Koran Sulindo – Calon kepala daerah petahana bukan menjadi faktor terpenting dalam kemenangan dalam pilkada. Kemenangan lebih banyak ditentukan oleh sejauh mana gotong royong dalam pemenangan dilaksanakan.
“Bagi PDI Perjuangan, sangat jelas pilkada itu merupakan proses politik yang menempatkan kedaulatan rakyat sebagai hakim tertinggi,” kata Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, di Jakarta, Jumat (24/7/2020), melalui rilis media.
Menurut Hasto, tudingan seakan para petahana yang maju di pilkada serentak 2020 diuntungkan, karena dalam masa pandemi covid-19, Pemerintah banyak menggelontorkan bantuan sosial.
“Di dalam setiap pilkada maupun ajang pemilihan, yang menentukan siapa yang jadi pemenang adalah suara rakyat. Penguasa politik sekalipun tak bisa menentukan di dalam sistem demokrasi yang mengutamakan kedaulatan rakyat,” katanya.
Cara pandang bahwa petahana diuntungkan, sementara calon non petahana dirugikan, sangat tidak kontekstual.
Dari pelaksanaan pilkada serentak tahun 2015, 2017, dan 2018, PDI Perjuangan mencatat kemenangan paling banyak. Dan dari refleksi terhadap prosesnya, faktor yang utama adalah ketika seluruh calon kepala daerah bergotong royong dalam semangat yang sama dengan Tiga Pilar Partai. Yakni struktur partai, kader yang duduk di legislatif, dan kader yang duduk eksekutif.
“Sehingga pada pileg dan pilpres, semuanya itu juga mampu memberikan kinerja baik dengan menangkan pileg dan pilpres bersamaan,” katanya.
Satu hal lagi yang menentukan adalah kaderisasi di tubuh partai. PDI Perjuangan kini memiliki 18 Ketua DPRD tingkat provinsi, 418 anggota DPRD provinsi, 3.232 anggota DPRD Kabupaten/Kota.
“Sebanyak 32 persen di antaranya itu jadi ketua dan wakil ketua di tingkat kabupaten dan kota. Sehingga ini menunjukkan bagaimana proses sistemik dalam menyiapkan kaderisasi kepemimpinan itu berjalan dengan baik,” kata Hasto. [CHA/RED]