Ilustrasi: Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3/2020)/ANTARA FOTO-Hafidz Mubarak

Koran Sulindo – Kementerian Kesehatan menjamin data yang disampaikan oleh Juru Bicara Penanganan Covid-19 tak ditutup-tutupi. Setiap data juga telah diverifikasi.

“Jika pun ada data yang berbeda baik itu di daerah dengan data yang disampaikan oleh Jubir Pemerintah, bisa terjadi karena perhitungan waktu penutupan perhitungan yang disepakati tidak sama oleh beberapa instansi atan kementerian-lembaga. Data yang sudah disampaikan merupakan data yang betul-betul sudah melewati verifikasi dan validasi cukup ketat,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan, Didik Budijanto, di Jakarta, Selasa (28/4/2020).

Alur pengumpulan data Covid-19 dimulai dari laboratorium jejaring Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes kemudian dikirimkan dan dikompilasi di laboratorium Litbangkes Kemenkes.

Pada tahap ini, Litbangkes Kemenkes kemudian melakukan validasi dan verifikasi data, karena ada beberapa orang yang pemeriksaannya bisa satu sampai empat kali, oleh karena itu perlu validasi dan verifikasi.

Setelah itu data dari Balitbangkes dikirimkan ke Pusat Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (PHOEC) Kemenkes yang kemudian juga dilakukan proses validasi dan verifikasi. PHOEC juga menerima data dari dinas kesehatan tiap provinsi di seluruh Indonesia, terkait penelusuran epidemiologi tiap daerah bersangkutan.

Data yang diberikan oleh dinas kesehatan provinsi juga mencakup informasi mengenai jumlah spesimen dan banyaknya orang yang diperiksa, juga hasil positif dan negatif dari pemeriksaan tiap daerah.

Juga data orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) di wilayah itu. Selanjutnya PHOEC meneruskan data tersebut kepada Pusat Data dan Informasi Kemenkes yang kemudian kembali dilakukan proses verifikasi dan validasi.

Data yang dimiliki oleh Pusat Data dan Informasi Kemenkes yang disimpan pada sistem gudang data juga terintegrasi dengan sistem Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19.

Setiap ada data baru yang diperbarui di gudang data Kemenkes, secara otomatis data tersebut juga diperbarui di sistem data Gugus Tugas dalam waktu 12 menit setelah ada pembaruan data di Kemenkes.

Pemerintah juga meluncurkan satu data Covid-19 yang terintegrasi dalam satu sistem sehingga meniadakan perbedaan akan data. Kementerian Kesehatan akan terus meningkatkan perbaikan data terkait Covid-19 baik dari segi kualitas maupun juga kuantitas.

Terbanyak Meninggal Usia Lansia

Kemenkes menyatakan distribusi umur pasien meninggal, terbanyak ada di rentang usia Lansia. Secara rinci, rentang usia pasien positif Covid-19 yang meninggal antara lain 0-4 tahun 2 orang, 5-14 tahun 3 orang, 15-29 tahun 19 orang, 30-59 tahun 351 orang, 60-79 tahun 302 orang, di atas 80 tahun 27 orang.

”Kami masih melakukan verifikasi untuk data usia pada 69 orang yang datanya masih akan kami verifikasi ke rumah sakit,” kata juru bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto, di Jakarta, Rabu (29/4/2020).

Menurut Achmad, hingga hari ini sudah ada 48 laboratorium yang aktif untuk pemeriksaan PCR. Laboratorium tersebut terdiri dari laboratorium di perguruan tinggi, laboratorium jajaran Kementerian Kesehatan, laboratorium Kesehatan Daerah, dan beberapa laboratorium di rumah sakit.

Dari 48 laboratorium itu telah berhasil memeriksa sebanyak 79.618 spesimen dari 62.544 orang. hasilnya sebanyak 9.511 pasien positif Covid-19, 1.254 pasien sembuh, dan 773 pasien meninggal.

Sementara pasien sembuh di DKI Jakarta pasien sembuh mencapai 363 orang, Jawa Timur 144 orang, Sulawesi Selatan 108 orang, Jawa Barat 103 orang, Jawa Tengah 89 orang, dan sisanya tersebar di 29 provinsi.

Saat ini tercatat ODP sebanyak 213.644, dan PDP sebanyak 20.428 yang tersebar di 297 kabupaten/kota di seluruh provinsi.

Kasus meninggal itu kebanyakan disebabkan oleh faktor komorbid seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, penyakit paru-paru baik asma, maupun penyakit paru obstruktif menahun.

”Inilah yang jadi faktor komorbid dan angka kematian cukup tinggi,” katanya.

Sampai saat ini pemerintah sudah dilakukan pemeriksaan lebih dari 75 ribu tes antigen untuk PCR. Pemeriksaan tersebut sebagai hasil dari pelacakan kontak dari pasien pisitif Covid-19.

”Kami akan berusaha semaksimal mungkin agar kami mampu melaksanakan 10 ribu tes PCR perhari,” kata Achmad. [RED]