Hasto: Menjadi Pemimpin Tidak Bisa Bermodalkan Hafalan

Ilustrasi

Koran Sulindo – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto puas dengan penampilan pasangan nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat‎, dalam debat calon gubernur Jakarta. Dalam debat yang dilaksanakan KPU Jakarta Jumat (13/1) malam itu penampilan cool dan konsisten dipadu kerja sama apik Ahok-Djarot dinilainya sebagai yang terbaik.

“Karena itulah saya sepakat dengan closing statement pasangan nomor 2 tersebut, bahwa untuk menjadi Gubernur dan Wagub DKI diperlukan konsistensi, program nyata, dan keberanian bersikap daripada sekadar retorika. Menjadi pemimpin tidak bisa bermodalkan hafalan,”‎ kata Hasto, Sabtu (14/1), melalui rilis tertulis.

Menurut Hasto, persepsi positif media sosial yang menempatkan Ahok Djarot jauh lebih unggul adalah hasil dari konsistensi Ahok yang tidak pernah terpancing oleh serangan tajam pasangan lain.

Ketegasan Ahok-Djarot untuk melakukan perbaikan bantaran sungai tampak sebagai bagian solusi mencegah banjir dan perbaikan kualitas lingkungan. Dukungan kebijakan bagi warga yang terpaksa harus dipindahkan ke rumah susun yang terintegrasi dengan pemberian subsidi harga kebutuhan pokok warga Jakarta, transportasi gratis, dan pelayanan kesehatan, serta pendikan yang diberikan gratis bagi penghuni rusun.

“Ini justru menampakkan aspek-aspek manusiawi program Ahok Djarot. Pasangan lain sedang merencanakan, dan Ahok-Djarot sudah menjalankan,” kata Hasto.

Karena itu ‎Hasto meyakini pemilih awam (swing voters) yang belum menentukan pilihan untuk mendukung pasangan petahana tersebut saat pemilihan 15 Februari nanti.

“Bagaimana pun masyarakat DKI Jakarta tidak mau berspekulasi. Rakyat memerlukan pemimpin yang sudah pengalaman menyelesaikan banjir, pemimpin yang mampu menyediakan transportasi publik yang baik, dan pemimpin yang berani mengambil keputusan betapa pun itu sulit dan berisiko,” kata Hasto.

Saat Ahok-Djarot mampu menjawab dengan tegas semua serangan tajam kedua pasangan lain terhadap kebijakan relokasi warga yang tinggal di bantaran sungai. Hal ini menunjukkan Ahok-Djarot lebih berbicara tantangan nyata. [DAS]