Ilustasi/YMA

Koran Sulindo – Kapolresta Pekanbaru, Kombes Susanto rela menerobos banjir akibat luapan Sungai Siak untuk menemui Iriansah (69), warga Jalan Sumbersari, Kelurahan Tanjung Rhu, Kecamatan Limapuluh, Jumat (23/11/2018). Iriansah telah setahun tidak bekerja lantaran mengindap diabetes.

Susanto tidak sendiri mengunjungi Iriansah. Dirinya ditemani oleh Tim Jumat Barokah untuk memberikan bantuan berupa sembako dan uang untuk mengurangi penderitaannya. Saat dikunjungi kaki kiri Iriansah dibaluti plasti untuk menutupi luka bekas operasi.

Perwira melati tiga itu terenyuh, meskipun Pekanbaru merupakan Ibukota Provinsi Riau, masih banyak warga kurang beruntung yang perlu uluran tangan. “Kita juga memberikan upaya medis, dari Pemerintah daerah juga membangun rumah bapak ini layak huni. Dari Babinsa (TNI) dan Bhabinkamtibmas itu bagian yang mungkin kita bisa bantu,” ujarnya.

Selain Iriansah ada dua tetangganya yang juga kurang beruntung. Seperti Abdul Karim (73), yang mengalami kebutaan dan lumpuh sejak 2015. Dan juga Masrul (62), mengalami stroke sejak 2015 lalu. Saat dikunjungi oleh Tim Jumat Berkah, ketiganya juga diperiksa kesehatannya oleh tim dokter kesehatan (Dokkes) Polresta Pekanbaru.

Susanto menerangkan kegiatan rutin Jumat Barokah berawal dari program Polisi Peduli pada 2015 lalu. Namun, kegiatan tersebut tidak berjalan maksimal. Dia menuturkan sebelum Apel Jumat para anggota turut menyumbang untuk kegiatan itu. “Diramu jadi giat Jumat Barokah, setiap Polsek untuk bergerak, Camat diajak. Program ini enggak cuma Polresta. Tim yang datang tidak cuma polisi, tapi ada tentara, mahasiswa, dosen, lurah, camat, anggota dewan, menyambangi orang kurang beruntung. Kita juga tidak melihat dari kesukuan, pernah ada keturunan Tionghoa yang kita bantu,” ucapnya.

Dikatakannya, sistem ini sudah berjalan dengan baik tanpa perlu harus ada Kapolresta disetiap kegiatan Jumat Barokah. Sementara, Rektor Universitas Islam Riau, Profesor Syafrinaldi yang juga penggagas program Jumat Barokah mengatakan sangat tersentuh dengan kegiatan ini. Sasaran lebih kepada nilai-nilai kemanusiaan. “Polri yang menurut saya jauh dari humanis, sekarang sudah humanis. Ini betul-betul pengamalan dari nilai-nilai Pancasila karena sasarannya tidak melihat SARA,” tandasnya.[YMA]