Tembakan salvo Katyusha pada pagi hari tanggal 19 November 1942, selama Operasi Uranus. (Sumber: akun YouTube Тематика Великой Отечественной войны)
Tembakan salvo Katyusha pada pagi hari tanggal 19 November 1942, selama Operasi Uranus. (Sumber: akun YouTube Тематика Великой Отечественной войны)

Katyusha adalah salah satu senjata milik Uni Soviet yang paling ikonik di Perang Dunia 2. Peluncur roket ini sangat ditakuti oleh Nazi karena memiliki daya rusak luar biasa. Dalam sekali tembak, Katyusha dapat meluncurkan paling tidak 16 roket.

Merangkum dari Perang Eropa oleh P. K. Ojong, inti dari proyektil/roket dari Katyusha adalah roket RS-82 (Reaktivny Snaryard) atau roket tanpa kendali. Proyektil ini telah dikembangkan sejak tahun 1930 oleh tim pimpinan Georgy Erikhovick Langemak, seorang ahli di bidang peroketan Uni Soviet.

Di awal penggunaannya, roket ini berfungsi sebagai senjata anti-serangan udara dan hanya ditembakkan satu per satu. Roket ini pertama kali digunakan dalam pertempuran Khalkhyn Gol tahun 1939 di sekitar perbatasan Mongolia.

Selanjutnya, roket ini digunakan sebagai senjata serang darat dengan jumlah yang terbatas. Dipasang pada sejumlah Pesawat Polikarpov 1-16 pimpinan Kapten N. Zvonarev untuk menyerang AU Jepang, roket ini berhasil melumpuhkan 16 pesawat pemburu dan 3 pengebom, entah saat melintas di udara atau ketika sedang diparkir.

Melansir dari Truck Encyclopedia, penggunaan pertama Katyusha untuk menghancurkan pasukan Nazi Jerman berlangsung dalam sebuah pertempuran di Rudnya, Oblast Smolensk pada 14 Juli 1941.

Sebuah kelompok Tentara Merah yang dipimpin oleh Kapten Ivan Flyorov berhasil menggunakan tujuh peluncur Katyusha untuk menghancurkan dan membubarkan konsentrasi pasukan Jerman, yang terdiri dari tank, kendaraan lapis baja beroda, dan truk, di sebuah pasar.

Pada akhir tahun 1942, sebanyak 3.237 peluncur Katyusha telah dikirimkan. Jumlahnya meningkat hingga 10.000 pada akhir perang. Sebagian besar roket yang ada pada masa itu berjenis M13 dan M30.

Spesifikasi Katyusha

Roket pada Katyusha dikenal dengan nama M-13. Ukurannya mencapai 80 cm, dengan diameter 13,2 cm dan warhead (hulu ledak) seberat 42 kg. Roket M-13 dipasang pada kendaraan tempur BM-13. Kendaraan ini lalu dapat dipasang di berbagai moda angkutan seperti truk, traktor, kereta api, bahkan kapal.

BM-13 diproduksi di pabrik ekskavator Voronezh. Dua BM-13 diuji dalam pertempuran pada Juli 1941 dan konstruksinya terus dirasionalisasi selama perang untuk memudahkan pembuatan, memungkinkan pengulangan tembakan yang lebih besar dari waktu ke waktu. 300 unit BM-13 dari Voronezh digunakan untuk serangan balik musim dingin Moskow tahun 1941.

Jumlah sistem peluncur Katyusha dalam satu unit beragam, mulai dari yang dapat meluncurkan 14 roket sekaligus hingga yang terbanyak 48 roket.

Katyusha sebenarnya merupakan senjata yang kurang akurat, tetapi sangat baik untuk menghancurkan suatu daerah karena hujan hulu ledak yang besar dan tiba-tiba cocok untuk perimeter terkonsentrasi.

Ketika Nazi menginvasi Uni Soviet melalui Operasi Barbarossa, populasi Katyusha hanya sekitar 40 unit. Namun dampaknya sangat luar biasa, mampu memporakporandakan pasukan Jerman. Pola penyerangan dari Katyusha adalah berkelompok: satu kelompok terdiri dari empat unit, dan mereka melakukan tembakan salvo secara bersamaan selama kurang lebih 10 detik.

Penggunaan massal pertama terjadi pada bulan Desember 1941 dalam serangan balasan di Moskow. Dalam sekali serangan, Katyusha dapat meluncurkan 4,35 ton hulu ledak dan menghancurkan area seluas 400.000 m². Ini setara dengan 72 howitzer yang ditembakkan secara bersamaan.

Dengan dukungan yang tepat, pemuat tambahan dan truk pasokan, kru yang terampil dapat meluncurkan kembali dalam hitungan menit. Dengan sistem pemuatan ulang semi-otomatis pada akhir perang, kru hanya membutuhkan waktu 15 detik untuk meluncurkan roket.

Secara umum, Katyusha dikerahkan dalam jumlah yang sangat besar untuk memberikan efek kejutan dan menimbulkan syok. Kebisingannya pun menimbulkan teror psikologis di antara pasukan Nazi Jerman. Kehadiran roket ini merupakan balasan atas serangan Stuka sepanjang musim panas.

Penamaan

Banyak pihak memberikan nickname atau julukan untuk senjata Soviet yang ikonik ini. Nama resmi yang diberikan oleh Lembaga Riset Propulsi Jet adalah Kostinkov, dengan klasifikasi sebagai Guard Mortars. Sedangkan nama BM-13 didapat dari dokumen rahasia dari tahun 1942, yang baru dibuka tiga tahun kemudian.

Tentara Merah memberi nama yang lebih populer yaitu Katyusha, diambil dari judul lagu ciptaan Mikhail Isakovsky. Lagu tersebut menceritakan seorang gadis yang merindukan kekasihnya yang pergi berperang. Katyusha sendiri adalah panggilan untuk nama Katherine. Terkadang nama ini juga disingkat menjadi Katya.

Tentara Jerman menyebut Katyusha sebagai Stalinorgel (Stalin Organ). Ini mungkin terinspirasi dari suara khas yang keluar ketika roket sedang meluncur.

Beberapa negara memberikan nama sama walau pengucapannya berbeda, seperti Stalinin Urut (Finlandia), Organos de Stalin (Spanyol), dan Sztálinorgona (Hungaria). Kendaraan peluncur BM-31 yang lebih besar disebut Andryusha, panggilan untuk nama Andrew. [BP]