Jihad dalam Konteks Politik tak Termaktub dalam Al Quran

Ilustrasi/CHA

Koran Sulindo – Jihad dalam konteks politik praktis bagi umat Islam tidak termaktub dalam Al Quran. D alam kitab suci umat muslim itu, Al Quran justru memberikan pesan bahwa umat muslim harus memprioritaskan perdamaian. Ayat-ayat yang berbicara tentang jihad di dalam Quran juga tidak pernah menyebutkan membunuh di jalan Allah.

“Dalam Alquran jihad selalu di jalan Allah, harus lurus, tujuannya harus benar bukan jihad untuk politik, kekuasaan, kepentingan atau ekonomi,” kata pakar tafsir Al Quran, Izaa Rahma Nahrawi, dalam diskusi bertajuk “Pesan damai dalam Alquran” di Kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (26/5/2019).

Menurut Izaa, banyak kalangan untuk kepentingan pribadi yang mengutip ayat Alquran dengan tujuan untuk memprovokasi umat Islam berperang. Izaa meyakini apabila ayat Alquran tidak dikutip, maka umat muslim tidak akan terpengaruh untuk perang.

Makna jihad dalam Alquran selalu ke arah yang positif. Dan apabila diterjemahkan dengan cara tidak benar, maka hal itu akan menyalahi konsep fisabilillah (berjuang di jalan Allah). Karena itu, semua pihak harus mempelajari Alquran secara holistik.

“Ada perintah berperang di jalan Allah tapi tidak ada membunuh di jalan allah. Itu tidak ada dalam Alquran. Terbunuh di jalan Allah, ada. Perbedaan dan kemajemukan disikapi positif. Ayat-ayat Alquran tidak boleh dinegasikan,” katanya.

Umat muslim juga harus membalas kekerasan dari pihak lain dengan kedamaian. Tidak boleh umat muslim membalas dengan kekerasan selama hal itu tidak melecehkan agama, bukan politik apalagi ekonomi.

“Harus aksi damai. Kalau ada yang memprovokasi dan kekerasan, jangan ikuti. Kalau bisa seolah-olah musuhmu jadi teman yang sangat dekat,” katanya.

Izaa juga menegaskan bahwa konflik bukanlah ajaran Islam. Islam justru menyarankan bagi setiap umat muslim yang terpecah agar islah atau rekonsiliasi. “Muslim kalau marahan saja tidak boleh lebih dari tiga hari,” kata Izza.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Studi Agama dan Filsafat, Iqbal Hasanuddin, mengatakan, berbicara tentang jihad, banyak pihak memahaminya sebagai perintah untuk berperang. Namun terlebih dari itu, Iqbal mengingatkan ayat perdamaian lebih banyak dibanding soal perang ataupun jihad.

“Menurut saya pesan utama Alquran adalah perdamaian. Sementara ayat-ayat jihad tidak bisa ditafsirkan sebagai perintah perang, melainkan ajaran tentang merawat jiwa atau jihad an-nafsi,” kata Iqbal.

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Agama Hamka Haq memandang, untuk menghindari konflik saat ini, setiap pihak harus tabayun atau mengonfirmasi berita-berita tidak jelas asal muasalnya. Kemudian, tidak boleh setiap orang mengolok-olok individu atau kelompok lainnya. Hal itu, kata Hamka, bisa memicu konflik.

“Jauhilah persangkaan buruk. Hindari opini-opini yang membentuk kebenaran. Itulah sumber konflik sebenarnya,” kata Ketua Bamusi tersebut.

Sedangkan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan dalam Al Quran, ada sebuah ayat Iqra yang menganjurkan umat Islam untuk membaca. Karena itu, Hasto meyakini membaca Alquran juga tidak hanya berbicara tentang teks, tetapi konteks di baliknya.

Hasto juga mengajak semua pihak untuk membaca suasana kebatinan rakyat saat ini. Seperti pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, kata Hasto, yang mana tujuan berbangsa adalah persatuan dan perdamaian.

“Kita adalah bangsa religius di mana upaya kita menyembah Tuhan. Sepakat perbedaan itu adalah anugerah. Mari kita bersama-sama menjadikan keseluruhan keimanan kita masing-masing mewujudkan persaudaraan kita,” kata Hasto.

Diskusi ini diselenggarakan oleh Bamusi PDI Perjuangan  merupakan rangkaian dalam peringatan Nuzulul Quran. Acara Nuzulul Qur’an, PDI Perjuangan juga memberikan santunan dan buka puasa bersama dengan anak yatim piatu berserta warga sekitar. [CHA/DAS]