Kerja Sama Militer Rusia-Venezuela Bikin AS “Marah”

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Pemerintah Amerika Serikat (AS) bereaksi atas kerja sama militer antara Rusia dan Venezuela. Setelah kunjungan Presiden Nicolas Maduro ke Rusia pada pekan lalu, Rusia meresponsnya dengan mengirimkan pesawat tempur ke negara Bolivarian itu sebagai bentuk kesediaan mereka bekerja sama dalam bidang militer.

Juga sebagai bentuk kesediaan Rusia membantu Venezuela dalam menghadapi intervensi militer asing. Kerja sama militer itu, kata Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo seperti dilaporkan teleSUR pada Selasa (11/12), adalah korup dan tindakan demikian hanya membuat rakyat Venezuela menjadi menderita.

Pernyataan Pompeo itu ditanggapi Rusia sebagai komentar tidak etis dan tidak pantas dalam hubungan internasional. Komentar Pompeo muncul lantaran AS tidak terlibat dalam kerangka kerja sama Rusia dan Venezuela. Juga karena tidak mengakomodasi kepentingan AS dimana negara itu menghegemoni dan menempatkan wilayah itu dalam ketegangan.

Dalam keterangan resminya, Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan, 2 pesawat pengebom TU-160 dan sebuah pesawat An-124 pengakut alat berat militer serta pesawat jarak jauh II-62 dari Angkatan Udara telah tiba di Bandara Internasional Simon Bolivar, Venezuela. Para prajurit Rusia disambut baik oleh pasukan Angkatan Udara Venezuela.

Mereka menyambut akan adanya latihan gabungan untuk angkatan udara. Menteri Pertahanan Rusia Vladimir Padrino Lopez mengatakan, pihaknya siap membela Venezuela jika itu diperlukan. Dan bisa dipastikan Rusia akan melakukannya. Itu karena hubungan baik dan rasa hormat antar-kedua negara, kata Lopez.

Sementara, Kementerian Pertahanan Venezuela, latihan militer gabungan kedua negara disebut sebagai aksi unjuk kekuatan. Kerja sama militer ini disebut hanya salah satu dari sekian banyak kerja sama yang dijalin kedua negara.

Kunjungan Maduro ke Rusia pada pekan lalu untuk mempersiapkan kerja sama yang lebih baik seperti membahas proyek-proyek baru yang saling menguntungkan kedua negara. Pesawat pengebom TU-160 merupakan pesawat tempur supersonik terbesar di dunia yang dirancang pada masa Uni Soviet.

Pesawat ini disebut mampu mengangkut rudal dan nuklir. Pesawat ini mampu menempuh jarak 12 ribu kilometer tanpa harus mengisi bahan bakar. [KRG]