John Milton terkenal karena telah menulis Paradise Lost. Setelah kematiannya, puisi epik tersebut telah menginspirasi banyak seniman. (Sumber: Science Photo Library)
John Milton terkenal karena telah menulis Paradise Lost. Setelah kematiannya, puisi epik tersebut telah menginspirasi banyak seniman. (Sumber: Science Photo Library)

John Milton adalah seorang penyair, penulis pamflet, dan sejarawan Inggris yang dianggap sebagai penulis Inggris paling signifikan setelah William Shakespeare. Dia terkenal karena menulis Paradise Lost, puisi epik terhebat dalam bahasa Inggris yang menceritakan tentang bagaimana Setan (Lucifer) menyebabkan kejatuhan manusia di Taman Eden.

Bersama dengan Paradise Regained, karya epik tersebut membentuk reputasi John Milton sebagai salah satu penulis Inggris terhebat. Dalam karya prosanya, dia menganjurkan penghapusan Gereja Inggris. Dan sejak awal Perang Saudara Inggris pada tahun 1642 hingga pemulihan Charles II sebagai raja pada tahun 1660, Milton menentang tirani dan agama yang disetujui negara.

Pengaruh John Mayer meluas hingga perang saudara di Inggris dan selama revolusi Amerika dan Prancis. Dalam karya-karyanya di bidang teologi, dia menghargai kebebasan hati nurani, pentingnya Alkitab sebagai pedoman dalam hal iman, dan toleransi beragama. Berikut ini adalah kisah hidup John Milton yang telah dirangkum dari beberapa sumber.

Kehidupan Awal John Milton

John Milton lahir di London pada tanggal 9 Desember 1608 dari pasangan John dan Sara Jeffrey. Kakek dari pihak ayah Milton, Richard, adalah seorang Katolik Roma yang taat yang mengusir putranya, John Milton Sr., dari rumah keluarga mereka di Oxfordshire karena membaca Alkitab Protestan berbahasa Inggris.

John Milton memiliki seorang kakak perempuan bernama Anne dan seorang adik laki-laki bernama Christopher. Dia punya beberapa saudara kandung lagi, tetapi mereka meninggal sebelum mencapai usia dewasa.

Semasa hidupnya, Milton mempelajari bahasa Latin, Yunani, Italia, Ibrani, Prancis, dan Spanyol. Dia menuntut ilmu di Sekolah St. Paul. Sebagai siswa berusia 15 tahun, Milton menerjemahkan Mazmur 114 dari bahasa Ibrani asli, yang menceritakan pembebasan orang Israel dari Mesir. Terjemahan ke dalam bahasa Inggris ini merupakan parafrase puitis dalam bait-bait heroik (pentameter iambik berirama). Dia lalu menerjemahkan dan memparafrasekan mazmur yang sama ke dalam bahasa Yunani.

Pada tahun 1628 Milton menggubah sebuah puisi berjudul “On the Death of a Fair Infant Dying of a Cough” untuk berkabung atas meninggalnya Anne, putri dari kakak perempuannya. Milton dengan lembut mengenang anak itu, yang baru berusia dua tahun. Puisi bernuansa teologis itu menekankan bahwa Anne memasuki alam surgawi karena kondisi manusia, yang telah tercerahkan oleh kehadirannya yang singkat, tidak cocok untuk menanggungnya lebih lama lagi.

Milton lalu kuliah di Christ’s College, Cambridge. Dia lulus kuliah pada tahun 1629 dengan gelar Sarjana Seni. Tiga tahun kemudian, dia memperoleh gelar Magister Seni.

Berkarya dan Berkeliling Eropa

Setelah lulus dari Christ’s College pada 1632, Milton kembali ke rumah keluarganya di Hammersmith, pinggiran kota London. Tiga tahun kemudian, mungkin karena wabah penyakit pes, keluarga tersebut pindah ke daerah pedesaan Horton, di Buckinghamshire. Di dua lokasi ini, dia menghabiskan sekitar enam tahun dalam belajar giat, banyak membaca karya-karya penulis Yunani dan Latin. Tanpa pekerjaan tetap, Milton dibiayai oleh ayahnya selama periode ini.

Selama masa itu pula dia menulis puisi berjudul “On the Morning of Christ’s Nativity”, “On Shakespeare”, “L’Allegro”, “Il Penseroso”, dan “Lycidas”. Puisi-puisi awal Milton yang paling penting adalah Comus dan “Lycidas”. Keduanya merupakan pencapaian sastra yang besar karena membangun reputasinya sebagai seorang penulis.

Pada tahun 1638, ditemani seorang pelayan, Milton melakukan perjalanan keliling Benua Eropa selama 15 bulan. Sebagian besar waktunya dihabiskannya di Italia, terutama Roma dan Florence. Tertarik pada akademi-akademi di Florence, Milton berteman dengan para anggota muda sastrawan Italia yang memiliki minat humanis yang sama dengannya. Dan saat berada di Florence, Milton bertemu dengan Galileo Galilei, yang saat itu sedang menjalani tahanan rumah.

Kembali ke Inggris

Di tahun yang sama, Milton mendengar kabar kematian Charles Diodati, teman masa kecil terdekatnya dari Sekolah St. Paul. Diodati kemungkinan merupakan korban wabah pes. Milton juga mendengar kabar akan terjadinya perang saudara di Inggris. Berita ini menyebabkannya pulang lebih cepat dari yang direncanakan.

Setelah kembali ke Inggris, Milton tinggal tidak jauh dari Bread Street, London tempat ia dilahirkan. Dia membimbing John dan Edward Phillips, putra dari kakak perempuannya, Anne. Milton lalu menggubah sebuah elegi dalam bahasa Latin, “Epitaphium Damonis” (“Epitaph Damon”), yang mengenang Diodati.

