Pasukan Amerika Serikat mengibarkan bendera di puncak Gunung Suribachi selama Pertempuran Iwo Jima. Momen bersejarah itu dipotret oleh fotografer Associated Press Joe Rosenthal. (Sumber: Wikimedia Commons)
Pasukan Amerika Serikat mengibarkan bendera di puncak Gunung Suribachi selama Pertempuran Iwo Jima. Momen bersejarah itu dipotret oleh fotografer Associated Press Joe Rosenthal. (Sumber: Wikimedia Commons)

Pertempuran Iwo Jima (Battle of Iwo Jima) adalah konflik antara Amerika Serikat dan Jepang yang paling banyak dikenang.

Meskipun secara teknis jauh dari Jepang, Iwo JIma dianggap sebagai bagian dari Tokyo dan dikelola sebagai bagian dari subprefekturnya. Invasi akan memungkinkan Amerika Serikat melancarkan serangan bom dari lapangan udara strategis Iwo Jima, karena pulau kecil itu berada tepat di bawah jalur penerbangan B-29 Superfortress dari Guam, Saipan, dan Kepulauan Mariana. Pesawat pengebom AS akan dapat terbang di atas Jepang dengan pengawalan pesawat tempur.

Selain itu, merebut Iwo Jima akan memudahkan invasi Amerika Serikat ke Okinawa di masa mendatang. Iwo JIma akan menjadi tempat pendaratan darurat bagi Korps Udara Angkatan Darat AS.

Strategi Pertahanan Jepang

Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi, komandan Jepang di Iwo Jima, telah ditugaskan ke pulau tersebut pada bulan Juni 1944. Menyadari dia tidak akan bisa mengalahkan pendaratan AS, dia merencanakan pertempuran defensif yang panjang dan mahal agar dapat menggoyahkan tekad musuhnya untuk melanjutkan perang.

Dia menyuruh pasukannya untuk membangun ratusan benteng pertahanan (pillbox), gudang persenjataan, terowongan sepanjang bermil-mil, dan bunker untuk komando dan kontrol serta fungsi lainnya. Dia berencana untuk menjaga prajuritnya di gua-gua dan terowongan sampai pasukan Amerika maju cukup jauh ke pedalaman.

Selain itu, dia memberi perintah tegas kepada anak buahnya untuk tidak menggunakan serangan banzai, yaitu serangan bunuh diri di mana sebanyak mungkin orang menyerbu pasukan lawan sekaligus dengan harapan dapat menciptakan kebingungan. Sebagai gantinya, mereka harus membunuh 10 orang Amerika masing-masing dari tempat persembunyian mereka.

Pertempuran Berlangsung

Iwo Jima merupakan pulau seluas delapan mil persegi, dengan bagian terlebarnya mengarah ke timur laut, dipenuhi ratusan gua dan ditutupi pasir dan abu vulkanik. Ujung barat daya pulau didominasi oleh Gunung Suribachi, yaitu gunung berapi yang sudah tidak aktif.

Invasi Iwo Jima diberi nama sandi Operasi Detasemen (Operation Detachment). Para perencana AS telah menetapkan lokasi pendaratan di sepanjang garis pantai selatan dan utara antara Suribachi dan bagian pulau yang lebih luas.

Sebelum pendaratan, pasukan pendukung amfibi yang disebut Task Force 52 memberikan dukungan tembakan. Laksamana Raymond A. Spruance juga telah melepaskan Task Force 58, kapal induk cepat yang membawa delapan skuadron tempur Korps Marinir untuk menyerang target strategis di Honshu untuk mendukung pendaratan di Iwo Jima.

Tepat pukul 09:00 tanggal 19 Februari 1945, gelombang serangan pertama dimulai. Unit Divisi Marinir ke-5 di sebelah kiri dan unit Divisi Marinir ke-4 di sebelah kanan mendarat di sektor pantai yang telah ditentukan. Pasukan Jepang bertahan di garis depan hingga pukul 10:00, setelah gelombang pertama pasukan Marinir mencapai pantai dan tembakan dukungan mereda sejenak.

