Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mengambil langkah drastis dengan menyetop penerimaan mahasiswa baru untuk Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta dalam tahun ini. Keputusan tersebut merupakan respons atas insiden tragis kematian Putu Satria Ananta Rustika, seorang taruna STIP yang menjadi korban kekerasan oleh sesama mahasiswa.
Menhub Budi Karya Sumadi mengungkapkan keputusan tersebut dalam pernyataannya seusai mengunjungi keluarga almarhum di Desa Gunaksa, Dawan, Klungkung, Bali, pada Kamis (9/5/2024).
STIP Jakarta, sebagai salah satu institusi pendidikan yang berada di bawah naungan Kemenhub, kini menghadapi perubahan mendasar dalam upaya menghapuskan budaya senioritas yang merugikan.
“Satu angkatan STIP akan disetop untuk penerimaan tahun 2024 ini dan baru bisa menerima lagi tahun depan,” kata Menhub Budi Karya Sumadi.
Lebih lanjut, Sumadi berharap bahwa perubahan tidak hanya terjadi di STIP, tetapi juga di 23 sekolah vokasi lainnya yang berada di bawah Kemenhub. Evaluasi tidak hanya berhenti di situ, namun juga melibatkan restrukturisasi kurikulum dengan pendekatan yang lebih humanis.
“Selain itu, (Kemenhub) mengubah kurikulum yang lebih humanis,” ujar Budi Karya.
Budi Karya juga menjelaskan bahwa asrama STIP akan dikhususkan untuk mahasiswa tingkat satu, sedangkan mahasiswa tingkat dua akan tinggal di rumah kos sekitar kampus.
Langkah ini diharapkan dapat membentuk lingkungan belajar yang lebih kondusif dan melatih mahasiswa agar lebih peka terhadap situasi sosial masyarakat.
“Sistem ini sudah diterapkan di Politeknik Transportasi Darat (Poltrada) bahwa mahasiswa wajib bergaul dengan masyarakat di tempat mereka tinggal selama berstatus mahasiswa, dengan ikut kegiatan budaya dan ekonominya,” tambah Budi Karya.
Penjelasan lebih lanjut datang dari Staf Khusus untuk Urusan Ekonomi dan Investasi Transportasi Kemenhub, Wihana Kirana Jaya, yang menyatakan bahwa perubahan sistem pendidikan di STIP bertujuan untuk memutus rantai budaya kekerasan antar sesama mahasiswa. Melalui program pendidikan yang diperbaharui, mahasiswa akan diberikan nilai-nilai humanis yang lebih kokoh.
“Programnya akan diubah ke sifat positive humanities, tidak ada lagi sistem pendidikan (kekerasan) masa lalu,” terang Wihana.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman, inklusif, dan membangun di STIP Jakarta serta institusi-institusi pendidikan lain. [UN]