Ilustrasi: Masyarakat nelayan Desa Sepempang, serta beberapa mahasiswa dan pelajar dari Ranai, Natuna mengibarkan bendera merah-putih di Pulau Senoa, salah satu pulau terluar Republik Indonesia, Senin (17/8/2015)/reportasenatuna.wordpress.com

Koran Sulindo – Peringatan Hari Pahlawan bukan sekadar menghormati jasa para pahlawan bangsa yang telah gugur dalam perang terbesar dan terberat dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Semangat memperingati Hari Pahlawan juga menjadi puncak militansi pejuang bangsa terhadap bendera nasionalnya, Sang Saka Merah Putih. Bendera Merah Putih adalah lambang supremasi kedaulatan negeri.

“Itulah satu-satunya bendera kebangsaan yang dikibarkan dengan semangat menyala-nyala pada 27 Oktober 1945, setelah para pejuang bangsa berhasil memanjat Hotel Oranye Surabaya, merobek warna biru dalam Bendera Belanda, dan menghadirkan Bendera Merah Putih, Bendera Nasional Indonesia Raya,” kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto di Jakarta, Sabtu (10/11/2018).

Menurut Hasto, kibaran bendera Merah Putih adalah lambang perjuangan anak negeri. Perjuangan itu disertai niatan yang tulus, dan sesuatu dedication of life bagi bangsanya.

“Bagi para pejuang, kemerdekaan dan berdaulat di negeri sendiri adalah harga mati. Mereka berjuang bagi kejayaan negeri, tanpa pernah mengalkulasi apa yang didapat dari Ibu Pertiwi,” kata Hasto.

Kibaran Bendera Merah Putih kini menjadi simbol perjuangan dan prestasi bagi keharuman negeri. Semangat ini bangkit kembali pada momentum Asian Games dan Asian Para Games lalu.

“Para atlet Indonesia dengan tetesan keringatnya, mengibarkan Bendera Merah Putih, bangkitkan kebangaan, rasa percaya diri dan keharuman negeri. Kita hadirkan pahlawan-pahlawan masa kini yang dengan caranya telah berjuang bagi nama harum bangsanya,” kata Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-KH Ma’ruf Amin tersebut. [CHA]