Keduataan Besar Amerika Serikat di Ankara. Foto: The National

Koran Sulindo – Kedutaan Besar Amerika Serikat di ibu kota Turki, Ankara, mendadak ditutup mulai Senin (5/3). Kedutaan tersebut hanya melayani keperluan warga Amerika Serikat yang bersifat darurat. Demikian diberitakan Al Jazeera.

Musababnya: sumber intelijen Amerika Serikat mendapat informasi akan adanya serangan terhadap kantor kedutaan besar tersebut. Selain menutup keduataannya, pemerintah Amerika Serikat juga mengimbau warganya yang ada di Turki untuk selalu waspada dan menjauhi kerumunan serta area di sekitar kantor kedutaan.

Pada 1 Februari 2013 silam, kantor Keduataan Besar Amerika Serikat di Ankara pernah dibom. Menurut media negara di Turki waktu itu, dengan mengutip keterangan beberapa saksi, serangan tersebut adalah bom bunuh diri. Akibat serangan itu, satu orang meninggal dunia dan sejumlah orang mengalami luka-luka.

Sejak akhir Desember 2917 lalu, hubungan Amerika Serikat dan Turki memang memanas akibat sejumlah isu. Yang paling panas adalah soal Amerika Serikat mempersenjatai kelompok Kurdi di utara Syria utara.

Pada 19 Januari 2018, pasukan Turki memang menyerang pasukan Kurdi di daerah perbatasan. Alasannya:  kelompok Kurdi mencoba memisahkan diri. Turki juga menilai kelompok Kurdi Unit Perlindungan Rakyat (PYG) dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) sebagai kelompok teror, yang kerap menyerang Turki dengan pengeboman di berbagai kota. Bahkan, menurut media Turki, Anadolu Agency, kelompok PKK telah melakukan teror perlawanan terhadap Turki sejak tahun 1980 dan mengakibatkan 40 ribu orang meninggal dunia. Amerika Serikat dan Uni Eropa juga menganggap PKK sebagai kelompok teroris.

Namun, pihak Amerika Serikat membantah tudingan mempersenjatai pasukan Kurdi.  “Kami ingin semua orang fokus pada tujuan utama kita, yaitu mengalahkan ISIS,” kata Juru Bicara Pentagon, Eric Pahon, kepada Anadolu Agency pada Januari 2018 silam. Menurut Pahon, Turki adalah sekutu Amerika Serikat dan di antara kedua negara terjalin komunikasi reguler.  “Sekutu tidak selalu sepakat mengenai semua hal tapi bersedia bekerja sama,” ujar Pahon. [RAF]