Dokter Josef Mengele, Malaikat Maut dari kamp konsentrasi Auschwitz. [Via Wikimedia Commons](Via Wikimedia Commons)
Dokter Josef Mengele, Malaikat Maut dari kamp konsentrasi Auschwitz. [Via Wikimedia Commons](Via Wikimedia Commons)

Josef Mengele, yang dikenal sebagai “Malaikat Maut,” adalah dokter kepala Nazi di kamp konsentrasi Auschwitz selama Perang Dunia II.

Karier Mengele di dunia kedokteran dan perannya dalam eksperimen medis yang mengerikan membuat namanya tercatat dalam sejarah sebagai salah satu tokoh paling kejam pada masa Holocaust.

Josef Mengele lahir pada 16 Maret 1911 di Bavaria. Mengele bergabung dengan Partai Nazi setelah belajar filsafat di Munich, di mana ia bertemu dengan Alfred Rosenberg.

Ideologi rasial Rosenberg sangat mempengaruhinya untuk bergabung dengan staf peneliti di Institut Biologi Keturunan dan Kebersihan Rasial.

Pada usia 20 tahun, pada tahun 1931, Mengele bergabung dengan Stahlhelm, sebuah organisasi paramiliter. Kemudian, ia melanjutkan dengan menjadi anggota Sturmabteilung (SA) pada tahun 1933 dan mengajukan permohonan keanggotaan partai Nazi pada tahun 1937.

Setelah diterima, ia mengajukan permohonan keanggotaan di SS (Schutzstaffel) dan kemudian belajar kedokteran di Universitas Frankfurt. Di sana, ia bergabung dengan Institut Biologi Keturunan dan Kebersihan Rasial pada tahun 1934, mengembangkan studinya dalam antropologi fisik dan genetika.

Karier Awal dan Eksperimen Medis

Sebelum ditempatkan di Auschwitz, Mengele telah menerbitkan artikel penting tentang kelainan genetik dan variasi ras dalam fitur utama. Karier akademisnya tampak cerah, namun perang mengalihkan jalurnya.

Mengele ditempatkan dalam korps cadangan medis dan unit Waffen SS. Meskipun kecewa dinyatakan tidak layak untuk bertempur, ia kemudian dipromosikan menjadi kapten.

Pada 24 Mei 1943, Mengele tiba di kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia. Sebagai dokter kepala di Auschwitz, ia bertanggung jawab atas pemilihan orang Yahudi untuk kerja paksa, pemusnahan, atau menjadi objek eksperimen medis.

Mengele dikenal karena eksperimen medisnya yang fatal, aneh, dan brutal yang menewaskan lebih dari 400.000 orang.

Eksperimen Mengele di Auschwitz

Mengele mendapatkan julukan “Malaikat Maut” karena eksperimen kejamnya. Ia menyuntik narapidana dengan berbagai zat seperti bensin dan kloroform, sering kali dengan tangannya sendiri. Salah satu fokus utama Mengele adalah anak kembar, yang ia gunakan untuk berbagai eksperimen pembedahan.

Eksperimennya mencakup pengembangan genetika dan DNA turunan, meskipun metode yang digunakan sangat tidak etis dan penuh kekejaman.

Eksperimen-eksperimen ini kadang-kadang dianggap canggih dan memberikan kontribusi pada pemahaman genetika, tetapi dilakukan dengan mengorbankan nyawa dan penderitaan manusia yang luar biasa.

Setelah Perang Dunia II berakhir, Mengele berhasil melarikan diri dari penjara. Awalnya, ia menyamar dan bekerja sebagai penjaga kandang pertanian di Bavaria sebelum melarikan diri ke Amerika Selatan.

Mengele menjadi warga negara Paraguay pada tahun 1959, lalu pindah ke Brasil pada tahun 1961, di mana ia bertemu dengan mantan anggota partai Nazi lainnya, Wolfgang Gerhard.

Pada tahun 1985, tim ahli forensik multinasional melakukan perjalanan ke Brasil untuk mencari jejak Mengele. Mereka menemukan bahwa pria bernama Gerhard, yang meninggal karena stroke saat berenang pada tahun 1979, sebenarnya adalah Josef Mengele.

Catatan gigi menegaskan bahwa jasad tersebut adalah Mengele, mengakhiri pencarian panjang untuk “Malaikat Maut” dari Auschwitz.

Josef Mengele adalah salah satu tokoh paling mengerikan dalam sejarah Holocaust. Eksperimen medisnya di kamp konsentrasi Auschwitz mencerminkan kekejaman dan ketidakmanusiawian yang luar biasa.

Meskipun ia menghindari keadilan selama hidupnya, sejarah mencatat kejahatan-kejahatannya sebagai peringatan akan bahaya ideologi ekstrem dan penyalahgunaan ilmu pengetahuan untuk tujuan jahat. [UN]