Hasto: Gali Nilai Perjuangan dan Cinta Lingkungan

Ilustrasi/Istimewa

Koran Sulindo – Rombongan Safari Kebangsaan IV DPP PDI Perjuangan berziarah ke Kompleks Makam Pangeran Jayakarta di Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (19/1/2019).

Hal yang menarik di sekitar makam tersebut adalah keberadaan tiga pohon besar yang usianya lebih dari 300 tahun. Salah satu pohon tumbuh besar yang merindangi makam Pangeran Jayakarta berada.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto berziarah dan berdoa di sana. Doa dipimpin oleh Habib Soleh Almuhdar, ditemani Untung Suriyadi, ahli waris, dan Dedy Rachmadi, keturunan Pangeran Jayakarta. Seusai berdoa, semuanya berjalan mengunjungi sejumlah makam dan pohon besar itu.

“Ini pohon kiara. Kalau orang sini bilangnya pohon kresek. Usianya 300-an tahun, sejak makam di sini ada,” kata Untung.

“Kenapa tak ditebang?” tanya seorang wartawan.

“Kalau ditebang, agak takut juga kita. Takut kualat,” jawab Untung.

Hasto lalu menimpali bahwa itulah kebijaksanaan budi bahasa rakyat untuk melindungi alamnya. Baginya, kebijaksanaan demikian juga sama dengan alasan Ketua Umum PDI Perjuangan yang juga Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri selalu menanam dan memelihara pepohonan.

“Ini soal mencintai lingkungan hidup kita. Menebang pohon di makam itu tak boleh. Sama dengan melompati makam, kurang pantas,” kata Hasto.

Pernyataan Hasto itu seakan mengingatkan pada apa yang terjadi di Jawa Tengah. Cawapres Sandiaga Uno mendapat kritikan karena melompati makam seorang kiai besar Nahdatul Ulama (NU).

Terlepas dari masalah pohon itu, Hasto mengatakan bahwa makam itu adalah saksi bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. Pangeran Jayakarta adalah salah satunya, yang di masa hidupnya melawan penjajahan.

“Kompleks makam ini adalah saksi kita adalah bangsa yang bertekad mendapatkan kemerdekaan yang sejati-jatinya,” kata Hasto.

“Kami datang ke sini, didampingi Habib Soleh serta seluruh jajaran partai dan caleg, untuk menegaskan komitmen aprtai yang berakar kuat pada sejarah perjuangan bangsa itu,” katanya.

Untung sempat menjelaskan secara singkat sejarah makam itu. Intinya, setelah diusir Belanda dari istananya, Pangeran Jayakarta kemudian bermukim di wilayah yang sekarang ini secara administratif di Kota Jakarta Timur.

Makam itu lalu dibangun di era Gubernur Ali Sadikin. Kata Hasto, KH Ma’ruf Amin yang kini menjadi cawapresnya Jokowi, turut berperan membangunnya. Sebab saat itu, Kiai Ma’ruf adalah anggota DPRD DKI Jakarta.

“Saat itu Kiai Ma’ruf di usia muda 28 tahun. Namun sudah menjadi ketua fraksi,” kata Hasto.

Ke depan, pemerintahan Jokowi akan membantu proses pembebasan lahan untuk dijadikan lahan parkir kendaraan. PDI Perjuangan akan membantu proses pembangunan sebuah kanopi di kompleks makam.

Sinergitas Parpol Koalisi

PDI Perjuangan akan bekerja sama dengan partai politik koalisi pendukung Jokowi-KH Ma’ruf Amin untuk memenangkan pasangan calon (paslon) nomor urut 01 di Ibukota DKI Jakarta.

Diungkapkan Hasto, pihaknya akan memadukan, semisal dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

“Karena jaman Pak Harto, Jakarta itu PPP. Dengan demikian kerja sama dengan PPP, Golkar, akan dilakukan. Bagi kami, yang penting Jokowi-Kiai Ma’ruf Amin yang utama di Jakarta,” kata Hasto.

Hal itu semakin penting karena kantong-kantong pendukung pasangan Prabowo-Sandiaga di Jakarta sangatlah banyak. Dari situlah PDI Perjuangan menyadari takkan mungkin semuanya bisa digarap sendirian.

Hasto melanjutkan, koalisi parpol pendukung Jokowi-KH Ma’ruf akan semakin intens melakukan gerakan teritorial, dari pintu ke pintu menemui masyarakat. Nantinya respons masyarakat sekaligus akan dipantau. Dari sana, evaluasi akan dilakukan untuk menentukan langkah pemenangan selanjutnya.

“Berdasarkan survei hari ini elektabilitas Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf (di Jakarta, red) melampaui 7 persen di atas Pak Prabowo. Kita lihat nanti. Tak tahu setelah tari-tarian di debat, mungkin akan bertambah,” kata Hasto.

Ia menyakini, untuk suara PDI Perjuangan akan bertambah. Sebab PDI Perjuangan adalah partai yang selalu hadir di tengah-tengah masyarakat Jakarta. [CHA]