Petani membasmi hama tikus.

Koran Sulindo – Hama tikus menyerang kurang-lebih 15 hektare tanaman padi di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Harnani Imtikhandari, serangan hama tikus tersebut terjadi di wilayah Kecamatan Jumo. Kendati demikian, diungkapkan Harnani, serangan hama tikus pada lahan padi pada akhir tahun ini cenderung berkurang.

Serangan hama tikus di Temanggung paling banyak pada bulan Mei, Juni, dan Juli. Yang diserang bisa mencapai 120 hektare. “Petani di beberapa daerah yang merupakan langganan serangan hama tikus pada bulan-bulan tersebut tidak mau tanam padi,” ujar Harnani, seperti dikutip antaranews.com, Kamis (14/12).

Serangan hama tikus dalam beberapa tahun terakhir, lanjutnya, cenderung turun: pada 2013 mencapai 744 hektare; 2014 serangan tikus melanda 652 hektare; 2015 seluas 117 hektare, dan; 2016 seluas 43,8 hektare. Tapi, serangan hama tikus tidak bisa diprediksi. Apalagi, kontur Temanggung merupakan daerah perbukitan, yang terdiri atas sawah dan tegalan.

Di Temanggung juga tidak pernah dilakukan tanam serempak. Kalau serangan tikus di sawah teratasi, biasanya ada tikus yang lari ke ladang atau tegalan sehingga serangan tikus hanya berpindah.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pemberantasan hama tikus adalah melakukan sekolah lapang pemberantasan tikus bagi petani. Pada tahun 2017, pemberdayaan sekolah lapang ini dilakukan di dua kecamatan, yakni Temanggung dan Candiroto. “Dalam pengendalian hama tikus, kami juga bekerja sama dengan Perbakin Temanggung. Baru-baru ini, kami menyelenggarakan lomba berburu tikus. Hasilnya, ribuan tikus berhasil diberantas,” ujar Harnani.

Hama tikus memang masih menjadi ancaman besar bagi petani di Indonesia. Pada tahun 2017 ini saja, banyak daerah yang area persawahannya diserang hama tikus. Pada Oktober 2017 lalu, misalnya, ribuan hama tikus menyerang sawah di wilayah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Untuk mengatasi hama ini, petani di sana menggunakan cara tradisonal, yakni menggunakan asap belerang yang diembuskan ke dalam sarang tikus. Di desa sebelahnya, Desa Batunyana, hama tikus dibasmi dengan memanfaatkan burung hantu. Burung-burung hantu itu dilepaskan di alam bebas.

Lalu, pada Agustus 2017, hama tikus juga menyerang wilayah pertambakan di Lamongan, Jawa Timur. Tikus-tikus itu memakan batang padi di sawah.

Para petani di sana sangat kewalahan mengatasi hama ini. Apalagi, tikus-tikus itu berkembang biak sangat cepat. Sebagian dari petani ada yang mencoba mengusir tikus-tikus itu dengan buah bintaro yang dicampur karbit.

Sejauh ini, para petani malang itu seolah dibiarkan sendiri melawan hama tikus. Tak ada upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk mengatasi masalah besar ini. Tidakkah pemerintah memikirkan nasib mereka? Tidakkah pemerintah terpikir untuk menggandeng ahli dari fakultas-fakultas pertanian untuk mengatasi hama ini, yang telah berlangsung bertahun-tahun?  [RAF]