Ilustrasi pasian Covid-19 - Detik
Ilustrasi pasian Covid-19 - Detik

Setelah sempat melandai pada Desember 2021 lalu, angka kasus Covid-19 meningkat kembali sepanjang Januari ini. Tercatat ada 12.328 kasus aktif per kamis (21/01) dengan angka penularan harian lebih dari dua ribu orang. Selain itu penyebaran varian Omicron juga tercatat sudah melebihi seribu kasus terdeteksi. Tingginya temuan kasus baru menyebabkan para Epidemiolog menyatakan bahwa Indonesia telah memasuki gelombang ketiga pandemi.

Pasca libur natal dan tahun baru (Nataru) dan dimulainya pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di sekolah, angka penularan Covid-19 terus meninggi. Hal itu ditandai dengan meningkatnya kasus harian dari yang sebelumnya dibawah 200 kasus per hari pada bulan Desember menjadi 2000 kasus per hari pada minggu ketiga Januari 2022.

Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pada Kamis (20/1/2022) mencatat, terjadi penambahan 2.116 kasus Covid-19 baru dalam 24 jam. Untuk pertama kalinya setelah September 2021, kasus Covid-19 harian kembali melewati angka 2.000 dalam sehari. Sebelumnya, 2.057 kasus virus corona tercatat pada 28 September 2021.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia telah menunjukkan peningkatan tiga pekan terakhir atau sejak awal Januari.

“Jumlah kasus positif nasional mengalami peningkatan dalam 3 minggu terakhir yaitu meningkat 5 kali lipat dari 1.123 kasus menjadi 5.454 kasus,” ujar Wiku melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (21/1).

Berbagai pihak sebelumnya telah mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai lonjakan kasus setelah Nataru dan pemberlakuan PTM 100 persen, bahkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama lembaga profesi menyurati Kementerian terkait untuk meninjau kembali pemberlakuan PTM 100 persen.

Alih-alih meningkatkan protokol kesehatan, sebaliknya pemerintah malah mengambil beberapa kebijakan yang dinilai lebih longgar. Pembatalan pemberlakuan PPKM level 3 secara nasional pada saat libur Nataru dan pencabutan larangan masuk dari 14 Negara dengan penularan komunitas tinggi adalah contoh melonggarnya protokol pencegahan di saat pandemi.

Begitu pula dengan percaya diri pemerintah memberlakukan PTM 100 persen setelah sebelumnya menyatakan angka pandemi sudah melandai dan gerakan vaksinasi sudah berhasil. Nyatanya baru 3 pekan berjalan PTM 100 persen di Jakarta saja sudah lebih dari 40 sekolah ditutup sementara setelah ditemukan kasus Covid-19 termasuk varian Omicron.

Melihat angka kasus yang terus meninggi Epidemiolog Dicky Budiman dari Griffith University Australia menilai bahwa Indonesia baru saja memasuki pandemi gelombang tiga. Bahkan Dicky menyebut bahwa penambahan kasus virus Corona akan terus merangkak naik hingga akhir Februari atau pertengahan Maret ini.

Selain itu Dicky juga mengimbau agar menghentikan sementara pembelajaran tatap muka (PTM) 100% hingga pertengahan Maret. Hal ini menyusul ditutupnya sekolah karena adanya siswa dan guru yang terpapar Covid-19. Bahkan dia menilai di Jakarta membuka sekolah untuk kapasitas 50 persen saja dinilai cukup mengkhawatirkan karena trend kenaikan kasus.

Meski agak terlambat Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (18/01) menghimbau masyarakat untuk kembali memperketat protokol kesehatan dan mengurangi bepergian keluar rumah.

“Jika Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian tidak memiliki keperluan mendesak sebaiknya mengurangi kegiatan di pusat-pusat keramaian. Dan untuk mereka yang bisa bekerja dari rumah (work from home) lakukanlah kerja dari rumah,” ujar Presiden.

Jokowi juga kembali mengingatkan semua pihak untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, sebagai salah satu kunci dalam menghadapi pandemi. “Saya tidak akan pernah bosan untuk terus mengingatkan selalu gunakan masker, menjaga jarak, dan jangan lupa mencuci tangan. Intinya ikuti protokol kesehatan dengan disiplin,” ujarnya.

Sebagai antisipasi atas gelombang yang lebih besar pemerintah kiranya perlu melakukan penilaian atas beberapa hal di antaranya penerapan protokol kesehatan, peningkatan test, kesiapan fasilitas kesehatan dan pemenuhan kebutuhan nutrisi serta gizi masyarakat. Hal ini dirasa penting karena pencegahan meluasnya pandemi tidak cukup hanya dengan mengandalkan vaksin yang tak sepenuhnya mampu mencegah penularan Covid-19 terlebih varian Omicron. [DES]