Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto/CHA

Koran Sulindo – Pemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 putaran kedua semakin ketat menjelang berakhirnya masa kampanye. Disesalkan, kampanye tahapan putaran kedua pun merebak isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Menurut Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto,  cara-cara klasik menggunakan isu berbau SARA yang dilakukan pasangan calon (paslon) kubu lawan tidak akan efektif menggoyahkan kepemimpinan Basuki-Djarot (Badja).

“Kami tidak akan menggunakan hal yang sama. Kami justru bergerak ke bawah, kami melakukan pendidikan politik dan mendengarkan suara rakyat. Rakyat DKI Jakarta sangat cerdas, tidak terpengaruh oleh berbagai isu yang berbau SARA,” ujar Hasto yang didampingi Rieke Diah Pitaloka saat blusukan dan menyerap aspirasi warga di Kelurahan Koja, Jakarta Utara, Minggu (2/4).

Hasto menuturkan, budaya demokrasi dari Indonesia adalah budaya kejujuran dan transparansi seperti yang sudah ditunjukkan oleh Basuki-Djarot selama ini dan bukannya demokrasi pura-pura santun yang sedang dilakukan oleh paslon lawan.

“Lihat saja saat kami datang mengunjungi Rusun, Pasar, dan permukiman warga di Koja ini. Ini tidak dibuat-buat dan masyarakat sangat antusias melihat kepemimpinan Basuki-Djarot. Malah ada ibu-ibu yang menangis karena kasihan melihat PakBasuki difitnah dan diintimidasi oleh sejumlah pihak,” terangnya.

Karenanya, kata Hasto, PDI Perjuangan akan terus mendukung Basuki-Djarot untuk melanjutkan program-program pro rakyat kecil layaknya KJP, KJS, KJL, PPSU, atau pasukan oranye, serta pasukan merah, kuning, hijau, biru, yang membantu masyarakat Jakarta.

“Ini membuktikan kepemimpinan beliau sangat membantu masyarakat Jakarta, kepemimpinan yang mampu membawa perubahan. Inilah yang didambakan oleh warga, kepemimpinan yang anti korupsi,” ujar Hasto.

“Berbagai intimidasi, isu SARA, ternyata warga di Jakarta Utara tetap berdiri kokoh di belakang Basuki-Djarot. Itu yang kami temukan dalam kegiatan hari ini,” imbuhnya lagi.

Menurutnya, kepemimpinan Basuki-Djarot tidak sekadar hanya untuk pencitraan semata namun dengan merealisasikan kebijakan yang ada tanpa kompromi dan memberantas birokrasi yang koruptif di Ibukota tanpa meninggalkan kebijakan prorakyat.

“Pembangunan Masjid yang dilakukan dengan sangat baik, perhatian terhadap kaum dhuafa. Bahkan marbot pun mendapat kesempatan untuk umroh. Itu yang kami pertahankan dari Basuki-Djarot,” ucapnya.

Hasto memastikan, setelah Basuki-Djarot kembali memimpin Jakarta dari cutinya, efektif pada 17 April mendatang, maka keduanya akan merealisasikan Kartu Jakarya Lansia (KJL).

“Kepemimpinan Pak Ahok ditopang dengan data base yang sangat handal. Sehingga siapa yang masuk kategori Lansia, tinggal di mana, itu semua sudah dimiliki pemerintah DKI, sehingga tidak ada hambatan,” tandasnya.

Di lokasi yang sama, Rieke sempat berdialog dengan warga rusun. Warga sempat ada yang menangis ketika menceritakan KJP milik cucunya dibawa oleh orang tua siswa. Rieke juga menyampaikan kepada orang tua untuk tidak menyalahgunakan KJP. Karena program ini dibuat untuk kemajuan dan kesehatan anak sekolah.

“Waduh, kok bisa dibawa kabur gitu? Emang orang tua pada matre ya?” kata Rieke yang disambut tawa warga.

“Bapak-Ibu, warga yang dapat KJP biasanya orang tidak mampu. KJP bisa dipakai untuk beli makanannya yang bergizi juga. Karena anak-anak kalau tidak dapat makanan bergizi, tuanya nanti jadi oneng (bodoh) semua,” katanya.

Setelah itu, keduanya sempat berkeliling ke rusun. Mereka menyapa warga yang ada di sana. Selanjutnya keduanya menuju ke Pasar Sindang yang terletak di seberang rusun. Mereka kembali menyapa warga. [CHA]