INDONESIA turut berkontribusi dalam ajang sepak bola terakbar di dunia sebagai pembuat bola resminya. Bola resmi Piala Dunia 2022 Al Rihla resmi diluncurkan pada 30 Maret lalu, menggunakan label apparel olahraga asal Jerman, Adidas.
Bola resmi Piala Dunia 2022 diberi nama “Ar-Rihla” yang diambil dari bahasa Arab yang bermakna “perjalanan” atau “the journey” dalam bahasa Inggris. Bola Al Rihla diproduksi oleh PT Global Way Indonesia (GWI) yang berlokasi di Desa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun.
Keunggulan Al Rihla sebagai Bola Berstandar Dunia
Dikutip dari FIFA, bola Al Rihla memiliki dua fitur yaitu CRT-CORE atau memberikan kecepatan, akurasi dan konsistensi. Al Rihla bergerak dengan cepat karena presisi dengan bentuk dan retensi udara serta akurasi pantulan yang begitu maksimal.
Fitur kedua yaitu Speedshel di mana bola Al Rihla memiliki panel 20 bagian sehingga stabilitas terbang, belok dan pantulan lebih baik.
Al Rihla memiliki keunggulan karena diklaim sebagai bola tercepat dan paling akurat dibandingkan dengan bola resmi Piala Dunia sebelumnya.
Adapun bola ini memiliki desain panel yang terinspirasi dari Dhow Boat tradisional dan memiliki pola solid berwarna biru, merah, dan kuning, yang mewakili lanskap di Doha, Qatar.
Selain itu, Al Rihla adalah bola Piala Dunia pertama yang dibuat secara eksklusif dengan tinta dan lem berbahan dasar air.
Keunggulan Bola Piala Dunia 2022 Qatar ini bukan hanya sekadar klaim sepihak. Namun sebuah studi telah menilai bahwa Al Rihla memiliki sisi aerodinamika yang terbaik.
Studi tersebut dilakukan oleh John Eric Goff, profesor fisika di University of Lynchburg yang mempelajari fisika olahraga dan ditulis analisisnya di The Conversation.
Sebagai bagian dari penelitiannya, Goff menyebut bahwa bola ‘made in Madiun’ itu memiliki desain yang sangat baik sehingga memiliki aerodinamika tinggi.
Di Piala Dunia 2018 Bola Buatan Indonesia Juga Berkontribusi
Pada Piala Dunia 2018 yang digelar dari tanggal 14 Juni hingga 15 Juli 2018 tersebut bola yang digunakan berasal dari buatan tangan orang Indonesia yang dibuat di Majalengka, Jawa Barat.
Sebelumnya, produk bola dalam negeri ini dibuat berjumlah ratusan ribu dan harus bersaing dengan sejumlah negara besar lainnya, seperti Brasil dan Ceko.
Namun bola asal Majalengka masih sebatas souvenir meski sudah mendapat lisensi FIFA.
Perancis 1998 merupakan momentum bersejarah, karena saat itulah kali pertama perusahaan yang memiliki pabrik di Majalengka (Jawa Barat) ini memproduksi bola resmi untuk Piala Dunia.
Di Brasil 2014, Sinjaraga Santika Sport kembali mengirimkan bola produksinya. Namun bukan untuk pertandingan resmi, melainkan acara-acara pendukung seperti sponsor, cinderamata, dan lain sebagainya. Bahkan sempat mengirim 1 juta bola ke Brasil untuk kegiatan sponsor.
Selain Piala Dunia, bola buatan Sinjaraga Santika Sport juga dipakai di Piala Eropa.
Bola made in Majalengka ini, menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Olahraga Nasional Indonesia (Asioni) sudah mendapat lisensi FIFA. Artinya, bola ini memiliki standar baku yang ditetapkan. Sebagai informasi, FIFA menetapkan tujuh tes untuk mengetahui kelayakan bola resmi.
Pertama adalah circumference, yaitu menguji kesempurnaan lingkaran bola. Kedua adalah sphericity, untuk menguji stabilitas bola di udara. Ketiga adalah rebound, menguji pantulan bola. Keempat adalah water absorption, menguji tingkat ketahanan bola terhadap air. Kelima adalah weight, menguji berat bola. Keenam adalah loss of pressure, menguji apakah bola kehilangan udara selama permainan atau tidak. Ketujuh adalah shape and size retention, menguji apakah berat dan ukuran bola berubah atau tidak selama permainan.
Pada ajang Piala Dunia biasanya terdapat bola resmi yang bernama khusus. Tricolore untuk Piala Dunia 1998 Perancis, Fevernova untuk Jepang-Korea Selatan 2002, Teamgeist untuk Jerman 2006, dan Jabulani untuk Afrika Selatan 2010. Sedangkan untuk Brasil 2014, bola resminya diberi nama Brazuca. Serta Qatar 2022 adalah Al Rihla. Semua bola tersebut berlisensi perusahaan apparel asal Jerman. [S21]