Ilustrasi: TKN 01

Koran Sulindo – Sekretaris Tim Kampanye Nasional  (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin,  Hasto Kristiyanto, mengatakan berbicara soal pangan tidak melulu sekadar menolak impor, namun harus tentang sistem yang harus dibangun agar pangan nasional bisa berswasembada.

“Hulu-hilir dari benih sampai sarana produksi untuk menyimpan agar semua punya nilai tambah ketika panen raya. Ini yang dilakukan pemerintahan berpihak seperti Pak Jokowi,” kata Hasto, saat blusukan ke Pasar Sayur Pringsewu, Lampung, Sabtu (2/3/2019), dalam rangkaian Safari Kebangsaan IX ke Provinsi Lampung.

Menurut Hasto, selama melakukan blusukan ia tidak menemukan masalah soal stok dan harga pangan.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu mengungkapkan bahwa pihaknya bersama dengan Presiden Joko Widodo terus mendorong perbaikan sistem untuk kedaulatan pangan. Semisal, saat ini pihaknya tengah mengembangkan teknologi untuk menjaga ketahanan bawang. Mesin itu satu rangkaian dengan bangunan yang membuat bawang lama tidak membusuk. Pembuatnya, menurut Hasto, adalah sahabat dekat Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

“Bawang merah, bawang putih itu bisa disimpan dalam suatu ruangan dan itu bisa tahan untuk tiga sampai lima bulan tidak busuk,” katanya.

Alat yang tengah dikembangkan itu merupakan teknologi ramah lingkungan dan ekonomis. Nantinya, Megawati akan meresmikan langsung alat tersebut.

“Itu pesanan Ibu Megawati untuk membantu petani-petani bawang,” kata Hasto.

Promosikan Kuliner

Safari Politik Kebangsaan selalu menyertakan agenda wisata kuliner. Salah satunya yang dikunjungi sekaligus mempromosikan Warung Makan Bu Gundil di Sidoharjo, Pringsewu, Lampung.

Hasto bahkan masuk ke dapur untuk mencari tahu rahasia kelezatan khas makanan di warung itu.

Dalam rombongan safari politik kebangsaan itu Hasto didampingi oleh Ketua Bidang Hubungan Antaragama Bamusi PDIP Zuhairi Misrawi, Ketua DPD PDIP Lampung Sudin, beserta kader partai setempat.  Ada lebih dari 50-an orang anggota rombongan mampir di Warung Makan Bu Gundil.

“Teman-teman sesuai tradisi safari politik, kami mengangkat wisata di Warung Makan Bu Gundil ini,” ujar Hasto.

Menu warung itu khas nusantara seperti belut goreng dibalur tepung, rempeyek udang, sayur nangka muda. Paling andalannya adalah ayam kampung dan sambel dadak.

Hasto masuk ke ruang dapur Warung Makan Bu Gundil. Dengan menggunakan penggorengan ukuran besar, Hasto mengaduk racikan bumbu-bumbu khas nusantara. Ternyata salah satu rahasianya, semua masakan dimasak dengan api dari kayu bakar.

“Dengan menggunakan kayu maka menciptakan sebuah kombinasi aroma yang luar biasa khas nusantara. Jadi semua dimasak di sini,” katanya.

Saat memasak, Hasto didampingi seorang anak Bu Gundil. Dari dia, dapat informasi bahwa untuk sayur gori yang ada di penggorengan, ada 11 jenis bumbu.

“Itulah kayanya cita rasa Indonesia. Kalau makanan barat itu biasanya cuma dua bumbu. Biasanya garam dan lada. Kalau masakan Indonesia sampai 11 bumbu,” ujar Hasto.

Ia juga sempat menanyakan sejarah berdirinya warung makan itu. “Warung ini berdirinya tahun 90-an,” kata anak Bu Gundil. “Dulu ini warungnya orang tua saya. Orang tua saya sudah meninggal. Jadi saya yang meneruskan. Makanya nerusin namanya Bu Gundil biar tidak lupa masa lalunya,” katanya.

Mendengar itu, Hasto menyahut, “Jas Merah. Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah,” katanya.

Pada kesempatan itu, dipastikan bahwa rumah makan itu menyajikan masakan asli Indonesia dan seluruh komponennya tidak ada yang impor.

Warung Makan Bu Gundil, menurut Hasto, membuktikan bahwa tak semua harus impor. Terutama di bidang pangan. Hal ini, sekaligus membantah pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, mengenai pemerintah yang selalu impor.

“Jadi kalau Pak prabowo mengatakan impor, impor, impor, ini ada yang impor tidak? Tidak ada impornya. Dari ayamnya, tahu-nya kemudian belutnya enak sekali, gurih wah menyajikan kekayaan bumbu nusantara,” kata Hasto. [CHA]