Di tahun 1939, Milton semakin menunjukkan bakat luar biasa sebagai ahli bahasa dan penerjemah, serta kepiawaiannya sebagai penyair. Dia meneruskan menerjemahkan bagian-bagian Alkitab seperti yang pernah dia lakukan sewaktu bersekolah di St. Paul dan mulai beralih ke prosa.

Sebagai seorang Puritan yang percaya pada otoritas Alkitab, Milton menentang lembaga keagamaan seperti Gereja Inggris dan monarki. Dia juga menyusun lima risalah tentang reformasi pemerintahan gereja. Salah satu risalah ini, yang disebut Of Reformation, meneliti perubahan historis dalam Gereja Inggris sejak didirikan di bawah Raja Henry VIII dan mengkritik kemiripan antara Gereja Inggris dan Gereja Katolik Roma, khususnya hierarki dalam pemerintahan gerejawi. Dalam risalah lain dari periode ini, The Reason of Church Government, Milton tampaknya mendukung Presbiterianisme Skotlandia sebagai pengganti hierarki episkopal Gereja Inggris.

Milton juga mulai menulis pamflet tentang topik-topik radikal seperti kebebasan pers, mendukung Oliver Cromwell dalam Perang Saudara Inggris, dan dia mungkin hadir pada pemenggalan kepala Charles I. Milton lalu menulis publikasi resmi untuk pemerintahan Cromwell. Semua aktivitasnya itu membuatnya dikenal sebagai sosok yang kontroversial.

Pada tahun 1642, saat berusia 34 tahun, Milton menikahi Mary Powell yang berusia 17 tahun. Beberapa bulan kemudian Milton ditinggalkan oleh istrinya, yang kembali ke kediaman keluarganya di Oxfordshire. Kemungkinan penyebab perpisahan mereka adalah Mary menganut kecenderungan Royalist dari keluarganya, sedangkan Milton semakin anti-Royalis. Kemungkinan lainnya adalah perbedaan usia mereka menyebabkan kurangnya pemahaman bersama.

Selama masa itu Milton menulis The Divorce Tracts, serangkaian publikasi yang menganjurkan tersedianya perceraian. Dia juga menyusun argumen dari risalah prosa lainnya. Risalah yang paling terkenal adalah Areopagitica (1644), yang menentang pemberian lisensi pemerintah terhadap publikasi atau prosedur penyensoran.

Pada bulan Maret 1649 Milton diangkat menjadi sekretaris untuk urusan bahasa asing di Dewan Negara. Pengabdiannya kepada pemerintah, terutama di bidang kebijakan luar negeri, didokumentasikan melalui korespondensi resmi, Surat-surat Negara (Letters of State), yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1694.

Dia dengan gigih membela pemerintahan Cromwell dalam bukunya yang berjudul Eikonoklastes (1649), atau Imagebreaker, yang merupakan serangan pribadi terhadap Charles I. Buku itu menyamakan Charles I dengan adipati Gloucester dalam karya William Shakespeare, yang merupakan seorang munafik ulung.

Milton bersatu kembali dengan istrinya dan memiliki tiga anak, yaitu Anne, Mary, dan Deborah. Mary meninggal pada tahun 1652 setelah melahirkan Deborah. Pada tahun 1652 pula Milton menjadi buta total.

Pada tahun 1656, dia menikahi Katherine Woodcock. Pernikahan mereka hanya bertahan selama 15 bulan karena Katherine meninggal beberapa bulan setelah kelahiran anak mereka.

Menulis Paradise Lost

John Milton mulai menulis Paradise Lost di tahun 1658. Menjelang akhir tahun 1659, Milton masuk penjara karena perannya dalam jatuhnya Charles I dan bangkitnya Persemakmuran, tapi dia dibebaskan, mungkin karena pengaruh para pendukungnya yang kuat. Monarki didirikan kembali pada tahun 1660 dengan Charles II sebagai raja.

Setelah bebas dari penjara, Milton menikah lagi pada 1663 dengan Elizabeth Minsull. Elizabeth membantunya memenuhi kebutuhan pribadinya, membaca buku atas permintaannya, dan menjadi juru tulis untuk mencatat syair-syair yang didiktekannya.

Pada tahun 1667, Milton menerbitkan Paradise Lost dalam 10 jilid. Karya ini merupakan puisi epik terhebat yang ditulis dalam bahasa Inggris. Puisi tersebut menceritakan kisah tentang bagaimana Setan (Lucifer) berperang dengan para Malaikat di Surga, dibuang ke Neraka, memasuki dunia material baru ciptaan Tuhan, dan menggoda Adam dan Hawa di Taman Eden.

Puisi itu juga menceritakan pengusiran Adam dan Hawa dari Taman Eden setelah memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Milton menyebut Adam sebagai pendosa yang lebih besar daripada Hawa karena, setelah mengetahui bahwa Hawa telah berdosa, dia ikut memakan buah tersebut atas alasan keterikatan satu sama lain—jika Hawa mati, maka dia juga harus mati.

Pada tahun 1671, Milton menerbitkan Paradise Regained, yang menceritakan tentang Yesus yang mengatasi godaan Setan, dan Samson Agonistes, yang menceritakan tentang Simson yang pertama kali menyerah pada godaan dan kemudian menebus dosanya. Versi Paradise Lost yang telah direvisi sebanyak 12 jilid diterbitkan pada tahun 1674.

John Milton meninggal di Inggris pada bulan November 1674, ketika dia hampir berusia enam puluh enam tahun, karena komplikasi asam urat. [BP]