Pasukan Marinir AS kesulitan bergerak karena pantainya tidak stabil: terdiri dari teras curam pasir hitam yang terus bergeser dan dipenuhi bara dan abu vulkanik. Penggalian menjadi sangat sulit dan kendaraan macet. Cuaca pun tidak mendukung. Akibatnya, mereka menjadi sasaran tembakan artileri, mortir, dan senapan mesin Jepang.

Namun di bawah perlindungan rentetan tembakan angkatan laut dan dukungan udara dari kapal induk pengawal Armada Kelima, unit-unit Divisi Marinir ke-5 dan Divisi Marinir ke-4 perlahan bergerak ke arah barat laut dan timur laut.

Divisi Marinir ke-5 bertekad mengisolasi Gunung Suribachi, yang dijaga oleh 2.000 tentara Jepang dan dikelilingi oleh posisi pertahanan dan terowongan. Pada tanggal 23 Februari 1945, mereka berhasil menguasai Gunung Suribachi. Sebuah peleton mencapai puncak dan mengibarkan bendera AS berukuran kecil. Kemudian pada hari itu juga, pasukan lain mengibarkan bendera yang lebih besar untuk menggantikan yang kecil. Momen bersejarah itu dipotret oleh fotografer Associated Press Joe Rosenthal.

Hampir 30.000 personel telah mendarat di Iwo Jima. Meskipun pasukan Marinir AS telah berhasil menyeberangi pulau itu dan telah memotong Gunung Suribachi, garis fase yang direncanakan hari itu belum tercapai, sementara korban terus bertambah.

Ini karena serangan Jepang sangat terkoordinasi. Mereka menyamarkan banyak ranjau, regu bunuh diri, atau senjata antitank dengan baik, dan terus menembaki pasukan Marinir AS dengan artileri, mortir, dan senjata ringan.

Pada tanggal 4 Maret 1945, Lapangan Udara No. 2 berhasil diamankan dan Marinir AS telah melemahkan pertahanan Jenderal Kuribayashi hingga banyak senjata berat Jepang tidak dapat digunakan. Pada hari itu juga, Grup Bom ke-9 B-29 “Dinah” melakukan pendaratan darurat di Lapangan Udara No. 1 untuk mengisi bahan bakar.

Sepuluh hari kemudian, pendudukan Iwo Jima secara resmi diumumkan, meskipun pertempuran terus berlanjut selama dua minggu berikutnya. Pasukan Amerika bersusah payah melewati hutan-hutan untuk memburu tentara Jepang yang menolak untuk menyerah. Akhirnya, pada tanggal 26 Maret, Iwo Jima dinyatakan “aman”.

Setelah Pertempuran

Setelah melakukan yang terbaik untuk mencegah pendudukan yang tak terelakkan, Letnan Jenderal Kuribayashi bunuh diri di pos komandonya pada tanggal 23 Maret 1945.

Operator Amerika segera mengetahui bahwa stasiun radar Jepang ternyata tidak mampu menyediakan data peringatan dini yang diperlukan untuk pertahanan udara Jepang. Sementara itu, sebelum Operasi Detasemen, Jepang secara efektif telah mengabaikan lapangan terbang pulau itu untuk penggunaan operasional yang signifikan.

Memanfaatkan lapangan terbang Iwo Jima untuk pesawat tempur pengawal AS pada akhirnya terbukti sulit secara logistik dan sangat berat bagi pilot P-51, karena mereka harus menempuh perjalanan sejauh 1.500 mil laut. Selain itu, kapasitas lapangan itu terbatas. Hanya sedikit pesawat B-29 yang benar-benar memanfaatkan pulau itu sebagai tempat pendaratan darurat atau pengisian bahan bakar.

Pertempuran Iwo Jima mengakibatkan 6.871 pasukan AS tewas dan 19.217 terluka. Korps Amfibi V menewaskan sekitar 22.000 tentara dan pelaut Jepang, sementara 216 orang selamat dan ditawan. Sekitar 3.000 orang lainnya bersembunyi selama pendudukan AS. Pada bulan Agustus 1945, sebagian besar dari mereka telah terbunuh, ditangkap, atau menyerah, tetapi satu kelompok terus bertempur hingga tahun 1949. [BP]