Bagaimana Hari Valentine menjadi hari kasih sayang? Simak sejarahnya dalam artikel ini. (Sumber: Pexels)
Bagaimana Hari Valentine menjadi hari kasih sayang? Simak sejarahnya dalam artikel ini. (Sumber: Pexels)

Hari Valentine merupakan salah satu hari perayaan terbesar di dunia. Jatuh pada tanggal 14 Februari, orang-orang dari seluruh dunia merayakannya dengan memberikan cokelat, bunga, kartu ucapan, dan lainnya. Tentunya ini merupakan hal yang romantis.

Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Hari Valentine dikenal sebagai hari yang penuh cinta? Seperti apa sejarah dan asal usulnya? Berikut Koran Sulindo telah merangkum sejarah Hari Valentine dari beberapa sumber.

Sejarah Hari Valentine

Beberapa sejarawan percaya Hari Valentine berakar dari festival Romawi kuno Lupercalia. Diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 15 Februari, festival ini bertujuan merayakan datangnya musim semi dan kesuburan. Festival ini juga didedikasikan untuk Faunus, dewa pertanian Romawi, serta untuk pendiri Romawi, Romulus dan Remus.

Festival Lupercalia melibatkan penyembelihan hewan, pesta mabuk-mabukan, dan sebuah ritual yang agak mengerikan.

Dalam ritual tersebut, para anggota Luperci, sebuah ordo pastor Romawi, akan berkumpul di sebuah gua suci yang diyakini merupakan tempat di mana seekor serigala betina (lupa) merawat Romulus dan Remus yang masih bayi. Mereka akan mengorbankan seekor kambing untuk kesuburan dan seekor anjing untuk pemurnian.

Mereka kemudian akan mengupas kulit kambing menjadi potongan-potongan kecil, mencelupkannya ke dalam darah kurban, turun ke jalan, dan dengan lembut menampar para perempuan dan ladang dengan kulit yang berlumuran darah itu.

Para perempuan Romawi menyambut sentuhan kulit kambing karena yakin itu akan membuat mereka lebih subur di tahun mendatang. Mereka lalu memasukkan nama mereka ke dalam sebuah guci besar. Para bujangan di kota Roma akan mengambil nama dari dalam guci dan dipasangkan dengan perempuan pilihannya. Perjodohan ini sering berakhir dengan pernikahan.

Seiring menyebarnya agama Kristen, ritual pagan (non kristen) mulai ditinggalkan. Pada akhir abad ke-5 Masehi, Paus Gelasius I melarang festival Lupercalia dan menggantinya dengan Hari Santo Valentine.

Siapakah Santo Valentine?

Gereja Katolik mengakui setidaknya tiga santo berbeda bernama Valentine atau Valentinus, yang semuanya menjadi martir. Hari Santo Valentine mungkin memperoleh namanya dari seorang pastor yang melayani sekitar tahun 270 M, di masa pemerintahan Kaisar Claudius II Gothicus.

Ketika Kaisar Claudius II memutuskan bahwa para laki-laki lajang lebih baik menjadi prajurit daripada mereka yang memiliki istri dan keluarga, dia melarang pernikahan bagi laki-laki muda. Pastor Valentine menyadari ketidakadilan keputusan tersebut dan menentang kaisar dengan terus menikahkan pasangan-pasangan kekasih muda secara rahasia. Ketika tindakannya diketahui, Kaisar Claudius II memerintahkan agar dia dihukum mati.

Cerita lain mengatakan pastor Valentine mungkin dibunuh karena berusaha membantu orang-orang Kristen melarikan diri dari penjara Romawi yang kejam. Menurut salah satu legenda, dia juga dipenjara dan mengirim ucapan “valentine” pertama setelah dia jatuh cinta dengan seorang gadis muda—mungkin putri sipir penjaranya—yang mengunjunginya selama dia dikurung. Sebelum meninggal, dia diduga menulis surat yang ditandatangani “Dari Valentine-mu”.

Ada juga cerita tentang Santo Valentine dari Terni, seorang uskup yang dipenggal oleh Kaisar Claudius II di luar Roma karena telah mendesak sejumlah pemuda Roma untuk masuk Kristen, termasuk putra filsuf Craton dan murid-muridnya, yaitu Proculus, Ephebus dan Apollonius. Ketiga murid itu menguburkan Valentine di area pemakaman di luar Terni. Mereka lalu mengalami kemartiran yang sama dan dimakamkan.

Hari Valentine Sebagai Hari Kasih Sayang

Terlepas dari versi mana yang benar, sosok Valentine jelas dijadikan martir dan namanya digunakan untuk Hari Santo Valentine.

Hari raya suci itu mungkin baru dirayakan sebagai hari kasih sayang pada abad ke-14. Pada masa itu, orang-orang di Prancis dan Inggris menganggap tanggal 14 Februari sebagai awal musim kawin bagi burung. Anggapan ini memperkuat gagasan bahwa Hari Santo Valentine seharusnya menjadi hari untuk bermesraan.

Penyair Inggris Geoffrey Chaucer adalah orang pertama yang mencatat Hari Valentine sebagai hari perayaan romantis dalam puisinya yang berjudul “Parliament of Fowls” di tahun 1375. Dalam puisi itu tertulis, “Karena ini dikirim pada hari Seynt Valentyne/Saat setiap orang datang ke sana untuk memilih pasangannya”.

Puisi yang ditulis pada tahun 1415 oleh Charles, Adipati Orleans, kepada istrinya saat dia dipenjara di Menara London dianggap sebagai ucapan Valentine pertama. Puisi itu dimulai dengan kalimat “Je suis desja d’amour tanné, ma tresdoulce Valentinee”, yang berarti “Aku sudah lelah karena cinta, Valentineku yang manis”. Beberapa tahun kemudian, Raja Henry V diduga menyewa seorang penulis bernama John Lydgate untuk menulis surat cinta untuk Catherine dari Valois. [BP]