Koran Sulindo – Properti masih dianggap sebagai salah satu instrumen investasi yang menarik karena kepastian nilainya. Sekurangnya, dana yang ditanamkan di produk properti menjadi lebih aman, karena nilai harga properti dipastikan akan terus naik. Kekurangannya, produk properti tidak gampang “dicairkan” (nonliquid), selain karena harganya yang relatif tinggi.
Dengan perkembangan teknologi saat ini dimungkinkan berinvestasi produk properti dengan modal awal yang sangat ringan. Konsepnya: properti ditawarkan secara crowd funding melalui prusahaan rintisan (start up). Saat ini ada dua perusahaan yang menawarkan, yakni PT Properti Anda Sejahtera (Properti Anda) dan PT Nabung Properti Indonesia (Napro).
Prinsipnya: properti sebagai produk investasi dibeli secara urunan oleh banyak orang. Propertinya kemudian diatasnamakan perusahaan. Namun, saat harganya naik dan dijual, setiap investor akan mendapatkan pengembalian modalnya plus keuntungan sesuai porsi modal yang disetor. Selain dijual, propertinya juga bisa disewakan dan kembali investor akan mendapatkan imbal sewa sesuai besaran investasinya.
“Kendala investasi properti selama ini kan harganya terlalu tinggi sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa berinvestasi. Ini dibuat rame-rame, sehingga setiap orang bisa menyetor dana sesuai kemampuannya. Selain itu, risiko investasinya juga jadi bisa disebar, tidak menumpuk di satu properti,” ujar Chief Executive Officer Properti Anda, Edward Suwandi, di Jakarta.
Pihak Properti Anda akan memastikan properti yang dibeli merupakan produk terbaik dari pengembang yang telah memiliki reputasi. Karena dibeli secara tunai, properti yang dibeli juga mendapatkan harga terbaik, sehingga lebih menjamin keuntungan dari peningkatan harganya. Investor bisa ikut sharing dengan modal minimal Rp 500 ribu rupiah.
Sistem ini juga membuat investasi properti menjadi lebih liquid. Edward memberikan gambaran, bila kita investasi dengan modal Rp1 juta untuk properti seharga Rp 500 juta dan setahun kemudian naik menjadi Rp 600 juta, investasi kita bisa dijual sebesar Rp 1,1 juta. Dijualnya bisa ke sesama investor atau orang lain selama transaksinya melalui platform perusahaannya.
Sementara itu, untuk properti yang disewakan, setiap pembayaran uang sewa akan langsung ditransfer ke rekening investor setiap kuartal sesuai dengan porsi investasinya. Umumnya, nilai sewa mencapai 7%-8% dari harga propertinya per tahun.
Di Napro, konsepnya juga serupa dengan Properti Anda. Menurut Chief Technology Officer Napro Beny Saputro, pihaknya hanya menawarkan properti baru yang bekerja sama dengan developer. Ini dilakukan untuk memberikan jaminan pendapatan sewa (rental guarantee) di muka yang diberikan oleh pengembang. Jenis propertinya juga dibatasi untuk residensial, khususnya produk apartemen.
“Kami akan langsung memberikan rental guarantee itu dari developer kepada investor dalam bentuk diskon harga. Rata-rata rental guarantee mencapai 8 sampai 12 persen per tahun. Dalam enam bulan, propertinya bisa kami jual dan investor mendapatkan keuntungan 8 sampai 12 persen, sesuai porsi modal yang disetorkan,” tutur Beny.
Napro, lanjutnya, akan sesegera mungkin menjual properti begitu ada kenaikan harga, untuk membuat investasi ini bisa bergulir dengan cepat. Bila situasinya buruk sekalipun, maksimal properti tersebut akan ditahan tidak lebih dari tiga tahun. Harapannya, kalaupun dijual, harganya masih sama, sehingga investor sejelek-jeleknya masih bisa balik modal.
“Kami tidak berani menjanjikan potensi kenaikan harga propertinya karena fluktuasi harga sangat bergantung pada situasi pasar. Dengan membeli dari pengembang yang memiliki reputasi dan parameter lain yang kami lihat, sekurangnya keuntungan investor masih bisa di atas atau setara dengan bunga deposito,” katanya. [HAN]