Ilustrasi/Kapolri Resmikan Pelaksanaan Operasi Ketupat 2018/tribratanews.polri.go.id

Koran Sulindo – Kapolri Jenderal Tito Karnavian meresmikan Operasi Ketupat 2018 untuk mengamankan pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri 1439 H yang berlangsung 18 hari hingga 24 Juni nanti. Peresmian dilakukan dalam gelar apel pasukan di Monumen Nasional (Monas), hari ini.

Operasi Ketupat ini melibatkan 177 ribu aparat gabungan dari TNI, Polri, dan bantuan Pemerintah Daerah (Pemda) di seluruh Indonesia.

Kapolri mengatakan terdapat 4 target Operasi Ketupat 2018 ini. Pertama adalah mengamankan jalur arus mudik dan balik masyarakat.

“Selama ini sudah cukup banyak perbaikan khususnya infrastruktur dan dari hasil pengecekan relatif akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Tinggal kami kerja keras untuk mengurai titik macet dan menekan angka kecelakaan,” kata Tito, saat apel gelar pasukan di Monas, Jakarta, Rabu (6/6/2018).

Selanjutnya adalah menstabilkan harga pangan agar tidak terjadi inflasi yang memberatkan masyarakat dalam membeli kebutuhan pokok untuk Lebaran. Permasalahan ini sudah mulai diawasi sejak proses pendistribusian.

“Selama kurang lebih 2 bulan terakhir lebih kurang ada 495 kasus yang berhubungan dengan masalah bidang pangan dilakukan dalam langkah menjaga distribusi pangan tidak terjadi anomali atau tidak terjadi pelanggaran yang dilakukan mafia atau kartel pangan,” katanya.

Dengan Operasi Ketupat ini kepolisian juga berharap bisa menekan angka kejahatan yang marak terjadi seperti premanisme, copet, dan jambret.

Saat menjelang Lebaran, aparat kepolisian akan meningkatkan keamanan di Stasiun, Bandara, dan Pelabuhan.

“Sebelumnya kami sudah lakukan operasi cipta kondisi penyakit masyarakat. Ratusan tersangka dilakukan tindakan hukum di seluruh Indonesia,” katanya.

Target yang keempat adalah mengamankan Idul Fitri dari serangan aksi terorisme. Mengingat sebulan belakangan terjadi aksi radikalisme yang meresahkan masyarakat seperti Bom Surabaya dan penyerangan sejumlah markas kepolisian.

Menurut Tito, kelompok teroris memanfaatkan hari raya sebagai ajang aksi menebar teror dan rasa ketakutan.

“Karena bagi pelaku di bulan suci sering lakukan aksi berkaca dari tahun sebelumnya,” katanya.

Selain empat target tersebut, Operasi Ketupat juga akan menyiapkan antisipasi yang di luar kendali kehendak manusia, seperti bencana alam, letusan Gunung Merapi, gelombang laut, dan gempa bumi.

“Ini juga kami siap jika nanti ada keadaan kontigensi dimasa operasi 18 hari cepat membantu masyarakat,” kata Kapolri.

Sementara Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang turut memimpin Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat mengatakan, gelar pasukan ini dianggap perlu untuk memastikan dan kesiapan personel dan perlengkapan dalam menjalani tugas.

Menurut Hadi perayaan Idul Fitri memiliki dimensi yang sangat luas dalam kegiatan sosial masyarakat.

“Teman-teman TNI-Polri telah dapat amanat untuk bangun ketenangan dan keamanan agar selama arus mudik dapat berjalan tertib aman dan lancar. Kepercayaan itu buah dedikasi dan pengabdian tanpa lelah,” katanya.

Menurut Hadi, terdapat perbedaan Operasi Ketupat tahun ini dengan sebelumnya, karena perayaan Idul Fitri 2018 juga bersamaan dengan rangkaian Pilkada serentak.

“Situasi kompleks itu butuh perhatian lebih dan kerja keras untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu kita cermati dan waspadai dan antisipasi setiap perkembangan sekecil apapun demi suksesnya tugas mulia yang kita emban bersama,” kata Panglima TNI.

Over Acting

Sebelumnya, Kapolri juga meminta agar anggota kepolisian yang tergabung dalam Satgas Pangan untuk tidak gegabah dalam mengawal ketersedian sembako menjelang Hari Raya Idul Fitri 2018.

Menurut Tito, ada mekanisme pasar yang kalau disentuh secara keras dapat menimbulkan kelangkaan. Diakuinya, tahun lalu terjadi penyegelan terhadap sejumlah gudang beras yang menyebabkan distribusi terganggu.

“Tolong jangan sampai terjadi over acting. Kenaikan harga karena kelangkaan barang, karena suplai kurang atau distribusi terganggu. Distribusi terganggu justru karena petugas. Tahun lalu kejadian,” kata Tito, di depan seluruh jajaran Polda saat melakukan video converence bersama Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri Kesehatan, Menteri Perhubungan di Mabes Polri, Selasa (5/6/2018).

Tito mengatakan jika terjadi kenaikan signifikan perlu dicek penyebabnya. Langkah pertama secara persuasif kepada pelaku distributor.

“Kalau tidak bisa, maka lakukan koersif penegakan hukum,” katanya.

Namun Tito tetap mengapresiasi Satgas Pangan yang berhasil mengendalikan harga pangan. Bahkan pada tahun ini kurang lebih sudah 400 kasus kartel pangan yang melibatkan sekitar 390 tersangka.

“Saya terimakasih banyak sudah bekerja keras untuk menekan mafia-mafia dan kartel yang merusak distribusi,” kata Kapolri.

Sementara Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita memuji Satgas Pangan atas kerjasama yang luar biasa terutama pihak kepolisian, tahun lalu bisa mengendalikan harga pangan.

Mendag meminta polisi mewaspadai kecenderungan kenaikan harga sembako pada H-7 Lebaran.

“Tetapi dengan kita mengawali ini mulai tanggal 9 maka saya mengharapkan dari saat ini kita mengantisipasi mengenai tersedianya memastikan seluruh bahan pokok sudah beres. Kemudian juga pengendalian harga jangan sampai ada sekelompok pengusaha yang mentrigger kenaikan harga yang berlebihan,” kata Mendag. [YMA/DAS]