Ken Arok: Cerita Tentang Legitimasi Serta Pertarungan Dinasti Politik dan Kekuasaan Kerajaan di Jawa (Bagian 1)

Ilustrasi Ken Arok

koransulindo.com – Ken Arok atau Ken Anggrok barangkali merupakan salah satu tokoh dalam cerita legenda yang paling dikenal di masyarakat Jawa, terutama Jawa bagian timur dan tengah. Dia adalah pendiri wangsa Rajasa yang menurunkan raja-raja di kerajaan-kerajaan besar di Jawa, terutama Singhasari dan Majapahit. Kerajaan kedua yang disebut adalah kekaisaran kuno terbesar dalam sejarah nusantara.

Cerita dalam Ken Arok adalah seputar latar belakangnya yang “bukan siapa-siapa”, bahkan menyandang status sebagai penjahat, penyamun, hingga preman, tetapi kemudian naik menjadi penguasa berbekal keris penuh kutukan dari Mpu Gandring. Selain itu, Ken Arok diceritakan mampu memperistri perempuan utama di era itu, yaitu Ken Dedes. Perempuan yang ditakdirkan akan menurunkan raja-raja besar. Terbukti kemudian, kerajaan terbesar di Nusantara yaitu Majapahit berasal dari pohon keturunan wangsa Rajasa.

Patut diingat jika kerajaan-kerajaan setelahnya selalu mengambil klaim sebagai keturunan dari Majapahit, kerajaan, atau kesultanan seperti Demak bahkan hingga Mataram Islam. Klaim yang secara tidak langsung memperkuat kedudukan Ken Dedes sebagai ibu dari geneologi raja-raja besar setelahnya.

Ken Arok yang diperkirakan lahir pada 1182 di Jawa Timur, menjadi penguasa Tumapel atau kemudian menjadi Singhasari antara 1222 dan 1227. Ketika itu, Ken Arok menggunakan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi.

Cerita Ken Arok termuat dalam kitab Pararaton. Meskipun banyak perdebatan yang masih melingkupi kapan kitab tersebut ditulis. Ada yang menyebutkan di era akhir kerajaan Majapahit, tetapi ada juga yang memperkirakan di era Mataram Islam berkuasa. Secara umum, Pararaton diperkirakan ditulis antara 1481 dan 1600-an.

Sehingga kisah Ken Arok kemudian lebih banyak disebutkan sebagai kisah dan legenda yang bermuatan politis. Hal ini mengingat ada perbedaan yang mencolok, dengan kitab Negarakrtagama yang ditulis Mpu Prapanca yang dibuat 1365 atau di era Kerajaan Majapahit, tentang asal usul wangsa Rajasa.

Dalam Negarakrtagama, disebutkan bahwa penguasa Tumapel yang mengalahkan Kediri adalah Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra, tanpa disebutkan sama sekali nama Ken Arok ataupun Tunggul Ametung. Sementara, dalam Pararaton Ken Arok inilah yang kemudian mengambil gelar Sri Rajasa, dan menjadi penguasa Tumapel setelah kematian Tunggul Ametung.

Meskipun demikian, keduanya memiliki kesamaan tentang asal usul Wisnuwardhana sebagai anak Anusapati atau cucu dari Girinathaputra. Wisnuwardhana adalah raja Singhasari, sekaligus ayah dari Kertanegara yang selanjutnya menurunkan wangsa penguasa Majapahit. [Catur]

(Bersambung ke bagian 2, 26 September 2021, pukul 14.00, di sini)

Baca juga: