Juli 1943: Jerman Versus Soviet di Kursk

Jerman harus mengakui kekalahan dalam perang Kursk. Mereka dipukul mundur untuk kembali ke wilayahnya seperti saat semula memulai serangan.

PERTEMPURAN KURSK (Battle of the Kursk) pecah pada bulan Juli 1943 di sekitar kota Kursk Soviet di bagian Rusia barat, saat Jerman meluncurkan Operasi Citadel, sebagai respon Hitler atas kekalahannya dari Tentara Merah Soviet di Pertempuran Stalingrad.

Pertempuran ini adalah salah satu babak paling dikenang dalam sejarah Perang Dunia Kedua yang menandai ketidakberhasilan serangan Nazi Jerman terhadap pasukan Soviet, meski Jerman berkoalisi dengan Italia, Hungaria, Rumania, dan Kroasia.

Pertempuran ini juga dikenal sebagai pertempuran tank terbesar dalam sejarah, dengan hampir 17.000 tank terlibat dari kedua pihak.

Awal Mula

Pertempuran dimulai dengan diluncurkannya serangan Jerman, Operasi Citadel (Unternehmen Zitadelle), pada tanggal 5 Juli, yang bertujuan untuk menyerang Kursk dengan serangan dari utara dan selatan secara bersamaan.

Pertempuran ini dibagi menjadi 2 fase, fase pertama yaitu penyerangan Jerman ke Kursk pada tanggal 9 Juli 1943, dimana penyerangan ini lebih dikenal sebagai Operation Citadel, dan berakhir pada 16 Juli 1943.

Sementara fase kedua yaitu penyerangan balik Uni Soviet ke Jerman pada 12 Juli 1943 hingga 23 Agustus 1943

Setelah serangan Jerman terhenti di sisi utara, pada tanggal 12 Juli, Soviet memulai Operasi Serangan Kursk Strategis mereka dengan meluncurkan Operasi Kutuzov melawan bagian belakang pasukan Jerman di sisi utara.

Di sisi selatan, Soviet juga meluncurkan serangan balik yang hebat pada hari yang sama, yang menyebabkan bentrokan lapis baja besar, dikenal sebagai Pertempuran Prokhorovka.

Pada tanggal 3 Agustus, Soviet memulai tahap kedua Operasi Pelepasan Strategis Kursk dengan meluncurkan Operasi Polkovodets Rumyantsev melawan pasukan Jerman di sisi selatan Kursk.

Pada dasarnya Pertempuran Kursk sendiri merupakan kesempatan terakhir bagi pasukan Jerman untuk mendapatkan kembali dominasi di Front Timur selama Perang Dunia II, dan akan menjadi serangan blitzkrieg terakhir mereka.

Meski telah melakukan serangan besar-besaran yang telah direncanakan terhadap pasukan Soviet dengan menggunakan tank berat, artileri dan kekuatan udara, penundaan yang diambil oleh Adolf Hitler pada faktanya justru memberi Soviet waktu untuk mempersiapkan serangan balik.

Kisah Perang Kursk

Di hari pertama, Korps Panzer XLVII telah mampu menembus 9,7 km ke dalam pertahanan tentara merah. Tentara merah pun mengalami kehilangan 1.287 pasukannya yang tewas dan hilang, dan 5.921 lainnya cedera.

Hari-hari berikutnya, Soviet merespons dengan serangan balik di bawah arahan Marsekal Konstantin Rokossovsky meski jumlahnya belum signifikan dan belum diluncurkan operasi serangan balasan yang besar. Peran unit-unit tank dalam jumlah besar sangat dilibatkan dalam saling serang yang melumpuhkan.

Sementara serangan di sisi selatan yang dilancarkan lebih pagi yaitu pukul 4 dimulai dengan pemboman yang dilaksanakan oleh Angkatan Darat Panzer Hoth ke-4. Dari kubu Soviet, Korps Angkatan Pengawal Senapan ke 22 dan 23 siap menghadang dan bertempur.

Tiga lapis sabuk pertahanan juga disiapkan Soviet guna memperlambat dan melemahkan kekuatan lapis baja milik Jerman. Tanggal 12 Juli, giliran Uni Soviet resmi memulai serangan balik besar terhadap Jerman yang dinamai Operasi Kutuzov.

Keputusan melawan Operasi Citadel ini diambil terutama karena pasukan Jerman sudah menunjukkan kekuatan yang menonjol di Kota Orel, meski di sisi utara Jerman melemah.

Setelah rentetan serangan Soviet ini, Jerman harus mengakui kekalahan. Mereka dipukul mundur untuk kembali ke wilayahnya seperti saat semula memulai serangan.

Menurut Encyclopaedia Britannica, serangan Jerman terhadap Soviet di Kursk ini sejatinya dirancang untuk merencanakan serangan mendadak di sisi utara dan selatan dengan harapan dapat menghancurkan pasukan Soviet di wilayah Kursk tersebut.

Kerugian Nyawa dan Benda Selama Perang

Hal paling menarik dalam Pertempuran Kursk ini adalah jumlah unit tank yang digunakan oleh kedua belah pihak. Selama Operasi Citadel, Jerman mengerahkan 2.465 tank yang aktif beroperasi, sedangkan Soviet sebanyak 4.938.

Ketika Soviet melancarkan serangan balasan, negara ini melibatkan 8.200 tank, sedangkan Jerman mengerahkan 2.699.

Soal kerugian pasukan, sejarawan militer Rusia Grigoriy Krivosheyev yang dikutip dari buku The Battle for Kursk, 1943: The Soviet General Staff Study karya Glantz & Orenstein menyebut ada 177.877 korban di pihak Soviet selama peperangan berlangsung.

Di pihak Jerman, menurut Frieser berdasarkan catatan arsip Jerman, Operasi Citadel menelan 54.182 korban dengan 9.036 diantaranya terbunuh, 1.960 dilaporkan hilang, dan 43.159 luka-luka.

Sebanyak 13.215 orang terbunuh dalam Operasi Kutuzov yang dilancarkan Soviet, 60.549 luka-luka dan 11.300 hilang yang diperkirakan terbunuh atau tertangkap.

Sementara selama Operasi Polkovodets Rumyantsev menelan 25.068 korban tewas, termasuk 8.933 orang tewas dan hilang.

Pada akhirnya, rencana dan impian Jerman untuk melenyapkan Tentara Merah telah gagal untuk selamanya. [KY]