Koran Sulindo – Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengaku sebagai dalang atas pengeboman Gereja Katedral Our Lady of Mount Carmel di Jolo, Sulu, Filipina bagian selatan. Klaim tersebut tertera di laman resmi mereka Amaq, beberapa jam setelah dua ledakan bom itu.
Akibat serangan bom tersebut, setidaknya 20 orang dinyatakan tewas dan ratusan mengalami luka. Seperti yang dilaporkan Straits Times pada Senin (28/1), ledakan pertama terjadi di dalam gereja ketika kebaktian sedang berlangsung. Setelah aparat keamanan mendapatkan informasi dan mendatangi gereja, ledakan kedua terjadi di parkiran gereja sehingga menewaskan aparat dan warga sipil.
Jolo berada di Sulu, Filipina selatan, wilayah yang menjadi basis kelompok Abu Sayyaf, sebuah kelompok teroris yang mendeklarasikan diri menjadi bagian dari ISIS. Kelompok ini acap melakukan penculikan dan pengeboman di wilayah Filipina.
Aparat keamanan belum bisa memastikan motif dari serangan bom kali ini. Akan tetapi, belum lama ini sebuah referendum diadakan karena rakyat Bangsamoro yang mayoritas Muslim menginginkan otonomi lebih luas. Hasilnya, mayoritas rakyat menyetujui otonomi yang lebih luas.
Kepolisian Filipina sejak awal menduga kelompok Abu Sayyaf menjadi dalang dari serangan bom ini. Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Oscar Albayalde mengatakan, kelompok teroris ini ingin menyampaikan pesan tentang kekuatan mereka dan ingin menyebar ketakutan. Karena itu, kelompok Abu Sayyaf menjadi tersangka utama dari peristiwa ini.
Karena serangan ini, pemerintah Filipina bersumpah akan menghancurkan kelompok yang menjadi dalang dari serangan bom tersebut.
Menanggapi serangan bom ini, Paus Francis yang sedang berada di Panama mengutuk serangan itu dan menyampaikan duka yang mendalam terhadap korban tewas dan terluka. Sementara, Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan, serangan itu adalah tindakan pengecut dan mengajak masyarakat untuk bekerja sama mencegah tindakan terorisme. [KRG]