Jakarta – Israel melancarkan serangan pertamanya terhadap target-target Houthi di Yaman sejak gencatan senjata Israel-Iran, menargetkan pelabuhan dan sebuah pembangkit listrik sekitar tengah malam waktu setempat Minggu (06/07/2025) malam hingga Senin (07/07/2025) pagi.
Menurut CNN, serangan-serangan itu terjadi setelah sedikitnya tiga rudal balistik Houthi diluncurkan ke Israel setelah gencatan senjata, menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF) termasuk satu rudal yang dicegat pada Sabtu (05/07/2025)
Israel menyerang pelabuhan Hodeida, Ras Isa, Salif, dan pembangkit listrik Ras Kanatib di sepanjang Laut Merah.
IDF juga menyerang Galaxy Leader, kapal kargo yang direbut oleh Houthi pada November 2023.
“Pasukan Houthi memasang sistem radar di kapal dan telah menggunakannya untuk melacak kapal-kapal di arena maritim internasional untuk memfasilitasi kegiatan teroris lebih lanjut,” kata IDF dalam sebuah pernyataan setelah serangan tersebut.
Beberapa saat sebelum gelombang serangan, juru bicara bahasa Arab IDF, Avichay Adraee, mengeluarkan peringatan evakuasi untuk pelabuhan dan pembangkit listrik.
Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan serangan itu adalah bagian dari Operasi “Black Flag” yang baru diberi nama.
Dalam sebuah pernyataan di media sosial, Katz mengatakan, “Houthi akan terus membayar harga yang mahal atas tindakan mereka” dan berjanji lebih banyak serangan akan menyusul jika Houthi terus meluncurkan drone dan rudal balistik ke Israel.
Militer Houthi mengonfirmasi serangan tersebut tetapi mengatakan, “Pertahanan udara Yaman secara efektif menghadapi agresi Israel,” menggunakan, “serangan besar-besaran rudal permukaan-ke-udara yang diproduksi secara lokal,” dalam sebuah pernyataan singkat pada Senin pagi setempat.
Belum ada laporan langsung mengenai korban jiwa akibat serangan tersebut.
Anggota biro politik Houthi Mohammed Al Farah mengatakan bahwa menargetkan pelabuhan, pembangkit listrik, dan “fasilitas sipil Yaman lainnya merupakan upaya untuk melukai warga sipil dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas militer apa pun,” menurut TV Al-Masirah yang dikelola Houthi.
Serangan itu terjadi saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pergi ke Washington untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.
Sejak perang Israel dengan Hamas di Gaza dimulai pada Oktober 2023, negara itu telah diserang rudal dan roket dari Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman, yang mengklaim menyerang Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.
Houthi yang didukung Iran juga telah berulang kali menargetkan kapal komersial dan militer di Laut Merah.
Pada bulan Maret, AS menyerang secara besar-besaran di Yaman untuk melemahkan kemampuan militer kelompok itu.[BP]




