Jenis Baru Batik Sawit

Batik Sawit Nusantara

Telah lahir jenis batik baru: Batik Sawit Nusantara. Peluncurannya berlangsung secara virtual pada Senin, 18 Oktober 2021. Acara berlanjut dengan penyerahan dua motif batik, masing-masing Batik Ciptadira untuk Presiden Joko Widodo dan Batik Panca Jagat untuk Wakil Presiden Maruf Amin, serta pemberian 55 Batik Sawit untuk para menteri di jajaran Kabinet Indonesia Maju.

Batik Sawit tersebut merupakan hasil kolaborasi empat lembaga, yaitu Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Musim Mas Group, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kementerian Perdagangan memperkenalkannya di Dubai Expo, Uni Emirat Arab, pada 1 Oktober 2021-31 Maret 2022.

Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono menyebut Batik Sawit sebagai fenomena luar biasa. Karya ini membuktikan bangsa Indonesia tak saja bangga dan cinta kepada batik, tapi juga berusaha mengembangkannya menjadi batik berkelanjutan. “Tentu akan sangat indah kalau di kemudian hari industri sawit bisa mengarah pada upaya mendorong batik yang berkelanjutan,” lanjutnya.

Pasalnya, dunia global menuntut produk yang serba hijau. Sawit sebagai produk alami memungkinkan untuk itu. Hasil kajian dan penelitian ilmiah memastikan bahwa di antara seratus produk turunan kelapa sawit,  minyak kelapa sawit dapat dijadikan malam atau lilin untuk membatik. Bahkan kualitasnya jauh lebih baik dibanding parafin yang biasa digunakan.

Lilin untuk membuat Batik Sawit memang menggunakan turunan produk minyak kelapa sawit. Hasil riset yang dilakukan GAPKI bekerja sama dengan BPPT menunjukkan, stearin sebagai fraksi padat minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk lilin batik. Hasil pewarnaan pun lebih tajam dan cerah. Lilin atau malam dari turunan sawit ini dinamakan Bio-Paraffin Substitute (Bio-Pas).

Dukungan pembiayaan riset malam berbahan minyak sawit disediakan oleh BPDPKS. Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman menjelaskan, malam batik asal sawit ini akan semakin meningkatkan permintaan dalam negeri terhadap produk turunan sawit untuk industri kreatif batik. Ia menggantikan produk malam batik berbasis paraffin yang masih harus diimpor.

Batik Sawit Nusantara memiliki dua motif, yaitu Batik Ciptadira dan Batik Panca Jagat. Ciptadira yang diadaptasi dari bahasa Sansekerta melambangkan gabungan kreasi dan makna kebijakan. Kata “dira” sendiri juga singkatan Indonesia Raya. Nama Ciptadira menjadi simbol harapan sebuah kebijaksanaan dalam menjaga kepercayaan dan kemuliaan yang diamanatkan pada para pemimpin.

Sedangkan Panca Jagat melambangkan empat elemen dasar alam — api, udara, tanah dan air — dengan satu ruang dimensi alam semesta yang merupakan unsur-unsur kehidupan. Dalam motif ini tampak gambar Kujang dan tanduk rusa, sebagai simbol bahwa ide sarat makna ini berawal dari Bogor, kota pertama tempat kelapa sawit ditanam di Indonesia.

Perekayasa Ahli Utama Indra Budi Susetyo menuturkan, malam lilin batik selama menggunakan formulasi paraffin yang bersumber dari minyak bumi dan sebagian besar masih diimpor. Penggantian paraffin berbasis minyak bumi (petroleum) dengan Bio-Pas yang bersumber dari minyak sawit merupakan terobosan dalam upaya mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor untuk pemenuhan produk berbasis minyak bumi.

Minyak sawit sebagai sumber bahan baku Bio-Pas merupakan produk yang terbarukan serta produksinya mampu mencapai lebih dari 50 juta ton per tahun.  Minyak sawit sendiri memiliki fraksi padat stearin. Dalam industri refinery, biasanya ia dipisahkan melalui proses fraksinasi. Inilah yang menjadi bahan baku Bio-Pas, sebagai salah satu inovasi teknologi substitusi impor parafin berbahan minyak bumi.

Pemanfaatan Bio-Pas oleh industri batik nasional diperkirakan dapat meningkatkan serapan minyak sawit di dalam negeri sekitar 40.000 ton per tahun. Hal ini dijelaskan Togar Sitanggang dari Musim Mas Group. Ide awal perancangan Batik Sawit Nusantara, katanya, dilandasi pemikiran bahwa upaya memperkenalkan manfaat kelapa sawit tak cukup hanya melalui kegiatan sosialisasi.

Selain kegiatan sosialisasi, juga diperlukan upaya lebih nyata agar kontribusi positif industri ini lebih dirasakan masyarakat luas. Dalam konteks hilirisasi produk, misalnya, kelapa sawit diharapkan dapat mendorong industri lain. Hilirisasi sawit merupakan pesan Presiden agar peran industri sawit mampu mendorong industri lain ikut berkembang.

Dari diskusi dan kajian yang dilakukan, digagas lah ide membuat batik yang bahannya berasal dari produk turunan kelapa sawit. Batik Sawit Nusantara dikerjakan oleh tim perancang lintas generasi. Riset lilin sawit (palm wax) dikerjakan Indra Budi Susetyo, seorang profesional peneliti di OR PPT-BRIN, teknik membatik dikerjakan oleh pembatik berpengalaman Wirasno.

Sementara itu, desain batik dikerjakan Herdiyanto dan Syihan Rama Santosa. Kedua desainer milenial ini berpengalaman melahirkan banyak karya industri kreatif. “Alhamdulillah, semua bisa diselesaikan dengan baik pada waktu yang tepat. Semoga lilin atau malam kelapa sawit ini bisa memberikan kontribusi bagi pengrajin batik,” kata Wirasno, yang sudah 20 tahun membatik. [AT]