Koran Sulindo – Setelah Amnesty International, salah satu kelompok hak asasi manusia (HAM) terbesar di Korea Selatan juga akan mencabut penghargaannya yang pernah diberikan kepada Aung San Suu Kyi pada 2004. Sebabnya, Suu Kyi dinilai tidak peduli terhadap penderitaan yang dialami etnis Rohingya akibat kekejaman militer Myanmar.
Adapun penghargaan hak asasi manusia dari Korea Selatan yang pernah diterima Suu Kyi adalah penghargaan HAM Gwangju. Kala itu, Suuu Kyi diganjar penghargaan tersebut karena menjadi tahanan rumah di bawah kekuasaan junta militer Myanmar.
Kini, setelah era reformasi, partainya diberi kesempatan untuk mengikuti pemilihan umum, Suu Kyi merupakan pemimpin secara de facto di Myanmar. Penghargaan lainnya yang pernah diberikan kepada Suu Kyi adalah Nobel Perdamaian. Akan tetapi, sebagai penasihat negara, seperti dilaporkan Channel News Asia pada Selasa (18/12), Suu Kyi dinilai sama sekali tidak peduli dengan penderitaan warga Rohingya.
Padahal, Perserikatan Bangsa-Bangsa saja telah mengingatkan bahwa Rohingya menjadi target genosida yang sedang berlangsung di Myanmar. Juru bicara 18 Mei Memorial Foundation Cho Jin-tae mengatakan, ketidakpeduliannya itu bertentangan dengan nilai-nilai HAM. Padahal, ia diganjar penghargaan karena mempromosikan dan melindungi HAM.
Karena sikap Suu Kyi itu, pengurus yayasan memutuskan untuk mencabut penghargaan HAM terhadap Suu Kyi. 18 Mei Memorial Foundation didirikan pada 1994 sebagai peringatan terhadap demonstrasi pro-demokrasi di Gwangju pada 1980. Demonstrasi itu berujung pada represifitas militer yang menyebabkan lebih dari 200 orang tewas dan terluka.
Protes di Gwangju itu justru pemicu demonstrasi yang lebih besar dan bersifat nasional terhadap diktator militer Chun Doo-hwan. Puncaknya demokrasi di Korea Selatan kembali diraih rakyat.
Sebelumnya, Amnesty International menarik penghargaan HAM yang pernah diberikan kepada Suu Kyi. Alasannya serupa: Suu Kyi sama sekali tidak peduli terhadap penderitaan rakyat Rohingya. [KRG]