempuan merupakan komponen penting dari klas buruh yang mempunyai potensi kekuatan untuk menghancurkan ketidakadilan dan penindasan dalam sistem kapitalisme. Maka penting dalam peringatan hari buruh untuk turut menyuarakan perjuangan perempuan untuk menerima upah yang layak, perlindungan, jaminan kesehatan juga akses yang setara terhadap tunjangan tanpa memandang seksualitas usia serta status perkawinan.

[Nova Shyntia]